Minggu, 11 Juli 2021

Mahi Watch, Bisnis Jam Kayu Beromset Puluhan Juta



Membumi namun tetap tampak elegan. Adalah citra yang barangkali terbit saat mengenakan produk jam tangan yang satu ini.

Berbahan baku kayu, Mahi Watch tak hanya bermaslahat sebagai pengingat waktu, namun juga menjadi representasi artsy dari daya kriya manusia.

Melalui Mahi Watch pula, Eldo Hardiyanto seakan menggamit pergelangan tangan setiap pelanggan yang mengenakan produknya, untuk bisa merawat lestari bumi dalam setiap ketukan detik yang merambat.

"Nama Mahi ini diambil dari bahasa Sansekerta artinya bumi, karena kita menciptakan produknya sendiri dari kayu, representasi dari bumi itu sendiri," ujarnya kepada akurat.co akhir pekan lalu.

Mengisi salah satu stand dalam perhelatan Bazaar Ideafest X Tokopedia 2017, Eldo menawarkan produk jam tangannya dengan dua pilihan bahan baku, kayu maple dan kayu sonokeling.

Pria berusia 35 tahun ini menuturkan, produk jam kayunya dikerjakan langsung oleh para perajin dari daerah Yogyakarta yang sudah dirangkulnya sejak satu setengah tahun yang lalu.

"Produksi kita memang bekerja sama dengan perajin di Yogya, tapi untuk semua desain dari kita," imbuhnya.

Sejauh ini, setidaknya dia telah menelurkan sepuluh model dan desain jam kayu Mahi Watch dan kesemuanya sudah dilempar ke pasaran melalui sistem penjualan daring.

"Untuk pemasaran masih by online, awal masuk di Instagram, Facebook. Lalu kita juga kerjasama dengan qlapa.com hampir setahun, ada juga reseller yang lain seperti market place, dan toko tentunya Tokopedia," terang Eldo.

Bicara soal harga, untuk satu produk jam tangannya itu Eldo mematok di kisaran harga Rp600.000 sampai Rp700.000. namun begitu, di momen-momen promo atau saat dirinya mengikuti event-event tertentu angka tersebut bisa turun nyaris setengah harga, yakni Rp400.000 per unit.

Terkait omzet, dirinya tak bisa menuturkan secara tepat angka pastinya, mengingat usaha dengan mengibarkan bendera Mahi Watch merupakan kerjaan sampingan yang hanya ia geluti disela-sela kesibukannya sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

Kendati demikian ia memperkirakan, pendapatan dari menjual produknya itu berkisar di angka Rp20 juta hingga Rp 30 juta perbulan.

Angka yang cukup membuat hatinya bersorak girang. Pasalnya, modal awal yang dulu ia keluarkan hanya berkisar Rp6 juta.

"Modal awalnya dulu... kita dulu produksi kan cuma 20 unit, jadi modalnya itu sekitar Rp6 jutaan lah," tuturnya.

Dalam memberi pelayanan lebih kepada para pelanggannya, Eldo menuturkan siap bila ada diantara costumer yang ingin memesan produk custom. Tentu dengan harga dan jumlah pesanan yang telah disepakati.

"Kita juga menerima custom meski dengan quantiti tertentu ya, terus kita juga bisa terima kalau misalnya ada customer yang mungkin mau dikasih nama atau apa di belakang jamnya, kita juga bisa itu dengan quantiti tertentu juga," jelasnya.

Selain itu, dirinya juga memberi garansi pada setiap penjualan produknya. Namun perlu diketahui, garansi yang dimaksud hanya terkait dengan kerusakan mesin dan tidak mencakup apabila kerusakannya terjadi pada bagian yang berbahan kayu.

"Garansi hanya mesin doang, kalau kayu kita ngga ada garansi, dan biasanya dari awal udah kita sampaikan ke costumer, saat pemakaian, mesti berhati-hati sebab ini barang yang rentan, terus jangan juga dipakai pada saat berenang. Semua jam tangan kayu tak ada yang tahan air," terang dia.

Eldo mengatakan, usahanya tersebut belum memiliki hak paten, dan beberapa waktu lalu sempat ditawari pengurusannya, namun hal itu belum bisa ia lakukan karena menurutnya usaha sampingannya belum bisa dibilang stabil.

"Kita juga belum berbadan hukum. Pastinya punya rencana ke situ (melegalkan usaha dan daftar HaKI-RED), tapi tentunya kita harus tingkatkan dulu penjual by online. Kalau bener-bener sudah konstan penjualannya, baru kita mulai perkuat brandnya dengan membuat perusahaan lalu kita daftarkan di HaKI," pungkas Eldo menutup.[]



Telah tayang:
https://akurat.co/mahi-watch-bisnis-jam-kayu-beromset-puluhan-juta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar