Minggu, 29 Agustus 2021

Patung Limbah Akar Jati, Dicari Pasar Eropa



Seperti Midas dalam mitologi Yunani yang mampu mengubah apapun menjadi emas hanya dengan menyentuhnya, pun kira-kira begitu yang dilakukan oleh seorang Agus K, lelaki asal Jepara, Jawa Tengah.

Melalui sentuhan tangan dinginnya, seonggok akar pohon jati yang sebelumnya merupakan limbah tak terpakai, mampu ia sulap menjadi produk kriya bernilai seni tinggi hingga bisa dihargai jutaan rupiah di pasar mancanegara.

Menyemarakan perhelatan Trade Expo Indonesia yang digelar pada tanggal 11 hingga 15 Oktober 2017 di ICE BSD Tangerang, pria berusia 43 tahun itu memamerkan beragam hasil buah tangannya yang didominasi dengan karakter binatang, seperti; badak, merak, kijang, ikan-ikan, anjing, kucing, gajah, rusa serta banyak lagi yang lainnya.




Singkat Agus mengisahkan, mula usahanya dirintis sejak tahun 1999. Kala itu ia mengawali kancah wirausaha dengan berjibaku pada bisnis produk kayu. Namun, musabab ketersediaan pohon jati yang kian hari kian sulit untuk dicari, akhirnya enam tahun lalu ia memutuskan mensubtitusi bahan baku kayu dan beralih memanfaatkan material akar yang sempat dipandang sebagai limbah.

"Ini produk dari bahan-bahan akar jati, yang kalau orang bilang dulu ngga kepake. Jadi kalau di furnitur itu kan yang kepake kayunya, terus lambat laun cari kayunya makin kesulitan. Nah, di Perhutani atau di hutan rakyat itu masih banyak bahan-bahan sisa dari tebangan, kaya akar atau ranting yang ngga kepake. Jadi kita manfaatkan bagaimana caranya bisa jadi barang yang ada nilai jualnya," ujarnya saat ditemui Akurat.co akhir pekan lalu.

Dalam melanggengkan usahanya, perajin sekaligus pemilik bendera Veda Sabrina tersebut biasa dibantu oleh sekitar 20 pekerja. Selain itu ia juga memiliki 10 perajin binaan guna bisa membantu dalam memenuhi tingginya jumlah permintaan yang selama ini berdatangan.

"Di tempat kita sendiri itu ada sekitar 20 orang karyawan, tapi kita punya binaan perajin, ada sampai 10 binaan. Masing-masing binaan kita punya karyawan yang jumlahnya sekitar 20 orang, jadi ya ada dua ratusan perajinlah jumlah kasarnya," jelasnya.

Agus menuturkan, pembinaan yang langsung ditangani oleh dirinya tersebut meliputi arahan dalam membuat patung, pemberian bahan baku, serta terkait dengan permodalan.

"Jadi apa yang nanti diproduksi mereka (para perajin binaan Agus-RED) itu dikirim ke kita. Tapi kalau mereka sudah siap mandiri, tidak masalah bila mau mandiri sendiri. Bisa aja kalau memang mereka misalnya dapat pembeli lain," imbuhnya.

Agus menjelaskan, dalam pemberian upah kepada perajin ia memegang sistem borongan. Dimana rata-rata perajin yang sudah memiliki jam terbang tinggi mampu menghasilkan sepuluh model patung dalam seminggu.

"Tapi kalau masih belajar paling 2-3 aja. malah belum tentu jadi. Karena kerajinan ini kan perlu kreasi imajinasi sendiri," ujarnya.

Ia menambahkan, untuk para perajin baru yang masih menjadi binaannya tentu pakai sistem lain dan ada kompensasinya.

Terkait harga produk hasil kerajinannya berkisar dari harga Rp50.000 sampai Rp13 juta. Ia menambahkan, sekali waktu pernah membuat produk limited editional yang dijual dengan sistem lelang dan berhasil ketuk palu di harga Rp15 juta.

"Kita pernah bikin dinosaurus dulu, panjang 8 meter tinggi 3 meter. Laku Rp15 juta, yang beli orang Eropa," imbuhnya.

Adapun pemasaran, dia biasa melakukan sistem penjualan daring dan tak memiliki toko. Namun begitu, bila ada calon pelanggan yang berniat melihat-lihat koleksi produk Veda Sabrina, bisa langsung mengunjungi bengkel sekaligus galeri miliknya yang terletak di Desa Langon 10/5, Tahunan 59425, Jepara.

Dikatakannya, kendati bendera usahanya kurang begitu santer terdengar di pasar lokal, namun produk olahan akar jatinya memiliki pasar utama nun jauh dibelahan bumi seberang, Eropa.

