Minggu, 11 Juli 2021

Kulikin, Kerajinan Plywood dari Anak DKV yang Suka Nongkrong



"Kulikin itu dari kata ngulik-ngulik, lu taulah... Anak tongkrongan, kan, biasa ngomong 'ngulik bikin ini, yok, ngulik bikin itu, yok', gimana caranya bisa bikin produk, tapi kita ngulik yang bisa ngepress budget," begitu kata Yakubi saat membuka percakapan dengan tim Akurat.co, akhir pekan lalu.

Pemuda 24 tahun itu menerangkan, merek Kulikin miliknya, yang turut menyemarakan ajang berkumpulnya para startup dalam perhelatan bertajuk Bazaar Ideafest X Tokopedia 2017, merupakan produk kerajinan berbahan dasar olahan kayu plywood yang disulap menjadi beragam barang unik berdaya guna.

"Basicly produk kita pakai bahan plywood, kita bikin-bikin kerajinan dari plywood, dan bentuknya macem-macem, ada jam, ada gantungan kunci, holder, pen holder, tempat penyimpanan, ada tempat buku juga, macem-macem modelnya, banyak," rinci Yakub.

Ia mengatakan, usaha rintisannya itu dibangun bersama seorang karibnya yang notabene sama-sama lulusan sarjana Desain Komunikasi Visual di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Alasan kenapa dirinya menjatuhkan pilihan pada plywood sebagai bahan baku dan tidak memakai bahan kayu seperti albasia, maple atau papan kayu lain dalam produk kerajinannya, sebab hal itu sebagai upaya untuk bisa menekan harga jual barang-barang buatannya.

"Kita jual harganya juga ngga pengen terlalu mahal. Lagian, jenis plywood yang paling tinggi mutuya itu ngga lebih mahal dari jenis kayu murni (bermutu rendah) yang harganya paling murah, karena sayang dong kalau gue pakai bahan kayu tapi kualitas rendah. Mending gue pakai bahan semi kayu, tapi kualitasnya cukup baik," terangnya.

Dalam membuat kerajinan plywood tersebut, Yakub CS melakukannya secara mandiri, dari mulai mendesain produk sampai ke proses produksi hingga akhirnya menjadi suatu barang yang siap pakai.

Untuk harga yang dipatok bisa dibilang lumayan bersalaman, sebab, rata-rata produk kerajinannya itu hanya berada di kisaran harga Rp15.000 hingga Rp35.000 per unit.

"Jam dinding paling mahal, kita jual Rp 200.000 untuk satu (produk) jam," katanya menambahkan.

Mengingat usaha rintisan tersebut masih seumur jagung dan merupakan pekerjaan sampingan, Yakub belum bisa merincikan secara pasti jumlah rata-rata pendapatan perbulan yang bisa dia kantongi dari produk Kulikin.

"Ini sampingan sih, gue sama temen gue masih sama-sama sambil kerja, terus juga kita-kita masih suka ngerjain proyek lain, jadi bingung kalau ditanya omzet. Intinya (Kulikin) ini cuma salah satu cara kita buat nge-push masa muda... Ah, yah, yang jelas pendapatannya cukuplah... Bisa jadi tambahan buat ngajak jalan pacar," imbuhnya seraya tertawa.

Disinggung masalah kendala, menurutnya saat ini tak banyak masyarakat Indonesia yang mau mengapresiasi karya orang lain, khusus produk-produk kerajinan anak bangsa.

Untuk alasan itulah mengapa ia dan kawannya sengaja memproduksi barang-barang dengan harga jual semurah mungkin. Ia menerka-nerka, barangkali dengan harga yang membumi bisa membuat produk kerajinannya bakal dilirik banyak orang.

"Kita lihat aja, kalau produk (yang sama) buatan luar negeri, biar harganya sampe Rp500.000 juga dibeli, cuman kalau produk lokal boro-boro dilirik. Jadi itu kendalanya, kurang apresiasi dari masyarakat sendiri. Gue perlu cari akal gimana caranya bisa bikin produk yang berkualitas baik tapi harganya ngga mahal," tukasnya.

Terkait modal awal, ia mengatakan tak begitu banyak yang dikeluarkanya. menurut kalkulasi kasarnya, cuma beberapa ratus ribu rupiah, hal itu lantaran dalam proses pembuatan produk, dirinya hanya perlu membeli bahan dasar plywood. Sementara untuk alat-alat produksi, Yakub mendapat pinjaman mesin potong papan kayu dari orang tua temannya yang mendukung usahanya itu.

Pada kesempatan itu ia berharap, di tahun depan, Kulikin sudah mulai bisa dibuatkan hak paten, selain itu ia juga mengingatkan kepada teman-teman lulusan DKV lainnya untuk berani memulai usaha, dan mengimplementasikan seluruh teori yang sudah diperoleh selama di bangku kuliah.

"Harapan gue juga, ngga banyak anak-anak DKV yang masuk industri lama-lama. Jadi berharap mereka bisa mandiri, buka usaha sendiri, berkreasi sendiri, untuk majuin produk lokal," pungkas Yakub kemudian.[]

Telah tayang:
https://akurat.co/kulikin-kerajinan-plywood-dari-anak-dkv-yang-suka-nongkrong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar