Minggu, 03 Oktober 2021

Produk Botol Bekas Curi Perhatian Pasar Global



Semua yang bermula dari hati akan bermuara menyentuh hati. Demikian salah satu nilai hidup yang dipercaya Herman Purwanto kala menjalankan lakon sebagai perajin sekaligus pelaku Usaha Kecil Menengah berbendera Herco Craft.

Meski hanya bergelut sebagai perajin dari produk berbahan baku limbah botol, ia tak pernah berhenti meyakini, bahwa suatu saat nanti, apa yang sudah diproduksinya dari hati akan mampu berhuni di hati para pelanggannya.

"Saya punya standar kualitas untuk produk yang saya terapkan, karena apa? Ketika produk kita sudah dihargai customer, berarti orang itu sudah menghargai kita. Maka kita harus juga menghargai mereka dengan memberikan karya yang betul-betul 'ada kita' di situ, harus ada roh yang kita titipkan di karya itu. Kalau hanya membuat, saya tidak mau seperti itu," ujarnya saat ditemui Akurat.co akhir pekan lalu.

Tak meleset barang sedikit pun apa yang sudah diyakini oleh lelaki asal Ungaran, Semarang itu. Sebab sewindu berlalu, kini produknya benar-benar bercokol di hati para pelanggan setianya yang tak hanya dari dalam negeri tapi bahkan merambah di pasar luar.

"Produk upcycle botol kita sudah ekspor, ada ke Singapura, Kuala Lumpur. Dan kebetulan di acara ini kita dapet buyer dari Australia," imbuhnya.

Turut meramaikan ajang tahunan Trade Expo Indonesia (TEI) yang digelar sejak tanggal 11 hingga 15 Oktober 2017 di ICE BSD Tangerang, Herman memamerkan ragam produk hasil buah tangganya seperti rumah lampu, tempat lilin, toples, kalung, piring mangkok, dan celengan, yang kesemuanya merupakan daur ulang dari limbah botol bekas.

"Saya membuat kerajinan ini bisa dibilang clean produk ya, artinya produk kita bersih dari limbah, karena semua pecahan kita pakai. Seperti kalau yang kecil-kecil ini kita jadikan mata kalung, anting-anting. Pokoknya jangan sampai menghasilkan limbah lagi," katanya.

Tak melulu hanya soal menjajakan dagangan, menurut lelaki berusia 47 tahun itu, ajang pameran adalah satu momen yang bisa dimanfaatkan pelaku ekonomi kreatif untuk mengenalkan produk karyanya sehingga dapat lebih dekat kepada khalayak.

"Bagi saya, definisi pameran bukan kemudian kita berjualan ya, atau membuka pasar kaya pasar malam. Bukan itu. Tapi kita mendisplay... supaya orang tahu kualitas barang kita dan apa yang bisa kita berikan ke customer," kata dia.


Herman menjelaskan, dalam memproduksi limbah botol bekas, ia membagi produknya dalam dua kategori besar, reguler dan ireguler.

Produk reguler merupakan barang yang diproduksi secara massal, contohnya seperti produk-produk yang ia ikut sertakan dalam ajang pameran TEI.

Untuk barang-barang seperti itu, biasanya dibanderol dengan harga kisaran dari Rp100.000 hingga Rp400.000 per unitnya.

"Kalau yang irreguler lebih ke art. Contoh yang akan kita bikin itu ikan arwana dari botol. Itu rencananya akan kita tampilkan di acara Inacraft 2018, April, di JCC, Senayan. Tingginya 1,5 meter nanti. Itu rangkaian dari pecahan botol, yang kita potong sedemikian rupa. Disusun-susun kemudian di dalam kita kasih lampu juga. Dan nanti pakai sistem lelang, siapa yang mau beli, dengan harga tertinggi, silakan. Jadi produknya pun cuma satu," terang Herman.

Tak menitikberatkan penjualan melalui pameran, dalam memasarkan produk olahan botol bekasnya Herman mengandalkan sistem penjualan dalam jaringan (daring) dengan memanfaatkan media sosial instagram.

Sebagai salah satu upaya dalam memberikan pelayan, Herman berani memberi jaminan bahwa produk yang dipesan pelanggan akan diterima dalam kondisi baik. Bila nantinya terdapat kerusakan pada barang, maka pihaknya tak sungkan melakukan pergantian dan mengirim ulang item yang sama tanpa ada biaya tambahan, sekalipun barangkali kerusakan itu terjadi karena kesalahan dari pihak jasa pengiriman.

Selain itu, bila memang ada calon pelanggan yang berniat melihat langsung produk-produk Herco Craft, mereka bisa berkunjung ke galerinya di daerah Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Dan sebagai strategi ekspansi, dirinya juga berencana bakal membuka galeri Herco Craft di wilayah Jakarta.

Disinggung mengenai omzet rata-rata yang didapat selama menjalankan usahanya, Herman tak bisa menyebutkan besaran nilai yang diterima pihaknya secara gamblang.

"Untuk pasar domestik cukuplah yah... Kalau yang kita ekspor sejauh ini yang model gelas, itu model sederhana, itu satu bulan 500-600 unit, ya kalau dihitung-hitung kalau satu gelasnya Rp75.000 kalikan ajalah yah," ujarnya sambil tertawa.

Dikatakannya, guna memenuhi pasokan bahan baku dalam pembuatan produknya, ia tak hanya mengandalkan dari lapak-lapak atau pengepul botol bekas lokal, tetapi juga melakukan kerja sama dengan beberapa pihak luar untuk penyediaannya.

"Ini botol-botol bekas miras dari luar ya, selama ini kita memang sudah dapet link. Kadang kalau permintaan melonjak tinggi saya harus ke Jakarta untuk mendapatkan botol-botol bir yang diinginkan customer. Tapi kalau (pembeli) dari luar itu biasanya mereka malah suka botol lokal, karena warna hijau botol wine luar sama botol bir Indonesia itu beda, lebih cerah hijau botol Indonesia. Dan itu lebih menarik buat mereka," terang Herman.

Sebagai salah satu pelaku usaha yang sudah terbiasa bersinggungan dengan pasar global, jika diperkenankan memberi saran pada temen-temen UKM lainnya, Herman menuturkan, para pelaku usaha yang ingin tumbuh menjadi besar dan produknya mampu menembus pasar luar, maka mereka harus berani mengambil risiko gagal. Menurutnya, kerap kali ditemui para pelaku usaha takut untuk keluar dari zona nyaman dan enggan mengambil risiko.

Selain itu, untuk memperkenalkan produk yang mereka tawarkan kepada sebanyak mungkin orang, para pelaku usaha ada baiknya gemar mengikuti berbagai ajang pameran meski terkadang hal itu membutuhkan biaya modal yang tak sedikit.

"Ya buat saya itu, sebelum saya ikut pameran dengan biaya yang mahal, saya harus menetapkan hati untuk bisa menerima kemungkinan yang paling pahit, yaitu tidak laku, ketika saya sudah bisa menerima risiko itu, maka saya akan pameran, kenapa? Biar nanti beberapa kali gagal mendapatkan buyer, saya ngga masalah, saya akan bakal terus ikut pameran-pameran yang ada. Karena itu investasi saya," kata Herman.

Pada kesempatan itu dirinya juga berharap, pemerintah bisa lebih mempermudah perizinan bagi para pelaku UKM yang berniat mengekspor produk mereka. Menurutnya, Bila perlu ada prioritas keringanan biaya agar UKM bisa terus tumbuh sehingga nantinya bisa memberi kontribusi besar bagi pemasukan devisa negara.

"Mungkin saat ini UKM-UKM itu memang masih kecil, tapi saya rasa ketika pemerintah bisa beri keringanan, saya yakin nanti itu UKM bisa jadi besar. Mereka akan memberi kontribusi pajak yang lebih besar untuk Indonesia," tegasnya.

Selain itu, kata Herman melanjutkan, bila boleh memberi saran, pemerintah sebaiknya semakin gencar lagi melakukan sosialisasi atau penyuluhan terkait tata cara ekspor kepada para pelaku UKM, sebab kendala lain yang sering dihadapi yakni kurang pahamnya mereka tentang aturan main mengekspor produknya.

Terakhir, herman berharap masyarakat Indonesia bisa melakukan sesuatu untuk lingkungan, terutama lebih bijak saat memilih dan membeli produk. Dalam artian bila hendak membeli suatu barang, ada baiknya bila dipikir-pikir terlebih dulu, apakah mereka memang benar membutuhkan produk tersebut atau tidak. sebab, kalau hanya dibeli saja namun tidak pemanfaatannya dan dipakai, tentu akhirnya barang itu hanya akan menumpuk dan berakhir menjadi gunungan sampah.

"Melalui produk ini saya ingin memicu masyarakat juga, ayolah kita manfaatkan barang-barang yang sudah jadi sampah menjadi barang-barang atau produk yang punya nilai ekonomis tinggi, dan akan lebih baik produk yang kita bikin itu bisa sampai kita ekspor ke luar," pungkas Herman menutup.[]

https://akurat.co/produk-botol-bekas-curi-perhatian-pasar-global


Tidak ada komentar:

Posting Komentar