"Kita yang utama di Belanda dan di Inggris. Selain itu ada yang kecil-kecil ngga full satu kontainer, itu ke India, Korea, China... Ke dua negara itu (Belanda dan Inggris) dalam sebulan bisa kirim 2 sampai 3 kontainer. Nilainya kalau dirupiahkan mungkin bisa sampai Rp700 sampai Rp800 juta lah. Itu belum yang termasuk yang kecil-kecil tadi," terangnya.

Pada kesempatan itu pula ia menuturkan, jika boleh sedikit memberi masukan bagi para pelaku UKM yang saat ini barangkali baru merintis usaha, dan berniat untuk mengekspor produknya, ada baiknya, terlebih dulu bisa belajar atau menumpang nama dari perusahaan eksportir yang sudah mapan.

"Kalau sertifikat belum bisa ekspor langsung, sebenarnya ada cara lain, itu ada perusahaan lain, yang sebenarnya bisa kita mintai tolong untuk pinjam namanya untuk ekspor. Tapi sistem sama aja, nanti kita bayar pajak ke mereka, nah, mereka nanti yang bayar pajak ke pemerintah, itu yang pertama," jelasnya.

Kemudiam, kata Agus melanjutkan, cara kedua yang bisa dipakai bagi UKM pendatang baru yakni dengan membuka jaringan atau mengenal pihak keagenan kapal.

"Mereka kadang awam soal ekspor itu sendiri. Ngga tau apa yang harus dilakukan. Biasanya kalau pengen tau ya kenal aja dulu sama orang shipping agent atau keagenan kapal, nanti akan dibantu soal pengurusan dokumennya," imbuhnya.

Ia mengingatkan, sebelum langkah-langkah itu dilakukan, tentunya para pelaku UKM terlebih dulu harus memiliki kontak seseorang atau perusaahan di negara tujuan ekspornya.

"Tentunya harus punya kontak orang disana, kita kirim dulu satu atau dua barang kita buat pasar disana, kalau oke kan mereka mungkin akan beli lagi dalam jumlah yang lebih banyak," kata dia

Bukan hanya itu, langkah yang bisa diambil adalah dengan sering mengikuti ajang pameran yang digelar baik oleh pemerintah ataupun swasta.

"Yang mau memulai sebaiknya harus sering ikutan pameran kaya gini, soalnya bagus sebenarnya, banyak orang asing dateng... Atau pameran apapun. Ikut aja kalau bisa. Contohnya, saya pernah di Singapura pernah ikut pameran, biar dari dana sendiri, saya biasanya ikut itu untuk biar punya kontak dulu dengan orang sana," jelasnya.

Disinggung mengenai tantangan, Agus mengatakan kerap menemui kendala saat memasuki musim penghujan. Hal itu lantaran bahan baku limbah akar yang dicarinya menjadi sulit untuk dijumpai.

Selain itu, masalah sulitnya mendapatkan suntikan modal juga merupakan batu sandungan yang memuat usahanya lambat untuk bisa berkembang.

"Buat UKM seperti saya, mengajuan permodalan tidak segampang yang kita bayangkan. Walau omzet tinggi tapi kalau pinjam dana di bank kan yang pertama dilihat aset. Kalau pun kita punya aset, terus pinjam di bank, nilainya juga ngga sebanding dengan aset yang kita miliki. Jadi selama ini saya jalan dengan apa yang saya punya ngga pinjam bank," tandasnya.

Selanjutnya, menurut Agus, pemerintah diharapkan bisa lebih sering mempromosikan produk UKM keluar negeri. Salah satu jalannya yang bisa ditempuh dengan memberi fasilitas pameran.

"Dalam arti bila adakan pameran bisa dengan biaya yang terjangkau oleh kita.
Banyak teman-teman UKM kita di daerah itu mereka takut. Maksudnya, mereka udah bayar mahal, belum tentu sesuai dengan hasil yang didapat nantinya," tandas Agus.

Ia menambahkan, pemerintah juga mesti lebih memperhatikan UKM-UKM di pelosok daerah yang selama ini belum tersentuh padahal punya potensi untuk mendapat pembinaan.

"UKM yang dibawah itu masih banyak yang punya potensi tapi belum tersentuh mungkin karena keterbatasan Pemerintah untuk bisa mencapai wilayah tertentu. Binaan saya misalnya, itu ada yang sampai di Ngawi. Di dalam hutan. Ituu mereka belum tersentuh," pungkas Agus kemudian.[]



https://akurat.co/patung-limbah-akar-jati-dicari-pasar-eropa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar