Selasa, 31 Mei 2016

laron hanya ingin terbang

















bukan hujan yang menahanku untuk berlama-lama di beranda rumahmu. tapi kopi hitam dan percakapan ringan kitalah yang membuatku tak berminat untuk cepat-cepat beranjak pulang. ya, kau memang tahu betul bagaimana cara memikat. dan sialnya, aku terjerat.

senja tuntas, kini saatnya remang petang berpentas.

tek!

kau nyalakan lampu beranda. hujan mereda menyisakan tanah basah dan udara beraroma serupa ilalang padang surya kencana. juga laron-laron yang mulai berkerumun membiaskan cahaya kuning dari lampu itu.

aku kerap membayangkan dirimu bisa menjadi apa saja, tapi menjadi seperti lampu di musim hujan yang diributi puluhan serangga terbang, merupakan pemikiran yang mengerikan. dan entah kenapa mengamati laron-laron itu membuatku seketika dirundung perasaan yang tidak menyenangkan.

"ramai, ya?" ujarmu menyentak paksa kesadaranku.

"hah, apa?"

"itu, laron-laron yang mengerubungi lampu itu."

kurang ajar. tak sadarkah kamu apa yang sedari tadi membuatku diliputi perasaan cemas tak terjelaskan?
aku, hanya bergumam.

"kamu tahu nggak yang menarik dari laron?"

persetan dengan gerombolan serangga terbang yang mengerikan itu.
aku menggeleng.

"jadi, menurut penelitian para ahli aerodinamika, sebenarnya laron nggak bisa terbang. rumit dan njelimet kalau untuk dijelaskan. aku sendiri sebenarnya nggak begitu paham, yang jelas ini berkaitan dengan ukuran sayap, mekanisme terbang, berat badan, keseimbangan dan banyak hal lain yang sulit untuk diterangkan. intinya para ilmuan sepakat menyimpulkan bahwa laron 'seharusnya' nggak bisa terbang."

"lha, tapi kenyataanya laron bisa terbang, kan?" ya, kini kau sukses membuatku mulai tertarik lagi.

"hmm... menurutku, karena laron nggak pernah tahu riset itu. mereka tahunya cuma pengin terbang. dan..., mereka terbang." :D

"oh, damn! empiris banget hipotesa lo."  (-___-") 

kamu tertawa, "ingat, banyak hal yang manusia tahu. tapi lebih banyak lagi yang belum mereka tahu."

"dan karenanya lo jangan sok tau."

tertawa lagi, "lebih tepatnya, jangan pernah merasa paling tahu. sampai-sampai meremehkan orang lain ngga bisa berbuat apa-apa."

"nah, kalau ternyata memang benar-benar gak tau, gimana?"

kamu berhenti tertawa, kali ini matamu benar-benar mengikat mataku, "belajarlah dari laron-laron itu. tidak tahu, tapi mau. itu saja dulu."




fb: 27 September 2012 · 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar