Minggu, 03 Juni 2018

Hikayat Jari-jari

Ini kisah tentang keluarga jari-jari yang hidup menetap di tangan seorang anak manusia. Sebuah keluarga yang terdiri dari satu ibu dengan empat anak yang memiliki watak dan karakter berbeda-beda.

Baiklah, mari kenalkan...

Ibu jari. Ia adalah tipikal ibu yang fair. Yang tak sungkan berdiri mengacung, memberi sebentuk apresiasi kepada anak-anaknya bila diantara mereka melakukan hal-hal yang benar atau setidaknya tidak membuat mahkluk lain merasa dirugikan. namun dilain waktu ibu jari juga takkan segan-segan menunggingkan badan untuk menegur anak-anak nya yang barangkali telah bertindak tolol. Bukan bermaksud menghakimi, ibu jari hanya ingin anak-anaknya tetap bisa mengontrol diri, ia selalu berharap sekonyol apapun situasi, mereka harus tetap dapat menjaga sikap.

Telunjuk. Yah, dialah si sulung dari empat bersaudara itu. Dan seperti anak sulung pada umumnya, telunjuk gemar menyorong-nyorongkan badan untuk menunjuk-nunjuk. Meski begitu, telunjuk sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, karena seandainya saja ia mau tegak mengacung dengan segenap rasa percaya diri, niscaya semua hal akan bisa ia lakukan bahkan pada hal-hal yang sepertinya tidak mungkin sekalipun. Itu kenapa manusia kerap menggunakan telunjuk yang mengacung sebagai sebuah isyarat dari kesanggupan atau setidaknya kesediaan untuk mencoba melakukan sesuatu.
Dan coba perhatikan, saat telunjuk berani mengacung tegak, ibu jari dengan sendirinya –sadar ataupun tidak- akan turut berdiri meski mungkin agak sedikit membungkuk. hal ini dilakukan tentu agar telunjuklah yang nantinya akan benar-benar terlihat.

Jari tengah. Dia anak kedua si ibu jari. Tak hanya tempramental, jari tengah juga sangat provokatif. bagaimana tidak, dengan hanya berdiri ponggah sendirian dia mampu menjadi cikal bakal sebuah peperangan. Hal ini yang membuat manusia kerap menggunakannya seraya berucap “Fuck!”. benar-benar sebuah ekspresi kekesalan yang power full -___-“. Tapi ajaibnya, bila jari tengah berdiri berdampingan bersama telunjuk dan membentuk huruf “v”, mereka bisa menjadi pertanda bahwa dua manusia yang saling berperang itu mungkin sudah mulai bosan dan salah satu dari mereka ingin menawarkan perdamaian. itu megapa ibu jari sering mewanti-wanti telunjuk agar selalu bisa mendampingi dan mengayomi adik-adiknya, terutama berdiri di samping si jari tengah.

Anak ibu jari selanjutnya yakni si jari manis yang pendiam. Seperti namanya, ia memang benar-benar tipikal anak yang manis dan tidak banyak tingkah. barangkali itulah yang menjadi alasan mengapa manusia enggan menggerak-gerakkan jari manis sebagai bahasa isyarat, tapi bukan berarti ia jadi tak memiliki arti. Sebaliknya, sikap tenangnya ini yang membuat jari manis ternyata dipersiapkan oleh manusia untuk dipercaya memegang amanah yang tak kalah mulia. Kelak ia akan menjadi tempat melingkarnya sebuah ring yang terbentuk dari logam mulia. Tanda sakral yang mungkin tidak bisa manusia kenakan dengan sembarangan dan serampangan.

Terakhir adalah si bungsu kelingking. Yah, seperti anak bungsu kebanyakan, kelingking adalah anak kecil yang tengil. Ia senang menyepelekan banyak perkara sambil berdiri dan bertolak pinggang. Dimata kelingking hidup hanyalah sebuah permainan yang menyenangkan. Tapi jangan salah, cara berfikir dan sikapnya dibeberapa perihal bisa dibilang jauh lebih dewasa bila dibanding kakaknya si jari tengah. Ia dapat menjadi kepanjangan tangan dari kakaknya itu karena setelah jari tengah dan telunjuk membentuk huruf “v” maka kelingking yang akan selanjutnya bertindak. Mengaitnya satu kelingking dengan kelingking yang lain menjadi pertanda bahwa dua manusia yang sebelumya saling berseteru telah sama-sama menyepakati bahwa bendera putih benar-benar telah dikibarkan dan genderang perang telah dihentikan. Terkaitnya kelingking juga bisa menjadi semacam cara sederhana bagi sepasang anak manusia yang kasmaran untuk siap mengikrarkan janji. Yah, kelingking kadang memang tak sekecil kelihatannya.

Bersambung...
#halah



(fb:27082013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar