Selasa, 25 Februari 2020

Kepada Mantan

“Tuhan maha baik. Buktinya mantan-mantan saya baik-baik.”
Mahmud –Pengamat dedek-dedek gemes kawasan Purbet dan Taman Suropati.

***


“Dari dulu penyakit lupa sih, ngga ilang-ilang. Nih, pakein ini.” Ujarnya sambil mencopot gantungan kunci miliknya lantas menyerahkannya pada saya. Ia mungkin berpikir dengan begitu bisa meminimalisir penyakit lupa meletakan kunci yang kerap saya alami.
...

“Saya air jeruk panas. Dia kopi item. Oh, ya mas, kopinya kapal api, ya…” Serunya pada mas-mas warung siomay depan kampus kami yang dulu. Seperginya si mas-mas ia berujar, “Kamu masih suka ngopi, kan?”


“Njul (panggilan kecil mama ke saya), itu ada rujak ulek dimakan ya…” Ujar mama saat melihat saya pulang. Tak ambil tempo, setelah meletakan tas dan bersih-bersih sekadarnya saya mencoba mencicipinya. “Beli rujak dimana, ma?” tanya saya disela-sela mengunyah. “Ngga beli. Tadi itu dikasih sama (dia).” –maaf, nama disamarkan.


“Pake mantel ujan gue aja, nih.”
“Lha, ntar kalo lu mau keluar rumah pake apa?”
“Nanti minta anter laki gue pake mobil.”


“Bang, ini ada titipan dari ibu buat abang sama orang rumah.” Ujarnya sambil menyodorkan sekotak bolu kukus jelang perayaan hari raya.


Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel saya. “Pelo, pa kabar lu? gue punya buku bagus nih, ambil ke rumah ya.”


“Nasi uduk sama teh manis saya berapa bang?”
“Semuanya udah dibayar sama mba-mba sama mas-mas yang tadi ngobrol sama mas.”
Pada satu perjumpaan kebetulan kita (saya, kamu dan suamimu.)


Dalam sebuah bingkisan berisi kemeja biru bergaris putih dan secarik kertas bertuliskan, “…Semoga mendewasa tidak hanya dalam usia, kak.”


Dan seterusnya. Dan seterusnya...

***

*) ps: Kepada dua mantan pacar, dan beberapa orang yang sempat terlibat dalam hubungan dekat namun absurd hingga kita sulit mendefinisikannya, terima kasih masih tetap menjadi baik, meskipun saya tidak pernah bisa benar-benar bersikap baik pada kalian.




15122016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar