Minggu, 11 Juli 2021

Kecapung, Produk Kulit Sarat Filosofi Tahan Banting


Jangan terkecoh mata, biar kecil capung ternyata binatang yang kuat dan tahan banting. Demi melihat pesan filosofi yang tersemat pada serangga bernama latin Anisoptera itu, membuat seorang Deiby Nugroho empat tahun lalu, akhirnya memutuskan meminjam nama ordo Odonata itu agar tertera di bendera dagang produk kerajinan kulit miliknya. Kecapung.

"Sesuai dengan konsep produk saya ini, jadi tahan lama, kuat dan dari segi desainnya kita cari yang memang ngga buat keren-kerenan sih, supaya langgeng," ujar Deiby saat ditemui tim Akurat.co akhir pekan lalu.

Turut menyemarakan perhelatan Bazaar Ideafest X Tokopedia 2017, Deiby menuturkan, dengan meminjam nama serangga yang biasa terbang di sawah-sawah dan hutan-hutan itu, dirinya secara gamblang ingin menunjukkan bahwa dagangannya merupakan 100 persen produk lokal Indonesia. Baik dari desain, bahan baku hingga para pekerja yang terlibat dalam segala proses produksinya.

"Kita produknya tas kulit asli. Kita desain langsung dan produksi langsung. Kita juga punya workshop sendiri di Yogyakarta. Tapi pemasaran kita terpusat di Jakarta," imbuhnya.

Ditanya soal hak paten, Deiby mengatakan, pihaknya sudah memenuhi segala persyaratan yang diperlukan untuk bisa mengantongi HakI. Dan saat ini sedang dalam masa tunggu sambil dipantau oleh Kementerian Hukum dan HAM.

"Kita lagi proses HaKI. Sudah sekitar setahun, jadi kalau yang sudah-sudah proses HaKI memang lama ya, paling cepat setahun, jadi ya kira-kira kita masih nunggu setahun lagi," imbuhnya.

Wanita berusia 40 tahun itu menjelaskan, pihaknya tak hanya menerima pemesanan untuk pasar ritel dalam jumlah produksi yang besar, tapi juga siap menerima pesanan secara khusus berapa pun quantitinya.

"Kita bisa untuk ritel yang jumlahnya banyak, ini untuk penjualan ready stok, sama yang custom order. Nah, kalau yang custom order, bagi mereka yang punya desain sendiri atau punya kulit sendiri, itu bisa kita bikinin walaupun cuma satu aja. Kalau yang produksi ritel, itu dikerjakan di workshop karena jumlahnya agak banyak. Kalau yang custom order saya kerjain sendiri," terangnya.

Deiby menuturkan, untuk melanggengkan usaha kerajinan kulitnya tersebut, ia biasa mengerahkan emam hingga delapan orang perajin asal Yogyakarta.

Terkait pemasaran, saat ini pihaknya tak hanya terfokus pada sistem penjualan daring, tetapi juga kerap mengikuti pameran-pameran yang digelar baik oleh pemerintah maupun swasta. Ia juga menjajakan produknya pada sebuah toko kerajinan di daerah Bogor dengan sistem konsinyasi.

"Penjualan ekspor pernah, ke Spanyol. Tapi waktu itu mereka pakai brand sendiri. Nah, mereka minta dibuatkannya sama kita. Kita sih oke aja," imbuhnya.

Ia menambahkan, "Kita sering diajak Kementerian Perindustrian untuk pameran-pameran dan difasilitasi. Diantara itu... di Surabaya sama Makasar.

Sementara untuk harga, satu produk tas kulit produksi kecapung dibandrol dengan harga berkisar antara Rp400.000 hingga Rp1,8 juta.

"Kalau untuk dompet, kita mulai dari yang paling murah itu Rp100.000 sampai Rp350.000," kata Deiby menambahkan.

Sudah berkibar selama empat tahun, menurut Deiby, omzet rata-rata penjualan semua produk Kecapung perbulan bisa mencapai total Rp20 juta sampai Rp30 juta.

Tak berarti tanpa aral melintang, dalam upayanya memanjangkan umur Kecapung, Deiby bukan sekali dua kali menemui kerikil-kerikil kecil yang merecoki langkah kakinya, satu diantara terkait bahan baku. Tak hanya kadang sulit di dapat, bahan kulit yang dibutuhkan juga kerap bikin kepala sakit lantaran harganya yang melangit.

"Jujur aja, untuk aksesoris-aksesoris yang kita pakai kebanyakan masih impor dari China. Nah, itu banyak dari temen-temen yang mengeluhkan... kalau beli mahal dan ketersediaannya juga susah. Dan bahan baku kulit mentahnya sendiri kebanyakan untuk di ekspor, nah, begitu balik lagi jadi bahan kulit siap pakai, harganya jadi makin mahal, itu merugikan karena kita hanya dapat sisaan atau dapat dengan harga yang mahal," uangkapnya.

Pada kesempatan itu, jika dirinya boleh memberi saran, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan bagaimana memajukan sisi marketing UMKM, hal itu bisa dilakukan dengan memberi training atau pelatihan-pelatihan yang memiliki manfaat nyata bagi para pelaku usaha.

Selanjutnya, menanggapi geliat perkembangan UMKM atau start up di republik ini yang kian menunjukan eksistensinya, Deiby merasa hal tersebut merupakan titik cerah yang menggembirakan dan patut mendapat dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah itu sendiri.

"Ya seneng, karena semakin banyak kan berarti suaranya makin ada dan bakal semakin diperhatikan pemerintah, mudah-mudahan bisa mewadahi kita," kata Deiby.

Terakhir, Deiby mewanti-wanti bagi teman-teman yang hendak fokus menjadi enterpreneur, sebelum benar-benar terjun ke ranah itu, ada baiknya mengetahui terlebih dulu segala seluk beluk terkait usaha yang bakal dirintisnya.

"Buat temen-temen startup baru. Kita harus benar-benar suka dulu sama apa yang pingin kita fokusin itu. Jangan taunya cuma ngejual barang tapi ngga mau tau soal produksinya. Ya ngga bisa begitu, kalau kita udah mau di bidang itu, ya kita harus tau semua-muanya. Dari hal sekecil-kecilnya karena itu nentuin langgeng engganya bisnis yang kita jalani nanti," pesan Deiby seraya menutup perbincangan dengan Akurat.co. []



Telah tayang:
https://akurat.co/kecapung-produk-kulit-sarat-filosofi-tahan-banting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar