Minggu, 10 Juni 2018

Bumi, Kartini, Buku dan Soal Peringatan

Semacam prolog:
Mblo, ini apdetan kurang kerjaan yang mayan panjang. Jadi kalo kalian lagi sibuk modusin gebetan, mending kalian abaikan postingan yang kurang berfaedah ini.

Tapi... Ya terserah sih, pilihan tetep ditangan kalian.



***

“Saya akan mengajar anak-anak saya, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling memandang sebagai makhluk yang sama. Saya akan memberikan pendidikan yang sama kepada mereka, tentu saja menurut bakatnya masing-masing. …Lagi pula, saya bermaksud akan menghapuskan batas yang menggelikan antara laki-laki dan perempuan yang dibuat orang sedemikian cermatnya.” 
(Kutipan Surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 23 Agustus 1900.)

“Entah akan berkarir atau berumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.” 
(Dian Sastrowardoyo)

"JAL...! BANGUN. SEKOLAH!"
(Teriak Emak gue dulu saban pagi.)

***



Mblo...
Gak berasa udeh di akhir bulan April aja, ya... Sebulanan ini, saking banyaknya hal yang terjadi, gue sampe bingung mau nyeritain yang mana dulu.
Gak. Gak sedih kok kalo diceritain mah. Yang ada malah hepi. (Siapa yang gak hepi coba kalok abis terima gaji??) #hakhakhak *tawadevil

Selain gaji, gak bisa dipungkiri bahwa hepi ini memang didasari dari dinamika hidup gue yang selalu dikelilingi wanita-wanita luar biasa setengah peri yang tanpa pamrih selalu mau-maunya peduli sama progres pendidikan gue. Padahal jelas-jelas gue gak akan bisa membalas kebaikan-kebaikan mereka kecuali hanya dengan memanjakan mata mereka dengan mengandalkan tampang gue yang gak seberapa tampan ini. #ZzzZz...
Terberkatilah mereka semua.

Baiklah mblo, untuk mempermudah plot dan menyederhanakan pemetaan cerita, gimana kalo kita runut sesuai tanggalnya aja...

*bikin mapping point*

Yang pertama tanggal 21 April; perihal "kontroversi Hari Kartini."

Sebenernya ini polemik lama, jadi gak usah heran ya, mblo... karena memang begitulah hidup yang gak akan pernah lepas dari pro-kontra. Ada yang suka, ada yang belum suka. Yang suka mah, bakal hepi-hepi aja ngeliat jejeran bocah-bocah unyu pake kebaya dan baju-baju daerah, pawai keliling kampung guna memperingati hari lahirnya Kartini ini. Sementara yang "belum suka" bakal sering-sering mempertanyakan kembali soal kepahlawanan Kartini. Perihal kepantasannya dijadikan sosok pahlawan pergerakan nasional sampai-sampai hari kelahirannya dijadikan perayaan untuk memperingati hari emansipasi wanita setiap setahun sekali.

Salahkah mereka mengkritisi Hari Kartini?

Ayolah mblo... Jangan terlalu kaku terpaku sampe semua hal harus selalu disangkut-pautin sama dikotomi salah atau benar, hitam atau putih. Karena ini hidup mblo... Ada warna abu-abu yang kadang muncul disana. Ada hal yang memang sia-sia bila hanya dilihat dari perspektif benar-salah.
jadi, mari kita coba lihat hal ini dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Sudut pandang yang meniadakan konsep salah-benar yang menghakimi.
(Njir, ngehek banget bahasa gueh.) : )))

Bagi yang "kontra", mereka kerap mempertanyakan Hari Kartini sebab, dibanding Kartini, ada begitu banyak pejuang wanita lain di negeri ini yang menurut mereka jauh lebih hebat dan lebih layak untuk dijadikan sebagai sosok pahlawan dalam peringatan "Hari Kartini". Hal ini dilandasi karena perjuangan yang dilakukan wanita-wanita hebat itu dalam membela kaumnya bisa dibilang lebih progresif dari pada "hanya" sekedar melakukan korespondensi seperti yang dilakukan oleh ibu dari Soesalit Djojoadhiningrat ini.

Sebut saja Siti Aisyah We Tenriolle yang mendirikan sekolah di Tanette, Sulawesi Selatan pada tahun 1908. Tempat pendidikan modern pertama untuk anak-anak pria maupun untuk anak-anak wanita. Selain itu kontribusinya dalam menerjemahkan mahakarya epos La Galigo dari bahasa Bugis kuno ke bahasa Bugis umum, menjadikan Tanette memperoleh popularitas hingga benua Eropa. Bait-bait epos La Galigo tersusun dalam 300.000 larik, tercakup lebih dari 7.000 halaman folio.
(Gak kebayang deh, mblo, gimana rasanya ngartiin epos sampe 7.000 halaman. Disuruh nerjemahin arti senyum mantan gebetan gue dulu yang ambigu aja kadang gue suka langsung nge-lambai-in tangan ke kamera. Nyerah. -___-")

Atau Dewi Sartika yang berjuang mendirikan Sekolah Kautamaan Istri pada tahun 1910, hingga akhirnya banyak sekolah bertebaran di seantero Bandung.

Atau Rohana Kudus yang mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia di tahun 1911 dan Rohana School di tahun 1916. Dimana ia juga merupakan seorang jurnalis wanita pertama di Indonesia yang menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri diantaranya; Suntung Melayu (Koto Gadang), Wanita Bergerak(padang) dan Cahaya Sumatera (Medan).
(Jangankan nerbitin surat kabar, tulisan gue bisa jadi kolom di salah satu koran nasional aja, barangkali udeh bakalan ngebuat gue sujud syukur kali, mblo. *ngarepsss*)

Atau Nyai Ahmad Dahlan yang memimpin organisasi Aisyiah sebagai kelompok perempuan dalam tubuh Muhammadiyah yang diresmikan pada tahun 1917. Dan, melalui Aisyiah ia mendirikan sekolah-sekolah putri.

Atau Rasuna Said selaku pendiri Sekolah Thawalib. Dimana dalam perjuangannya bahkan sempat ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1932.

Atau Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Malahayati dan masih banyak yang lainnya yang gak bisa gue sebutin satu persatu disini tapi gak akan mengurangi kadar takzim gue ke mereka karena perjuangannya yang bisa dibilang sampe berdarah-darah.

(Atau mungkin, kenapa gak mantan gebetan gue aja yang di"Kartini"kan?? Mengingat kegigihan dia dalam memotivasi gue selama ini untuk tetep terus bisa sekolah setinggi-tingginya, membuat dia tuh seharusnya minimal banget dapet tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari negara.) *ditoyor*

Yah, mereka (orang-orang yang mencoba mengkritisi Hari Kartini) memiliki argumen yang tak salah, sebab tak bisa dipungkiri bahwa negeri ini, sedari dulu bahkan hingga kini, memang memiliki wanita-wanita hebat yang layak --sangat amat layak untuk diapresiasi. Wanita-wanita yang namanya pantas ditulis dengan tinta emas sejarah.

Gue pun sebenernya turut senang dengan adanya kontroversi ini, sebab berkat adanya pro-kontra yang terjadi telah membangun kesadaran buat diri gue pribadi untuk ngebet-ngebet buku sejarah lagi guna mencari informasi mengenai wanita-wanita hebat di negeri ini. Bukan tidak mungkin kontroversi ini bisa dijadikan semacam "alat" untuk menyebarkan informasi mengenai wanita-wanita hebat indonesia (selain Kartini) seluas-luasnya.
Tapi, rasa-rasanya akan menjadi ironi apabila kontroversi ini justru hanya digunakan untuk memperkecil penghargaan kita pada Kartini.

Iya, betul. Bahwa Hari Kartini merupakan "produk Belanda" seperti yang pernah dituliskan Harsja W. Bahtiar dalam sebuah artikelnya, "Kita mengambil alih R.A Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut"

Tapi, apakah dengan mengetahui hal itu kemudian "tradisi" Hari Kartini, kini menjadi tak pantas lagi untuk terus dilestarikan dan dirayakan?

Iya, betul, Belanda memang pernah menjajah kita. Kampretlah! dengan kolonialisme mereka di masa lampau. Yang tak hanya merampas harta kekayaan alam bangsa tetapi juga mengakibatkan hilangnya banyak nyawa. kampretlah! dengan siasat devide et impera peninggalan mereka, yang membuat orang-orang di negeri ini menjadi begitu mudahnya untuk di adu domba. Dan Kampretlah! dengan sistem feodal warisan mereka, yang -sadar atau engga- nyatanya mempengaruhi mental banyak orang di negeri ini menjadi... Ah, Mbuhlah.
Pokoknya mumet kalo diinget-inget.

Tapi, Kalau saja kita mau jujur dan berani untuk mengakui, apakah gak ada satu pun dari "warisan" Belanda yang gak bisa kita manfaatkan di masa sekarang?

Yah, pada akhirnya semua jawaban dan pilihan, gue kembalikan kepada kalian, mblo...
Mau ikutan pro, monggoh. Mau ikutan kontra, ya, gak salah. Netral-netral aja juga gak apa-apa. (denger-denger negeri ini pake sistem demokrasi, kok.) :)

Oh, iya, hampir lupa mblo, setahun sebelum meninggal, setelah pernikahannya dengan Raden Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tahun 1903 (ditulis dengan huruf: seribu sembilan ratus tiga), Kartini mulai merintis mendirikan sekolah bagi anak-anak perempuan di rumahnya sendiri, yakni di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. (Cie, cie, Kartini ternyata anak kompleks. Terus lagi "kecil-kecilan bikin usaha" sekolahan, cie... ) *ditempeleng*

Jadi mblo, sebenernya yang dilakukan Kartini ketika itu bukan hanya sekedar menyeh-menyeh curhat nulis-nulis surat ke sahabat-sahabat penanya di Eropa saja. Sebab ia sudah mulai merintis perjuangannya dengan tindakan nyata. (Gak kaya gue yang seringnya cuma apdet status gak jelas kerjaaannya.)
Sayang, Tuhan berkendak lain, mblo. Karena belum genap satu tahun sekolah itu berdiri, Kartini sudah dipanggil ke haribaanNya. Kartini wafat (secara jasad) di usianya yang keduapuluh lima.

*nenggak aer putih*
Bentar mblo, minum dulu. Aus gue.
Lu kalo udeh mulai bete nyimak ni apdetan, saran gue, mending nyeduh kopi dulu aja. Atau gak, ditinggal tidur aja. Jangan dipaksain. Ntar sakit kepala lho.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.

masih mau lanjut, mblo?

.
.
.

.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.

Yakin, gak sakit kepala?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.

.
.

.
.
.
.
.

Kalo lu mimisan terus pingsan gegara ngeladenin gue yang kaya kurang kerjaan gini jangan nyalahin gue ye, mblo...

.
.
.

.
.
.

.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

.
.

Okehlah, Buat yang ngeyel dan masih mau lanjut, kita terusin ke perihal yang kedua, tanggal 22 April; soal peringatan "Hari Bumi".

"Satu-satunya Kepunahan yang Bermanfaat bagi Bumi Hanyalah Kepunahan Manusia." @noffret

Wew,
Serem amat ya mblo quote Noffret di atas?? --Lebih serem dari pada ditinggal kawin sama gebetan lantaran dianya udah "gak tahan", sementara kitanya secara mental dan finansial, masih belum mapan untuk bisa komit sama ritual sakral bernama pernikahan. #yelah

Tapi harus diakui bahwa apa yang ditulis oleh Noffret bisa dibilang ada benarnya. Bahkan kalau kalian pernah membaca buku Kisah Para Nabi-nya Ibnu Katsir pasti tahu, kalau dulu Malaikat sempat mempertanyakan, kenapa Tuhan mesti menciptakan Adam untuk dijadikan sebagai khalifah di bumi? sebab kelak (menurut malaikat), kita selaku anak-cucu Adam hanya akan melakukan pengrusakan di muka bumi. Tapi untunglah Tuhan Maha Bijaksana, Dia tahu segalanya. Dan dengan sifat Maha Pengasih lagi Maha PenyayangNya, Dia tetap mempercayakan kita untuk mengelola bumi yang wow ini.

Jadi, setelah Tuhan tetap mempercayakan kita untuk mengelola bumi, kita jangan sampe ngecewain Dia ya, mblo... Seenggak-enggaknya sebisa mungkin meminimalisir kerusakan yang barangkali memang sulit untuk dihindari.
(Udah cukup kita ngecewain mantan gebetan aja, mblo. | HaH! kitah??? Eloh ajah kaleeeh jalllhhh | -________-")

Oh, iya mblo, polemik soal penambangan dan pendirian pabrik semen di gunung Kendeng, Rembang apa kabarnya yak? #NgalihinPerhatian

Yah, moga-moga penambangan plus pembangunan pabrik itu bisa di tinjau ulang ya, mblo... Mengingat adanya beberapa hal yang kayanya mesti dipertimbangkan lagi. Gak cuma di Rembang aja sih sebenernya, beberapa pertambangan yang ada di negeri ini sepertinya perlu peninjauan kembali.

Memang sih, kita membutuhkan semen sebagai salah satu bahan vital dalam pembangunan. Tapi kalau untuk membangun, kita malah justru jadi lebih banyak menghancurkan, ya buat apa?

Memang sih, lahan yang dijadikan penambangan dan pendirian pabrik bukan di daerah persawahan milik warga. Tapi kalau dengan hal itu justru mengancam ekologi dimana keberadaan sumber mata air yang notabene merupakan sumber krusial agar sawah-sawah warga bisa tetap basah, sehingga pada akhirnya nanti, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kekeringan dan gagal panen lantaran rusaknya keseimbangan ekosistem alam, ya buat apa?

Memang sih, salah satu pemasukan devisa negara selain diperoleh dari eksplorasi di sektor kelautan, kehutanan, perkebunan dan pertanian juga didapat dari pertambangan, tapi kalau dengan pengeksploitasian di salah satu sektor sumber daya alam malah justru menjadikan sektor yang lainnya jadi rusak berantakan, ya buat apa?

Intinya sih, bukannya gak boleh, cuma tolonglah itu AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)nya diperhatikan lagi dengan cara seksama dan dalam tempo yang gak usah sesingkat-singkatnya. (Analogi sederhana tapi rada ngaconya tuh; jangan sampe kita kaya orang yang pake baju bertebaran intan permata etapinya gak pake celana, sama aja boong ya, mblo...)

Oh ya, omong-omong makam kartini itu ada di Rembang kan, yah ? Ini bukan kebetulan kan, yah? Mengharukan banget ya mblo, ternyata gak cuma bapak-bapak aja, tapi ibu-ibu di Rembang juga ikut berpartisipasi melakukan aksi massa meminta agar penambangan plus pendirian pabrik di gunung Kendeng bisa di tinjau ulang. Udah gitu pake cara persuasif dan mayan kreatif.

Adem rasanya mblo, kalo ngeliat demo yang kalem dan gak mengganggu ketertiban umum.
^.^

Perihal ketiga sekaligus yang terakhir, tanggal 23 April, soal: "Hari Buku"

Caius Titus, seorang pejabat senat dari kekaisaran Romawi pernah berkata; "Verba Volant, Scripta Manent." Terjemahan bahasa Indonesianya kurang lebih, "Yang terucap kan lenyap tak berjejak, yang tertulis kan adi mengabadi." Sementara artian bebas menurut versi guenya, "Cowok yang bisanya ngegombalin kata cinta mah cuma modus. Tapi Cowok yang bisa nyantumin nama gebetannya di KUA, nah, itu baru serius." #bodo #amat #dah #jalll

Mblo...
Seperti yang sama-sama kita tahu, bicara soal buku tentu erat kaitannya dengan kegiatan membaca dan menulis. Kalau buku salah satu bukti peradaban manusia, maka membaca dan menulis, adalah kegiatan terpuji yang bisa dilakukan manusia. Hanya manusia.

Bagi gue pribadi, sejauh ini buku adalah keajaiban semesta yang gue letakkan di peringkat pertama. Jadi, jangan tanya seberapa besar rasa cinta gue pada buku dan dunia aksara.

Gue pernah membayangkan, kalau aja program televisi Katakan Cinta masih ada, terus suatu ketika ada seorang wanita yang --melalui acara itu tiba-tiba menyatakan cintanya ke gue (tuh, wanita kaya raya, cakep, cerdas dan solehah tapi keknya rada-rada "sarap" sebab mau-maunya nembak gue, udeh gitu lewat acara reality show yang ditonton orang se-Indonesia Raya pula.) Dia menyatakan perasaannya sambil memberikan pilihan, "Kalau kamu terima aku, ambil buku itu. Tapi kalau kamu tolak aku, ambil jepitan rambut it..." Di detik 0,05 sebelum dia menuntaskan kalimatnya, bisa ditebak, yang langsung gue ambil ketika itu udah pasti -gak mungkin gak- adalah buku! Gila aja kali mblo, kalo ada wanita solehah, cerdas, cakep, kaya raya plus dapet bonus buku, gue tolak begitu aja cuma demi buat ngedapetin jepitan rambut.
Sebego-begonya gue masih pake takeran juga kalik. #terserah #eluh #dah #jalll

Yah, inti sebenernya yang gue pengen sampein adalah kadar menariknya seorang wanita dimata gue, bakal menjadi berpangkat kuadrat, jika dia memiliki kecintaan pada dunia aksara dan bisa bersikap santun pada buku. Terlepas dari --seajaib apapun selera bacaannya.

Tapi gak berhenti sampe disitu, sebab jika wanita itu ternyata juga memiliki kema(mp)uan menulis, maka kadar menariknya gak cuma berpangkat kuadrat tapi meningkat menjadi berkali-kali lipat pangkat kuadrat dikali berlipat-lipat pangkat kuadrat dipangkatkan kuadrat lagi dikali pangkat kuadrat atau (baca: sisi menarik dia jadi sama dengan tak berhingga.) #lebey #emang #biarin #dih

Bukan tanpa alasan gue punya rumusan sendiri soal ini. Sebab kerap kali gue temui, ada beberapa tipikal orang yang awalnya nampak biasa-biasa aja tapi, begitu ia diberi pena, kertas dan waktu, maka jangan heran jika nanti pada akhirnya ia akan menunjukan siapa dia yang sebenarnya.
#tsaelaaah

Adenita, Afifah Afra, Asma Nadia, Ayu Utami, Clara Ng, Dewi Lestari, Djenar Mahesa Ayu, Fira Basuki, Helvy Tiana Rosa, Jazimah Al-Muhyi, Maria Ardelia, Mira Widjaja, Nisa Riyadi, Rachmania Arunita, Ratih Kumala, Risa Saraswati, Pipiet Senja, Upi Avianto, Waheeda El-Humayra hanyalah segelintir orang yang sudah membuktikannya.

Jadi,
Kalo lu pernah bermimpi menjadi penulis profesional, maka duduk dan mulai menulislah. Bagi gue sayang banget kalo mimpi seseksi itu sampe gak terealisasi.

Kalo lu tipikal introvert yang cuma menulis buat diri sendiri di lembar-lembar diary, itu bukan masalah. Karena dimata gue begitupun tetep seksi. Anne Frank pun menulis untuk dirinya sendiri.

Kalo lu tipe orang yang cukup percaya diri tapi memang cuma mau berbagi tulisan dengan beberapa orang lewat korespondensi, gue tetep bakal bilang; itu pun juga gak kalah seksi.
Ah, ya, sekedar perlu di ketahui, Kartini pun gak pernah menulis bukunya sendiri, ide mengumpulkan surat-surat Kartini lantas membukukannya itu gagasan dari sahabat Belandanya; Mr. J.H. Abendanon.

Apapun bentuk dan media yang digunakan sebagai upaya lu untuk meninggalkan jejak bahwa elu memang pernah ada di bumi lewat simbol-simbol aksara, itu udah sangat lebih dari cukup buat gue bilang bahwa elu; SEKSI.

Inget ini baik-baik ya, mblo;
"Scribo Ergo Sum. Aku menulis maka aku ada."
(Robert Scholes)

***

Semacam epilog:
Mblo... Sampe dengan hari ini emak gue masih tetep suka tereak-tereak tiap pagi, cuma sedikit berbeda dari belasan tahun lalu, tereakan emak gue sekarang itu,
"MUT...! BANGUN. SEKOLAH!!"
(Mut: nama kecil dari Muthmainnah, adek perempuan gue yang sekarang lagi seneng-senengnya pake seragam putih-biru.)





(fb:30042015)

Munir

Mblo... Di Indonesia mah, Munir diracunin sampe nyawanya melayang. Eh, di Belanda malah dijadiin nama jalan. Ho'oh, ngapa begitu amat ya mblo kontrasnya...

http://m.antaranews.com/berita/490251/nama-munir-dijadikan-nama-jalan-di-belanda





(fb:22042015)

Gantung Pena

Padahal niat awal pengen temenan sama Edi Wijaya Rochman, Uci Marselina Aprilia Putri, DiNova Rillyade, juga Nasreen Ell-ega Al- Farizhy di akun (efbi) biar bisa baca tulisan-tulisan ajaib mereka. Etapi keknya mereka udah "gantung pena", amnesia sama dunia aksara.
Tiba-tiba jadi ngerasa patah hati gini.
-______-"





(fb:22042015)

#Krik

Foto Lanang Sapta.




(fb:17042015)

Kebaikan Tak Punya Agama

"Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan Budha, bukan Protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat. 
Memahami manusia sebagai manusia."
(Dalam "Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib". 6 Oktober 1969.)


"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu atau sukumu."
(Abdurrahman Wahid "Gusdur")


***


Ini isu usang. Tapi keknya masi mayan relevan lah buat dijadiin bahan apdet pesbukan. Yah... Dari pada nih, akun dianggurin sampe dipenuhin jaring laba-laba belang di tembok keraton putih... (kek puisinya Rangga di "Ada Apa dengan Cinta"), dan ditumbuhi lumut kek nasib telapak tangannya Herry Budiman gegara kelewat lama gak dipake (buat ngegandeng pasangan), jadi maaf, kalo pada akhirnya dengan setengah maksa, gue justru kembali mengangkat isu yang udah berkarat.

Sekitar tahun 2012-an, saat itu jagad dunia maya sempat dihebohkan oleh adanya sebuah postingan kontroversial mengenai penggalangan dana sumbangan yang diperoleh dari receh-receh uang kembalian orang-orang yang berbelanja di minimarket-minimarket yang bertebaran di seantero negeri ini. (Dimana tentakel gurita kapital minimarket-minimarket itu telah mampu mencekik warung-warung kelontong bermodal tak seberapa besar milik warga hingga nyaris mati semaput kehabisan udara.)

Kenapa perihal sumbang menyumbang ini bisa menjadi kontroversi?

Berikut isi postingan tersebut yang gue kutip sesuai aslinya, namun karena satu dan lain hal maka, -maaf- gue merasa perlu menyamarkan identitas si pemosting;

"Info dari teman;
Kemaren saya belanja di Indomart. Terus abis bayar, kasirnya tanya secara otomatis (sepertinya sudah prosedur standar): 'Apa sisa uang receh mau disumbangkan ke badan sosial?'

Teman saya jawab: 'Ya', karena dia pikir cuma recehan. Tapi dia iseng becanda tanya: 'Sumbang ke mana mbak? Ke gereja yah?'

Dijawab: 'Iya.'

'Lho yang bener aja, ke badan sosial apa?', tanya teman saya lagi.

'GKI', katanya.

Kurang ajar, teman saya bilang: 'Saya ISLAM. Balikin recehan saya tadi!'

Coba kalian bayangin berapa juta per bulan gereja dapat dari ribuan Indomart (tidak menutup kemungkinan super/mini market lain). Saya yakin banyak yang tidak tahu akan hal ini karena tidak mau repot bertanya atau kasir sengaja tidak kasih tahu (atau bahkan kasir memang tidak tahu, bisa jadi hanya bosnya yang tahu).

Jadi, kasih tahu yang lain agar hati-hati!"
...

Hoammm *nguap*

See?
Bagaimana kalian menyikapi postingan macam begini?
Gue bukan hakim yang berkompeten buat nge-judge mana yang salah, mana yang benar, jadi sebisa mungkin gue gak akan sotoy menghakimi. (Siapalah gue yang cuma debu-debu ketombe di kepala yang sering merisaukan hari-hari ceria kamuh. #duilehhh)
Tapi ya tapi, Bagi gue postingan itu menggelikan sekaligus menyedihkan.

Kenapa?

Pertama, setelah mencoba mencari konfirmasi, gue mendapati fakta bahwa penggalangan dana sumbangan atas receh-receh uang kembalian yang dilakukan beberapa minimarket memang telah mendapat izin dari pemerintah yang perizinannya dikeluarkan oleh Kantor Kementrian Sosial (kemensos). Dimana penggalangan dana "recehan" ini, dalam penyalurannya berkerjasama dengan UNICEF, digunakan untuk program-program kemanusiaan seperti program penanganan malnutrisi untuk anak-anak di Indonesia, program sanitasi bersih di sekolah-sekolah, program Sahabat Pendidikan Anak Indonesia dan program-program lainnya. Untuk lebih jelas bisa di cek disini:


So?
Mengenai dana sumbangan yang (katanya) disalurkan untuk kepentingan GKI seperti yang dituliskan dalam postingan tadi sudah selayaknya mesti dipertanyakan kembali kebenarannya. Mengingat tidak adanya sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan pada postingan tersebut. 
Bukan berarti menuduh, tapi gue cuma khawatir aja kalo-kalo isu itu hanyalah hoax semata. Dusta adanya. Serta Bohong belaka. 
(Kek janji-janji manis mantan-mantan kita yang katanya bakal selalu setia gitu. #halah)

Alasan kedua, kenapa bagi gue isi postingan di atas menggelikan sekaligus menyedihkan? Karena dalam postingan tersebut nampak sekali tercium aroma sentimen agama yang begitu menyengat.

Sebab, kalau pun (maaf gue ulang sebagai penekanan) kalau pun semisal postingan itu benar, apakah kita (sebagai muslim) tidak diperbolehkan untuk memberikan sumbangan kepada kaum non muslim? Apakah ada pelarangan dalam soal itu?

Untuk menjawab hal ini, mungkin kita bisa bersandar dari Tafsir Depag RI mengenai tafsir surat Al-Baqarah: 272, yakni sebagai berikut:
"Dalam ayat ini (QS:02:272) Allah swt memberikan bimbingan kepada kita supaya tidak keberatan untuk memberikan pula sedekah itu kepada fakir miskin yang bukan muslim. Janganlah enggan bersedekah kepada mereka hanya dengan alasan bahwa mereka belum beriman kepada Agama Allah. Sebab, petunjuk untuk beriman itu datangnya dari Allah, sedang rasa-rasa belas kasih menghendaki agar orang-orang yang memerlukan pertolongan harus diberi tanpa memandang apakah ia beragama Islam atau bukan."

Mengenai menyedekahkan atau menyumbangkan harta kepada umat non muslim ini, barangkali juga bisa disimak dari asbabun nuzul atau sebab diturunkannya QS. Al-Baqarah: 272. Salah satu riwayat yang menerangkan hal ini antara lain ialah riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Abbas, sebagai berikut: 
"Bahwasannya Rasulullah saw. Dulu menyuruh kita untuk tidak bersedekah kecuali kepada orang-orang Islam saja, sehingga turunlah ayat ini (yang membolehkan kita untuk bersedekah kepada orang kafir yang bukan Islam)"
(HR Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas)
lengkapnya bisa dilihat disini:


Dan sebagai tambahan, sebuah tausiyah yang disampaikan oleh Dr. Musthafa Umar Lc. MA. Barangkali bisa disimak di sini:


(Kalau durasi 41:31 dirasa terlalu lama, karena udah buru-buru mau maen Clash of Clans, barangkali bisa mencoba memfokuskan diri di menit tiga belas sampai tujuh belas dulu aja.)
:-)

Yah, gue rasa gak perlu memiliki IQ yang terlampau tinggi untuk bisa mengerti dan memahami isi tausiyah yang disampaikan oleh Dr. Musthafa Umar Lc. MA. diatas. Sebab beliau sudah menjelaskannya dengan sangat membumi.

Akhir kata, sebagai penutup apdetan pesbuk gue yang disesaki diksi semerawut ini, maka gue akan mengutip twit ciamik dari Aan Mansur, 
"Berbuat baiklah, maka kamu akan baik-baik saja."






(fb:15042015)

Sama Gaya

Jaringan internet provider langganan akhir-akhir ini kaya sikap gue dulu ke elu gitu, yah?
Buruk. :/




(fb:09042015)

Modusin Balik Mbak-mbak Mini Market

Jajan lagi. Ke minimarket lagi. Di tanyain mbak-mbak kasirnya lagi, "Sekalian isi pulsanya, kak?"

"Makasihh mbak, masih ada pulsanya. Tapi kalo mbak mau ngisi hari-hari saya pake harapan-harapan sama senyuman maut mbak, kayanya boleh juga tuh."

#krik

Kemudian hening...






(fb:04042015)

Modus Mbak-mbak Mini Market

Perasaan gue gak tampan-tampan banget. Tapi heran, setiap jajan di minimarket, mbak-mbak kasirnya selalu aja nanya,  "Nggak sekalian isi pulsanya, kak?"

Hmm... Ini pasti mereka sebenarnya cuma pengen tau banget nomer hp gue, biar bisa nelpon-nelponin gue, terus nyepik-nyepikin gue gitu. Canggih banget dah modus mbak-mbak zaman sekarang.

#bodoamatjalll





(fb01042015)

Hujan

Hujan yang turun tiba-tiba tanpa mendung di pagi ini membuat banyak orang tak siap menyambutnya.

Jangan heran bila mereka yang tengah berkendara dengan roda dua tanpa mantel hujan dan para pejalan kaki, kocar-kacir dibuatnya. Acak mencari tempat-tempat untuk berteduh. Di halte-halte, di emperan toko-toko, di bawah canopy beberapa ruko, dimana saja yang membuat mereka setidaknya bisa selamat dari kuyup.

"Sedia payung sebelum hujan" memang seperti pepatah usang bagi sebagian orang, tapi... Yah, bila dengan hujan begini bisa membuat kita -para individu-individu yang tak saling kenal sebelumnya- bisa berdiri rapat untuk dapat berbagi hangat, kenapa mesti kau rutuki aroma khas petrichor ini?




(fb:11032015)

#DisituSayaTerkadangMerasaSedih

Gak bisa ngebales surat-surat dari temen-temen wanita gue satu persatu dan ngejelasin kalo gue sebenernya gak setampan yang mereka pikirkan.

(Ceritanya lagi ikutan hestek #DisituSayaTerkadangMerasaSedih)




(fb:01032015)

Bukti Peradaban Manusia

Tuhan, terima kasih karena di peradaban saat ini terdapat makanan seajaib pizza dan tahu gejrot.
Semoga dua makanan ini belum akan punah setidaknya untuk satu abad kedepan. Aamiin.




(fb:23022015)

Valentine

Bukan perayaan gue, sih. Tapi... Yah, selamat buat kalian yang barangkali saat ini tengah merayakannya bersama orang-orang terkasih. Sedikit saran, tetap jaga diri. ^.^




(fb14022015)

Bekel

Nana korobi ya oki.
Jatuh 7 kali , bangun 8 kali.
(Pepatah Jepang)

"kenapa kita jatuh? Agar kita bisa belajar untuk bangkit."
(Dialog Alfred kepada Bruce Wayne dalam Batman Begins.)

"Allah mencabut rasa menyerah dan putus asa pada anak-anak. Anak-anak akan selalu bangkit saat dirinya terjatuh. 
...Belajarlah dari anak-anak."
(Jefri Al-Buchori)

***

"Bermainlah. Karena bermain adalah cara belajar yang paling menyenangkan. Tak peduli sesibuk apapun kamu nanti, kuharap kau tetap punya waktu senggang untuk bisa bermain disela-sela kesibukan." Ujarmu membuka percakapan sambil mengeluarkan bola bekel beserta keenam bijinya yang terbuat dari bahan logam kuningan disela-sela kunjunganku ke rumahmu sepulang sekolah dulu.

"Kamu tahu aturan mainnya, kan?"

Kikuk. Aku sedikit mengangguk.

"Oke, aku mulai duluan." kau lempar bola bekel ke udara, menyebar keenam bijinya di atas meja, lantas dengan lincah mulai memunguti satu persatu biji-biji itu. Kau selesaikan pengambilan biji bekel satu-satu, dua-dua, tiga-tiga dan seterusnya, dengan mulus juga merampungkan semua tahapan Phi sampai dengan Phi enam dan bertahan hingga di Rho dua. Luar biasa.

Pada Rho tiga, fokusmu sepertinya goyah. Bola bekel baru bisa kau antisipasi setelah memantul di meja dua kali yang berarti juga, "mati".

"giliranmu." Kau sodorkan seperangkat bekel itu. Sedikit ragu aku menerimanya. Satu dua detik aku terpaku. Menimbang-nimbang. Mengumpulkan konsentrasi untuk mulai melempar bola ke udara. Sekilas kulirik matamu, kau mengulum senyum seperti menyemangati. Lantas, Bola bekel itu pun terlempar bebas di udara. Rikuh, Ku sebar keenam bijinya, lalu mulai memunguti biji-biji logam kuningan itu satu persatu. Yah, meski dengan degup jantung naik turun, aku berhasil menyelesaikan pengambilan biji ditahap satu, namun pada pengambilan biji dua-dua, bola bekel itu mencelat tinggi setelah membentur siku meja, lalu dengan sangat tidak sopannya, acak menabraki beberapa bangku dan meloncat-loncat ke berbagai arah yang tak tentu. Aku "mati" bahkan sebelum sempat meraup satupun biji ditahap dua.

"Buat ukuran mahkluk sepertimu yang sulit membagi fokus pada dua hal secara sekaligus, itu sudah lumayan lah..." Hiburmu sambil mengerlingkan mata. Kini seperangkat bekel kembali ke tanganmu. Kau lempar bola, melerai enam bijinya, membalik-balikan biji-biji itu membentuk pola Rho tiga-tiga. Meraupnya dua kali dan menyebarkannya lagi dalam satu lemparan bola. Rho tiga pun terlewati. Memasuki Rho empat, untuk kali kedua kau terlambat menangkap bola yang meloncat dengan arah yang acak.

Lagi dan lagi, kau "mati" berkali-kali ditahap yang sama. Rho empat. Kau baru benar-benar mengkhatamkan permainan yang secara otomatis juga menjadikanmu sebagai pemenang saat aku telah hampir berhasil menyusulmu ditahap Rho dua. Aku curiga, ketika itu kau sengaja ingin mengulur waktu. Dua hipotesaku, pertama, kau tak ingin menyelesaikan permainan ini dengan tergesa-gesa. Kedua, kau tak ingin membuatku berkecil hati karena kalah dengan begitu mudahnya.

Tidak, tidak, aku tidak berfikir kau tengah meremehkanku dengan menunda-nunda kemenangan. Aku tahu, bagimu ini memang bukan soal kalah atau menang. Ini permainan yang esensinya memang hanyalah untuk kesenangan. Cara bersenang-senang yang barangkali bisa diambil pelajaran.

Lantas dimana letak belajarnya?

Yah, saat kau bilang, "Jadilah seperti bola bekel, ketika kita menjatuhkannya ke bawah, ia akan memantul ke atas lebih tinggi dari tempat asal kita melemparnya. Semakin kencang bola bekel dijatuhkan dan semakin keras alas tempat ia terjatuh nanti justru akan membuatnya bisa melesat ke atas berkali-kali lipat lebih tinggi. Memahami daya pantul bola bekel untuk bisa melenting saat terpelanting itu... Penting."

***






(fb:12022015)

Iron Man

"Apakah aku akan baik-baik saja?"
-Virginia "Pepper" Potts-

"Tidak, kau memiliki hubungan dengan ku, semuanya tidak akan baik-baik saja. Tapi mungkin aku bisa mencari jalan keluarnya. 
...Itulah yang akan kulakukan. Aku akan memperbaikinya."
-Tony Stark-
(Dalam Iron Man 3)

***


Iron Man 3 itu film kita. 
Umm... Maksudku film yang membuat kita pada akhirnya bisa melunas tuntaskan semacam janji yang pernah kita sepakati ketika dulu masih mengenakan seragam putih abu-abu, yaitu, menonton bersama di bioskop untuk kali pertama. 
Yah, Aku suka film rekomendasimu itu. Kau memang selalu tahu bagaimana atau seperti apa sesuatu bisa dinikmati secara bersama-sama.

Kenapa aku bilang begitu?

*ngunyah popcorn*

Well, Sebagaimana pria pada umumnya, aku cenderung menyukai film-film action yang didominasi dengan adegan laga dan tidak terlalu berlimpah kata, atau meskipun terdapat banyak dialog di dalamnya, film itu dibangun dari dialog-dialog cerdas tanpa kehilangan sense of humor sehingga bisa mencairkan suasana. Terberkatilah para sineas yang mau dan mampu menggarap film-film semacam itu.

*nyedot ice cappucino*

Berbeda denganku, kau adalah representasi dari wanita, dimana film-film beraroma drama biasanya mampu membuatmu... Maaf, bisa menjadi sedikit "gila". : ) Hal ini berkorelasi dengan psikologis dasar tentu, bermain-main di ranah perasaan adalah habitmu.

(Ngunyah popcorn sudah. Nyedot ice cappucino juga sudah. Tapi mau nyobain yang lain. Aku boleh ngunyah sama nyedot kamu ajah??)
*digetok*
(Maksudnya ikut ngunyah dark chocolate sama nyedot soft drink cola punyamu...)
*kamunya malah ngacungin jari tengah*
-_____-"

Film action yang diramu dengan sentuhan drama, begitulah Iron Man 3 menurutku. Film rekomendasimu yang akhirnya benar-benar bisa kita nikmati bersama di tengah-tengah perbedaan selera kita dalam menyukai genre film yang ada.

(Tayangan extra selesai, lampu studio 2 padam, film Iron Man 3 pun mulai diputarkan.)

Aku percaya, kau --dengan kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang tak biasa tentu tahu, bahwa terdapat segudang pesan ingin disampaikan dalam sekuel film yang diangkat dari tokoh superhero besutan Marvel itu. Jadi sepertinya aku tak akan mengulas perihal plot film terlalu jauh. Disini aku hanya ingin mengulas soal bagaimana konyol dan tololnya Tony, si manusia baja karena terlalu banyak menghabiskan waktu guna menyempurnakan baju Iron temuannya hingga hampir tak punya waktu untuk kekasihnya, Pepper.

Tony baru benar-benar menyadari betapa keberadaan Pepper begitu berarti ketika kekasihnya itu terjatuh dari atas anjungan setinggi 60 meter ke bawah lautan api dalam sebuah drama penyanderaan yang dilakukan Killian --seorang ilmuan jenius penemu program "Extremis" yang sakit hati dan menyimpan dendam karena perlakuan Tony di masa silam.

Mengira Pepper telah mati, membangkitkan amarah Tony yang lantas berusaha membalas Killian. Pertempuran sengit pun terjadi. Program "Extremis" yang disuntikan ke tubuhnya sendiri, membuat Killian menjadi manusia berkekuatan super yang tak mudah untuk ditandingi. Menjelang akhir pertempuran yang sengit, Tony terjepit, untuk kali ini si manusia baja nampaknya akan kalah, tapi --seperti film-film Amerika pada umumnya yang sarat akan propaganda sebagai negara adidaya-- disaat yang tepat Pepper datang menaklukan Killian dengan hanya sekali pukulan.

What? Pepper selamat?

Yah, Pepper ternyata masih hidup, program "Extremis" yang disuntikan ke tubuhnya saat ia tengah disandera Killian, ternyata memberikan efek kekuatan luar biasa sehingga Pepper dapat selamat meski telah terjatuh dari anjungan yang tinggi dan akhirnya bisa menyelamatkan Tony di detik-detik terjepitnya.

Sampai disini aku tercenung. Menoleh kearahmu, dimana kaupun ternyata melakukan hal yang sama. Dalam diam dan remang, mata kita seolah saling bicara, "see, kini kau tahu bukan siapa pahlawan yang sebenarnya??"

Memasuki bagian akhir cerita, didorong atas kesadaran akan kekeliruannya selama ini, membuat Tony memutuskan untuk memerintahkan Jarvis --perangkat kecerdasaan buatan miliknya- untuk menghancurkan semua baju Iron Man di angkasa sebagai tanda kini ia ingin memfokuskan waktunya bersama Pepper. Ledakan demi ledakan baju Iron yang menciptakan kilau cahaya serupa kembang api mewarnai langit malam dengan mereka yang kini saling berangkulan satu sama lain di atas puing-puing anjungan yang tersisa.

(Film Iron Man 3 usai. Lampu studio 2 kembali menyala, satu persatu pengunjung pergi. Sembari bersiap berdiri kau sodorkan sebagian dark chocolate dan soft drink colamu, sambil lalu berkata, "Nih, tolong bantu habisin." Dalam kikuk aku menerimanya. Beberapa jenak tertegun tapi kemudian aku tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Yah, begitulah kamu. Nampak dingin, namun sebenarnya hangat tiada banding.) :')



***



Ps:
Ah, yah, kau tahu apa yang lucu ketika kita menonton bersama di daerah Cikini pada malam itu?
Barangkali kau tak sepenuhnya menyadari, tapi... Astaga, kau benar-benar memperlakukan aku seperti layaknya seorang bocah yang baru menonton di bioskop untuk kali pertama. Kau yang menghandle segalanya. Mulai dari membeli tiket, memilih tempat duduk sampai "menuntunku" ke studio 2 tempat film kita akan diputarkan, membuatku nyaris tak mampu menahan tawa. 

Yah, kau pasti masih mengingat betul, bahwa sampai di bangku SMA dulu aku masih belum pernah sekalipun menginjakan kaki di salah satu bioskop manapun. Rencana nonton bareng kita pun bermula dari situ. Hingga sembilan tahun lamanya rencana itu terkatung-katung. Kupikir barangkali kau sudah melupakannya, tapi ternyata aku keliru, kau memang wanita yang sebisa mungkin menjaga diri dari cedera janji, karenanya, walaupun malam itu tepat seminggu sebelum lelaki itu datang menemui orang tuamu guna menunjukan keseriusannya untuk melamarmu, kau tetap berkeras ingin melunas tuntaskan kesepakatan kita dulu: Menggugurkan "rekor" konyolku sebagai lelaki yang tak pernah menonton di bioskop sama sekali meski usia telah memasuki angka dua puluh lima.

Tapi maaf, karena aku tak memberi tahumu sebelumnya, bahwa pada kenyataannya, tepat di tanggal yang sama dua bulan sebelumnya, "rekor" itu sebenarnya telah kutumbangkan dengan menonton film berjudul "Mama" bersama seseorang yang padanya aku bercerita sedikit-banyak tentangmu. Mungkin ini terdengar defensif, tapi aku hanya tak ingin merusak gempita suasana hatimu di malam itu.

Sekali lagi, maaf...
Karena sempat menutupi beberapa perkara yang semestinya perlu kau tahu.




(fb:07022015)

Jangan Buru-buru

Semacam jawaban atas meme kiriman, "maen-maenlah ke rumah, mana tau mama setuju." | kasih waktu buat mama-mama kita dulu. :D







(fb:26012015)

PK

Jadi tuh, yah, pelm terbarunya si Aamir Khan yang judulnya "PK" itu lucu, haru, mutu jadi satu. Si eneng Anushka Sharma juga sedep banget diliatnya, bikin gue bawaannya jadi pengen cepet-cepet bisa mandi junub di sungai Gangga gitu.

Ijalnyah «~ akhir-akhir ini lagi takjub sama "lompatan besar" India di beberapa bidang.






(fb:12012015)

Tengkiuh...

Tanpa kalian, siapalah saya? Barangkali cuma cowok tampan biasa yang ngga bisa apa-apa.^.^


Foto Lanang Sapta.

Foto Lanang Sapta.

Foto Lanang Sapta.





(fb:08012015)


Bayi Gue Lahir

Alhamdulillah yah, setelah melalui proses persalinan yang tergolong lancar tanpa sesar, di penghujung tahun ini salah satu anak gue akhirnya terlahir normal. Gue nggak terlalu berharap kelak ia bakal menjadi anak yang hebat, gue hanya sering bermimpi semoga kehadirannya membuat bumi, tempat yang sama-sama kita huni ini bisa menjadi sedikiiiiiiit lebih ramah lagi untuk ditinggali suatu hari nanti. Gue namai dia... "Toleransi".

Foto Lanang Sapta.





(fb:31122014)

Gandhi

"Ing ngarso sung tulodo..." Dari depan memberi teladan. 
-Ki Hadjar Dewantara-

"Tak perlu mencela garis yang bengkok atau memberikan penjelasan berlebihan | gambarlah satu garis lurus dan manusia akan melihat"
-Felix Siauw-

***

Halo, gaesss...
Apa kabar?
Masi pada jomblo?
Yaa ampun, ini udah hampir di penghujung tahun lho, mau sampe kapan hidup melajang?
Emang nggak takut karatan??
#halah #abaikan

Hhmm... Oke, okeh, jadi ada cerita apa hari ini?
Apah? Ngga ada? Ah... Barangkali kalian hanya belum percaya diri aja untuk berbagi cerita disini. Semacam masi malu-malu gitu. (Cie... Cie... Yang masi malu-malu.) Gue percaya kok, bahwa setiap kita sebenarnya selalu punya kisah yang menarik untuk bisa dibagi dan dipetik hikmahnya.
Umm... Baiklah, bagaimana kalau gue mencoba memulai lebih dulu?

Ceritanya begini...
Eh, tapi sebelumnya gue mau bilang sorry, karena belum sempat memverifikasi kevalidan cerita ini pada si empunya cerita. Maklumlah ke-sok-sibukan akhir-akhir ini membuat gue ngga bisa bercakap-cakap dengan paman Mahatma Gandhi.
Iyah. Cerita kali ini melibatkan tokoh Ahimsa dari India yang satu itu. so, boleh percaya, boleh nggak. Terserah. Moga-moga kalian bisa memetik pesan moralnya aja.

Jadi pada suatu ketika, jauh sebelum India bisa mengirimkan satelit terbesarnya ke antariksa, Gandhi didatangi oleh seorang ibu paruh baya yang memiliki masalah karena anak lelakinya yang berusia lima tahun mengalami kerusakan gigi yang parah. Tidak separah kerusakan di negeri ini karena korupsi memang, tapi well... Kerusakan gigi si anak benar-benar parah. celakanya, kondisi itu semakin diperparah lagi karena kegemarannya mengkonsumsi gulali.

Gandhi, kerusakan gigi dan gulali?
Dimana korelasi cobak?

Kalem, gaes. Kalem.
biasain pake foreplay dulu, deh. >;)

Sebenarnya, si ibu dari anak itu sudah mencoba untuk menasehati si anak agar berhenti mengkonsumsi gulali demi kesehatan gigi. But, yah, ternyata si anak ini udah kadung jatuh hati pada gulali. Kira-kira kek aku yang udah kadung jatuh hati ke kamu gituh. *muntah

Guru si anak di sekolahpun ternyata juga tak kurang-kurang memberi pengarahan agar si anak bertobat dari gulali. Sebab meski bukan dosa, gulali telah menjadi salah satu penyebab rusaknya gigi.
Apa hasilnya? Si anak lelaki itu seperti tak bergeming. Ia tetap tak bisa berpaling, cintanya pada gulali melebihi cintanya pada gigi. Tapi Tuhan itu baik. Maha baik. Meski telah dicampakkan begitu saja oleh si anak kecil tadi, gigi akhirnya bisa dipersunting oleh rafi.
(Inih, apaaaaaaahhh??? Please... Jal. Pleaseeeeeee. -___-" )

Okeh. Fokus.
Semacam hampir menemukan jalan buntu, si ibu anak itu dan si guru akhirnya berdiskusi di sekolah. Entah seperti apa persisnya diskusi itu terjadi, yang jelas si guru akhirnya menyarankan si ibu supaya bisa menemui tokoh yang menjadi idola anaknya itu dan meminta agar bersedia menasehati si anak untuk bisa berhenti mengkonsumsi gulali. Sebab menurut hemat si guru, anak-anak biasanya akan lebih patuh pada orang atau tokoh yang menjadi idolanya.

Siapa tokoh idola anak itu?

Yup, gue rasa kalian udah tau siapa dia. Inilah salah satu fungsi dari gaya bercerita flasback. *senyum akademis*

Mengetahui asal pangkal kedatangan si ibu paruh baya itu menemuinya, membuat Gandhi terdiam sejenak, lantas kemudian berucap, "Tolong beri saya waktu tiga bulan, nanti saya akan menasehati anakmu."


Si ibu pun pulang. Singkat cerita, setelah tiga bulan kemudian, Gandhi mendatangi rumah si ibu, dan menemui si anak lelaki. Kepada si anak, Gandhi hanya berucap, "Nak, berhentilah makan gulali."

What? Gitu ajah? Paman Gandhi cuma bilang gitu ajah?

Sayangnya, iya.

Tapi apa yang terjadi?

Sejak saat itu si anak lelaki benar-benar berhenti makan gulali.

Si ibu dari anak itu nyaris semaput tak habis fikir, kenapa untuk bilang,"Nak, berhentilah makan gulali." Gandhi butuh waktu sampai tiga bulan. (Wahhh, nggak beres inih.) Diliputi rasa penasaran yang menghantui, akhirnya si ibu kembali menemui Gandhi dan bertanya, "Tuan Gandhi, maafkan saya, kenapa Anda harus membutuhkan waktu sampai tiga bulan hanya untuk memberikan nasihat yang mudah seperti itu?"

Dengan jujur, Mahatma Gandhi berujar, "Karena saya sendiri juga suka makan gulali, itulah kenapa saya meminta waktu tiga bulan, agar saya bisa belajar lebih dulu untuk berhenti makan gulali, sebelum menasihati anak Anda untuk melakukan hal yang sama."

See. Perhatikan itu. Bagaimana cara seorang Gandhi menasihati.

Jadi apa pesan moralnya?

Gue rasa kalian lebih cerdas untuk bisa menarik kesimpulannya.





(fb:22122014)

Ngarep :)))

Berharap bisa kumpul sama "keluarga" di penghujung tahun. #usaha ^.^ — bersama Edi Wijaya Rochman.   .>:)))


Foto Lanang Sapta.




(fb:13122014)

Berkas MPK Winda

Kemarenan abis rapih-rapihin arsip lama, nemu beginian di berkas MPK-nya si Winda. Gak tau kenapa, ngeliat beberapa nama yang ada di daftar ini, tiba-tiba jadi khawatir gini sama nasib ummat dikemudian hari. -____-"



Foto Lanang Sapta.


(fb:23112014)

Bonus

Dalam pelajaran, nilai bagus itu bonus, yang penting itu pemahaman.
Sama kek hubungan, "status" itu bonus yang penting kesepahaman.
#yak#elah#sik




(fb:05112014)

Ada Apa?


Dulu seingatku kau tangguh,

Pantang untuk mengeluh.

Dulu seingatku kau sangat pemalu,

Tak ingin seorang pun tahu kebaikan-kebaikanmu.

Entah apa yang dilakukan semesta

belakangan ini padamu,

Tapi sepertinya pada beberapa perkara

aku menyukai kamu yang dulu.









Dulu seingatku kau sangat menginspirasiku

Jadi kumohon tetaplah begitu.





(fb:27102014)

Ikhfa

Kamu itu kek huruf Ikhfa di ilmu tajwid. Ada, tapi samar.

#NyepikSyariah
*dirotan sama pak ustadz




(fb:18102018)

Gelap

"Jangan takut akan gelap
Kar'na gelap melindungi diri kita dari kelelahan."
(Jangan Takut Gelap - Tasya feat Sheila On7)

***

Hei kamu. Dimana kamu? Di sini tengah ada pemadaman lampu sejak pukul dua satu. Bagaimana ditempatmu? Apakah juga begitu?

Ah, kemana pula purnama? Rasa-rasanya baru kemarin lusa ia di atas sana menggantung anggun dalam siklus sempurnanya. Bahkan beberapa hari yang lalu, bersama bumi dan matahari ia nampak indah "berdarah" digaris lurus. Bahkan si dingin uranus datang secara khusus sebagai bonus. (Iya, di kotaku ia memang tersaput awan, tapi di kota kelahiranmu, pesonanya ramai diperbincangkan. Diabadikan.)

Tapi itu kemarin, kemarin lusa, dan kemarin-kemarin yang lain. Kali ini
purnama sepertinya malu-malu. Tak tahu kah ia? pemadaman lampu dan tanpa padang bulan membuat tugas akhir sekolah terasa semakin gelap saja?
Tidak, tidak. Aku tidak sedang mengeluh. aku hanya ingin berbagi cerita denganmu.

Iya, iya. Kini aku tak terlalu khawatir lagi soal gulita setelah kau dulu sempat berkata, "Sebab gelap membuat pupil mata akan terbuka lebih lebar dari biasanya, agar kita bisa peka pada minimnya intensitas cahaya. Maka bersyukurlah. Maka nikmatilah. Selama kamu percaya dan tetap membuka mata, ketidaktahuan hanyalah nisbi. sementara."

yah, begitulah. Sudah pernah aku katakan, bukan? kau memang selalu punya cara yang berbeda dari orang kebanyakan. Tak hanya mampu melihat sesuatu yang pahit dari sudut yang menarik, tetapi juga mampu melihat yang sepertinya tak nampak dari tempat yang gelap.

***

Ps: sebenarnya ingin kubagi catatan ini kemarin malam, tapi akunya ketiduran. Mungkin aku lelah. #apeuhlah






(fb:14102014)

Tambel Ban

Buat Suci RamaNdani sama Nurisra Viany yang katanya mau nyoba-nyoba wirausaha. Cuman saran, mendingan buka usaha bengkel tambel ban di sekiteran dusun gue aje, tuh. Selaen masi jarang, abang-abang tambel ban di dusun gue juga keknya gak terlalu peduli sama mitos "bangun siang rezeki dipatok ayam". Jadi mereka buka lapak bengkelnya semau-mau mood aja. Jadi prospek banget buat kalian yang bangun paginya ngalahin mba- mba komplek sebelah. Jadi udahlah dicoba dulu ajah.


Udeh gitu, ngebayangin bakal "dilayanin" sama kaka-kaka bohai, keceh dan sekseehh model kalian berdua, pemudah-pemudah di dusun gue pasti jadi pada sengaja nusuk-nusukin ban mereka pake paku, biar nantinya punya alesan mampir buat ngerasain "service"an di bengkel kalian itu. Laku dah pokonya, Laku.

#IjalEmangVisioner







(fb:03102014)

Ironi

Ironi adalah ketika suatu kebenaran kadang hanya didasarkan dari seberapa banyak orang-orang yang melakukan kesepakatan. Kebenaran soal kegantengan gue yang disepakati hanya karena banyak perempuan-perempuan yang bilang gue tampan, misalnya.
*kemudian mikir
*kemudian hening
*kemudian ditae-taein
-____-



(fb:22092014)

Meme

Yah... Gimana yah, ngobrol or interaksi sama gue kadang simple aja sih, mau ditinggi-tinggiin apa mau dibanting. Kalo pas lagi ditinggi-tinggiin elunya ge-gaya-an sok-sok jaim, ya, jangan nyalahin kalo nanti pada akhirnya gue banting.

Tapi tenang... sebisa mungkin gue belajar buat berlaku golden rule kok. Jadi saat lu, gue banting, disaat yang sama elu bisa banting balik. Tinggal gimana cara kerja otak lu bereaksi aja.

Kek meme balesan dari presenter berita abal-abal tapi berbakat si Julie Jupii, misalnya. Dia apdet DP meme sambil nulis di PM, "gue gak dendaman, Jal. Cuma bagi rata aja."

Yah, Gue sih, senang kalo dapet lawan yang imbang. :))

Nih memenya:

Foto Lanang Sapta.




(fb:18092014)

Lingkar Otak Takeran Bocah TK

Kemarenan ketemu kawan lama, langsung curiga keknya doi pake susuk, deh. abisan dari dulu ampe sekarang pesona cantiknya awet gitu. ('.')?

Trus dia-nya nyapa duluan,
"Wow, Ijal, sekarang lu keliatan tua, yah."

oh... Iyah, sekarang gue emang udeh dewasa. *kibas kerah kemeja

"gue bilang keliatan tua, Jal... Tua. Muke lu tua. Lingkar otak mah, tetep takeran bocah TK."

#UdahBangkeSejakPercakapanPertama
#MalesNyeritainKelanjutannya



(fb:13092014)

Jumat, 08 Juni 2018

Harun Yahya

Sederhananya, hidup itu #random. Hmm... Maksud gue, "random" ^.^   -bersama Igor Alun

Foto Lanang Sapta.


"Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna."
-Harun Yahya

Nb: Sebelah kiri abangnya. Sebelah kanan adeknya :)))






(fb:30082014)

Hitam Kopi

"Aku suka kopiku pekat dan nendang, jika suatu saat kafein membuatku tumbang, setidaknya aku pernah merasakan tendangannya yang paling kencang. "
(Partikel - Dee)

***

Tak ada yang banyak berubah. Bila dulu setiap kali kita kongkow-kongkow di warung somai depan sekolah, hal pertama yang kupesan adalah kopi hitam, maka sekarang pun tetap begitu.

Lantas, setelah pesanan datang, bergegas kutuang kopi dari gelas ke piring kecil tatakan yang biasanya menjadi alas, agar panas kopi menguap menjadi hangat kuku lekas-lekas.

Dulu kau akan tertawa, minimal melempar senyum jenaka melihat kebiasaan kecilku yang katamu "ajaib" itu. Yah, kau memang mudah gembira. Bahkan pada hal-hal yang paling sederhana sekalipun. Aku suka.

Petang ini, aku menyempatkan diri berkunjung ke warung somai langganan kita. Entah sudah berapa purnama tak bertandang, sepanjang yang terekam dalam ingatan, kali terakhir aku di sini ketika menunggumu. Menunggu kamu yang ternyata tak jadi datang lebih tepatnya. Pekerjaan tambahan tiba-tiba membuatmu akhirnya berhalangan dan tak bisa melunas tuntaskan janji pertemuan kita. Tak apalah. Kau memang pekerja sekaligus pelajar yang keras dan memiliki daftar prioritas yang jelas. Aku menaruh hormat padamu untuk itu.

Aha, Kopi hitam pesananku datang. Masih seperti dulu, segera kutuang kopi dari gelas ke piring tatakan yang semestinya menjadi alas. Aku memang tidak sedang bergegas, tapi aku ingin kopiku menjadi hangat kuku lekas-lekas.

Kamu masih ingat? Kali pertama melihatku memesan kopi hitam kau mencuatkan mimik "mengerikan" seraya berretorika, "apaan jal?? kopi item? Aku lagi gak berhadapan sama aki-aki yang buka praktek perdukunan, kan?" Lantas meledakan tawa yang tercecer dimana-mana.

Keparat.
Saat itu kau memang nampak keparat. Juga biadab. Meski begitu, kau memang selalu mampu membalut canda seperti cerca. Kadang butuh kecerdasan yang tak biasa untuk bisa memahami cara kerja selera humormu itu.

Beberapa jenak kopiku menghangat. Seruputan pertama membuat wajahmu seketika membias dihitamnya kopi.

Dulu, setelah kau "guncang" warung ini, diujung tawa yang mereda, secara tiba-tiba kau "rampas" piring kecilku lantas ikut menyeruput kopi yang memang belum benar-benar tandas dan masih tersisa itu. Aku ingat betul bagaimana kau kemudian membelalakan mata. Tapi kemudian diam. Tapi kemudian hening. Suara baling-baling kipas terdengar diatas kepala kita. Anginnya semilir perlahan menerbitkan suasana menenangkan. Bahkan suara gemeretak nikotin terbakar yang kuhisappun samar-samar terdengar.

.
.
.

"Orang yang pertama kali meracik kopi pasti seorang jenius." cetusmu memecah keheningan."Dia tahu betul bagaimana cara mengatasi hitam dan pahitnya kopi. Bersama takaran gula yang proporsional ia mampu membuat kopi menjadi minuman yang sedap. Memang, hitamnya kopi tetap hitam. Pahitnya pun sebenarnya masih sedikit tertinggal dipangkal lidah saat kita menyesapnya, tapi... yah, kopi ini nikmat sekali. Aku rasa dalam banyak hal kita bisa belajar dari bagaimana cara meracik dan menikmati kopi."

Nah, ini bagian yang paling ku senangi dari dirimu. Sebenarnya secara esensi bukan kebiasaan kecilku yang "ajaib". Tapi caramu melihat sesuatu itulah yang kerap "ajaib". Kau selalu mampu melihat segala perkara dari celah yang paling menarik. Bahkan pada kopi yang pahit.
...

Yah, sepertinya tak ada yang banyak berubah, jika kelak kita punya kesempatan untuk bisa berkunjung ke warung somai depan sekolah sambil menikmati kopi bersama lagi, aku akan tetap menuangkan kopi dari gelas ke piring kecil yang seharusnya menjadi alas, agar panas kopi menguap menjadi hangat kuku lekas-lekas.
Sedikit perbedaan ketika itu, barangkali hanyalah kita tak lagi menikmati kopi berdua saja. Tapi bertiga. Aku, kau dan lelaki yang kini selalu punya waktu untukmu.




(fb:26082014)

Alesan Cowok Pakek Cincin di Jari Manis

Tiga alesan kenapa cowo pake cincin di jari manis (karena ini versi gue, jadi suka-suka gue. ^.^):
1. Udeh punya pasangan.
2. Belom punya pasangan tapi udeh tunangan.
3. Belom punya pasangan, belom tunangan juga tapi lagi pewe sendirian.

Dari sini, harusnya Igor Alun bisa sedikit cerdas buat ngebaca "semiotika" kenapa cincin hadiah kwaci gue lepas waktu kemarenan maen ke rumahnya. Etapinya, Si eneng malah di ungkep. #IndikasiKejahatanMasif



(fb:25082014)

#DanAkramPunTertawa





(fb13082014)

7Belas Agustusan

Tujuh belas Agustusan lagi. Seru-seruan lagi.  Lomba-lomba lagi. Ngerjain bocah-bocah alus yang ngga berdosa lagi. Lagi dan lagi.

*senyum antagonis*

Seperti tujuh belasan yang udah-udah, dalam rangka memperingati hari proklamasi kemerdekaan bangsa ini yang (katanya sih) udah enam puluh sembilan tahun merdeka dari penjajahan, di dusun tempat gue tinggal, beragam lomba kembali di  selenggarakan. Dari lomba cerdas cermat MIPA Fisika, lomba ansamble biola sampe lomba  merakit robot dan mobil tenaga surya. #ngarang

Iyah, iyah, gue becanda. Dan mengada-ngada. Yang benerannya itu, lomba lari bendera, jalan klereng, masukin paku ke dalam botol dan lomba-lomba lain yang ngga bisa gue sebutin satu persatu namun sedikitpun ngga mengurangi rasa hormat dan takzim gue pada mereka. #apeuhhhcoba

Dari sekian banyak lomba yang sudah dan masih bakal dilaksanakan sampai minggu depan ini,  gue cuma akan berfokus untuk ngeshare lomba mewarnai gambar tingkat  pra sekolah dan taman kanak kanak aja.

Kenapa?

Ya suka-suka gue. Kan, gue yang punya cerita.  #idih #ngeselin

Maap, maap, yang barusan komen sisi kampret gue. Alesan sebenernya karena ngeliat hasil lomba mewarnai kali ini, membuat gue ngerasa seperti tengah "disentil" sama si krucil-krucil ini melalui karya-karya mereka.


Kok bisa?

yah, mari sama-sama kita coba me-review beberapa hasil karya mereka yang menurut versi opini pribadi, sebenarnya adalah salah satu bentuk konspirasi buat menjatuhkan gue.#apabae



(Rizal Mahmuddhin <---ini orang pola pikirnya kadang masih jahiliyah, jadi maklumin aja kalo semua hal selalu dikait-kaitin sama teori konspirasi.)


Yowislah.
Rasah kakehan cangkem.
Cekidot ae mas/mba bro:

Yang pertama ini karya dari Aisyah, usia 6 tahun.  Meski masih terlalu belia, doi sepertinya udah peduli banget sama perkara kerapihan. Gimana ngga? Lihat aja, betapa rapinya dia mewarnai model gambar yang sudah disiapkan panitia ini. Sesuai pakem sekali.  Nyaris tak ada guratan pencil warna yang melewati garis.

Lewat karyanya ini, seakan-akan dia bicara, "tuh, jalll, hasil mewarnai aku mah rapi. Gak kaya sekolah kamu, hubungan kamu, dan hidup kamu yang belum rapi-rapi itu." *Dehem-dehem* terus lanjut bicara,"yah... aku sih ikut prihatin aja sama kamu."

 
(kacrutlah -_____-")

Lain Aisyah lain pula Rizko. Nih:

Yang pertama ini karya dari Aisyah, usia 6 tahun.  Meski masih terlalu belia, doi sepertinya udah peduli banget sama perkara kerapihan. Gimana ngga? Lihat aja, betapa rapinya dia mewarnai model gambar yang sudah disiapkan panitia ini. Sesuai pakem sekali.  Nyaris tak ada guratan pencil warna yang melewati garis.

Lewat karyanya ini, seakan-akan dia bicara, "tuh, jalll, hasil mewarnai aku mah rapi. Gak kaya sekolah kamu, hubungan kamu, dan hidup kamu yang belum rapi-rapi itu." *Dehem-dehem* terus lanjut bicara,"yah... aku sih ikut prihatin aja sama kamu."

kacrutlah -_____-"

Lain Aisyah lain pula Rizko. Nih:

Kalau Aisyah peduli  pada kerapihan, Rizko cenderung lebih konsen pada totalitas.  Terbukti dari caranya mewarnai setiap space yang ada pada gambar ini.

Melalui karyanya, Rizko seperti tengah mengelus-elus kepala gue sembari memberi wejangan, "jalll... Kalau ngelakuin sesuatu itu harus yang total. Jangan setengah-setengah. Emang kamu mau dapet calon istri nanti yang setengah-setengah? Ngga, kan...?"

(Kurang ajar betul si Rizko memang.)

Kalau Aisyah peduli  pada kerapihan, Rizko cenderung lebih konsen pada totalitas.  Terbukti dari caranya mewarnai setiap space yang ada pada gambar ini.

Melalui karyanya, Rizko seperti tengah mengelus-elus kepala gue sembari memberi wejangan, "jalll... Kalau ngelakuin sesuatu itu harus yang total. Jangan setengah-setengah. Emang kamu mau dapet calon istri nanti yang setengah-setengah? Ngga, kan...?"

(Kurang ajar betul si Rizko memang.)

Kalau yang ini perbuatan Fio. Sekilas barangkali ngga ada yang spesial pada karya mewarnainya, tapi begitu diperhatikan dengan seksama ternyata ada yang ngga biasa. Dimana? Atau apanya yang ngga biasa? Coba perhatikan lagi gambar tadi.

*seketika hening sesaat*

Yak!! Betul banget.  mata  dari ketiga pria di gambar ini ternyata berwarna merah. Kenapa demikian?  Iseng-iseng gue coba tanya ke Fio. Sambil senyum dia cuma jawab, "itu, yang laki-laki lagi pada sakit mata, om..."

(Udah? Gitu aja? Wow banget yah. -_-)

Iyah, Fio memang cuma bilang begitu, tapi dari caranya tersenyum yang agak  sedikit memiringkan  bibir  ke kanan, seakan-akan dia bilang, "jal... jal... jadi orang kok, ngga peka. Gimana mau pinter ngebaca tanda. Belajar lagi, sanah."

(Njir. Sengak sangat si Fio inih.)

Next, langsung ke karya si Nayla sajalah:

Kalau yang ini perbuatan Fio. Sekilas barangkali ngga ada yang spesial pada karya mewarnainya, tapi begitu diperhatikan dengan seksama ternyata ada yang ngga biasa. Dimana? Atau apanya yang ngga biasa? Coba perhatikan lagi gambar tadi.

*seketika hening sesaat*

Yak!! Betul banget.  mata  dari ketiga pria di gambar ini ternyata berwarna merah. Kenapa demikian?  Iseng-iseng gue coba tanya ke Fio. Sambil senyum dia cuma jawab, "itu, yang laki-laki lagi pada sakit mata, om..."

(Udah? Gitu aja? Wow banget yah. -_-)

Iyah, Fio memang cuma bilang begitu, tapi dari caranya tersenyum yang agak  sedikit memiringkan  bibir  ke kanan, seakan-akan dia bilang, "jal... jal... jadi orang kok, ngga peka. Gimana mau pinter ngebaca tanda. Belajar lagi, sanah."

(Njir. Sengak sangat si Fio inih.)

Next, langsung ke karya si Nayla sajalah:

Karya Nayla  bisa dibilang rada membingungkan. Cara dia dalam memberi warna yang ngga biasa membuat gue bertanya-tanya dalam waktu semalaman. Seperti warna baju koko salah satu pria pada gambar yang ngga seragam, sebagian kuning sebagian lagi hijau. kain sarungnya juga tidak sewarna karena sebagian kuning sebagian lagi... Itu warna ungu, bukan? Warna kulit muka juga  bermacam-macam. Dua pria berkulit muka merah tua, tapi tangan berwarna kuning dan hijau. Atau seorang pria berkulit muka orange tapi tangan berwarna kuning.  Dua wanita di gambar itu juga di warnai tak senada, bermuka merah muda tapi tangan kecoklatan. Warna rumput-rumpunpun  tidak melulu hijau tapi ada yang kuning, biru juga ungu. Bahkan warna langit pun tak selalu biru.

Dalam karyanya ini, Nayla seakan sedang membisiki gue dua hal, "1. Jangan takut berbeda. 2. Jangan heran dengan perbedaan. " Yah, ini pesan ambigu yang  membingungkan. Tapi  pada karya warna Nayla, gue ngerasa gambar dua pria dan dua wanita yang tengah bersalaman secara implisit justru  menemukan makna.

(Cerdas bukan buatan Nayla.)

Terakhir:

Karya Nayla  bisa dibilang rada membingungkan. Cara dia dalam memberi warna yang ngga biasa membuat gue bertanya-tanya dalam waktu semalaman. Seperti warna baju koko salah satu pria pada gambar yang ngga seragam, sebagian kuning sebagian lagi hijau. kain sarungnya juga tidak sewarna karena sebagian kuning sebagian lagi... Itu warna ungu, bukan? Warna kulit muka juga  bermacam-macam. Dua pria berkulit muka merah tua, tapi tangan berwarna kuning dan hijau. Atau seorang pria berkulit muka orange tapi tangan berwarna kuning.  Dua wanita di gambar itu juga di warnai tak senada, bermuka merah muda tapi tangan kecoklatan. Warna rumput-rumpunpun  tidak melulu hijau tapi ada yang kuning, biru juga ungu. Bahkan warna langit pun tak selalu biru.

Dalam karyanya ini, Nayla seakan sedang membisiki gue dua hal, "1. Jangan takut berbeda. 2. Jangan heran dengan perbedaan. " Yah, ini pesan ambigu yang  membingungkan. Tapi  pada karya warna Nayla, gue ngerasa gambar dua pria dan dua wanita yang tengah bersalaman secara implisit justru  menemukan makna.

(Cerdas bukan buatan Nayla.)

Terakhir:
:
Gue ngga tau ini karya siapa. Sebab ini satu-satunya karya yang ngga dicantumi nama. Gue udah coba tanya-tanya ke panitia, tapi mereka pun cuma  menggelengkan kepala. Ini karya gelap. Misteri sangat.  *merinding*  #lebay.

Mengingat lomba mewarnai ini bisa diikuti oleh bocah-bocah yang belum sekolah, kuat dugaan sementara,  si seniman yang mewarnai gambar ini boleh jadi adalah bocah yang  belum fasih sama aksara, tapi antusias dan semangat sekali untuk bisa berpartisipasi mengikuti lomba.

Jika demikian yang terjadi maka si bocah ini  telah sukses besar menampar gue dengan sikap percaya dirinya itu. Dia mungkin belum bisa tulis baca, tapi dia berani mencoba. "bermain-main" dengan warna.  Point itu yang kadang masih menjadi PR pribadi gue.

Gue ngga tau ini karya siapa. Sebab ini satu-satunya karya yang ngga dicantumi nama. Gue udah coba tanya-tanya ke panitia, tapi mereka pun cuma  menggelengkan kepala. Ini karya gelap. Misteri sangat.  *merinding*  #lebay.

Mengingat lomba mewarnai ini bisa diikuti oleh bocah-bocah yang belum sekolah, kuat dugaan sementara,  si seniman yang mewarnai gambar ini boleh jadi adalah bocah yang  belum fasih sama aksara, tapi antusias dan semangat sekali untuk bisa berpartisipasi mengikuti lomba.

Jika demikian yang terjadi maka si bocah ini  telah sukses besar menampar gue dengan sikap percaya dirinya itu. Dia mungkin belum bisa tulis baca, tapi dia berani mencoba. "bermain-main" dengan warna.  Point itu yang kadang masih menjadi PR pribadi gue.


Semua karya mewarnai yang masuk ke meja panitia memiliki kelebihannya masing-masing. Tapi maaf ngga semua bisa di share.  Bila dipikir-pikir ulang, sepertinya  mereka ngga mungkin punya niatan buat nyindir apalagi mencoba menjatuhkan, mereka hanya mencoba berkarya, bisa jadi (dan memang ini yang terjadi) cuma guenya aja yang kelewat  sensi. Yah, biar bagaimanapun, mereka bocah-bocah yang luar biasa.

Terimakasih telah antusias dan turut berpartisipasi.
*angkat topi*

Semua karya mewarnai yang masuk ke meja panitia memiliki kelebihannya masing-masing. Tapi maaf ngga semua bisa di share.  Bila dipikir-pikir ulang, sepertinya  mereka ngga mungkin punya niatan buat nyindir apalagi mencoba menjatuhkan, mereka hanya mencoba berkarya, bisa jadi (dan memang ini yang terjadi) cuma guenya aja yang kelewat  sensi. Yah, biar bagaimanapun, mereka bocah-bocah yang luar biasa.

Terimakasih telah antusias dan turut berpartisipasi.
*angkat topi*





(fb:11082014)