Selasa, 05 Juni 2018

Bubur Ayam2

Di update status gue sebelum ini, Tommy Tompra Pradana kasih comment kek gini, "Nah, masalahnya gini jal. Misalnya kita sebut bubur bayi, berarti bubur yang dimakan sama bayi. Nah, kalo bubur ayam?"

See. Perhatikan baik-baik pertanyaan menjebak ini. Gak cukup memiliki intelegensi yang tinggi, orang yang comment model gini pasti punya imajinasi yang nakal dan liar.
*nahan mual

Yes, I know do you think, Tommy.

Okeh, sebelum menjawab pertanyaan sompretnya si Tommy, izinkan gue yang bodoh dan gak seberapa tampan tapi tetap digandrungi wanita-wanita setiap kalangan ini sedikit mengulas perihal bubur.
#teteeeep#sengak

Jadi gini Tom, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bubur adalah makanan lembek dan berair yang dibuat dari beras. Bubur ayam ialah bubur dari beras yang dicampur daging ayam.
bisa ayam kampung atau ayam broiler yang pasti bukan ayam kampus. *eh?

Ini senada dengan definisi dari wikipedia yang menyatakan bahwa bubur sebagai salah satu jenis makanan dari Indonesia. Bubur nasi adalah beras yang dimasak dengan air yang banyak sehingga memiliki tekstur yang lembut dan berair.

Lembut dan berair? 
Gak tau kenapa hal ini mengingatkan gue pada wanita. Berhati lembut dan mudah berair. 
What? Berair?
*mikir

Please. Please. Please...
Maksud gue berair disini bukan dilihat dari perspektif ilmu biologi bab reproduksi yang berarti disaat-saat tertentu wanita memang bisa "becek" mengeluarkan cairan. 
Oh, come on... Bukan itu yang gue maksud. Maksud berair disini dilihat dari pendekatan psikis yang berarti sebagian besar dari wanita itu mudah menangis.
#duilehhh

So, Please... Untuk kali ini bisa, kan yah liarnya otak lelaki lu agak sedikit diredam? Bisa? Good. *ancungin jempol sambil manggut-manggut

Bubur biasanya disajikan dalam suhu panas atau hangat. Karena yang disajikan dingin itu es selendang mayang kesukaan "mantan ta'aruf-an" gue. Wanita yang dengannya dulu, gue kerap menghabiskan waktu bersama sambil menikmati minuman yang dari waktu kewaktu kian langka itu. *prihatin

#ampundah #siijallmah #ngehebangetdah
Oke. Oke. Fokus ke bubur lagi. 
*angkat tangan dengan telapak terbuka

Bubur ayam disajikan dengan irisan daging ayam dengan beberapa bumbu, seperti kecap asin dan kecap manis, merica, garam, dan kadang-kadang diberi kaldu ayam. Bubur dilengkapi dengan seledri, tongcai/sayur asin, kedelai goreng, cakwe, kerupuk dan taburan daun bawang cincang serta bawang goreng. 
Tau kan, daun bawang cincang itu gimana? Nah, kalau orang dicincang terus digoreng gara-gara nanya-nanya yang engga-engga di komenan pesbuk, lu pernah ngebayangin gak, Tom? Serem, kan? 
#ngeri
*pukul-pukul pala
*pukul-pukul dengkul
#amit-amit #pait-pait-pait

Nah, oleh karena itu gue mohon dengan sangat, kalau memang harus bertanya, maka bertanyalah dengan menggunakan ukuran logika manusia. Jangan melulu mengandalkan imajinasi semata.

Tapi oke, fine, mengingat pesan Cak Lontong perihal "mengeksplor dan jangan membatasi diri" terutama yang berkaitan dengan imajinasi. 
Dan demi menghormati jasa mendiang Einsten yang pernah berkata bahwa, "Imajinasi lebih penting dari pengetahuan." 
maka dari itu gue akan tetap mencoba menjawab pertanyaan lu yang absurd tentang "siapa pemakan bubur ayam?" dengan tetap konsisten berkiblat pada wikipedia:

Bubur ayam cocok bagi mereka yang kurang menyukai masakan Indonesia yang pedas, karena bubur umumnya tidak pedas; sambal atau saus cabe disajikan secara terpisah. 
cabe disini adalah cabe dalam arti yang sebenarnya, bukan cabe-cabean. 
#Camkan itu, Tom.

Bubur ayam kerap menjadi pilihan makanan untuk sarapan, tetapi bubur ayam sebenarnya dapat dimakan kapan saja. Selain sarapan, bubur ayam kerap menjadi pilihan hidangan hangat di tengah malam. Karena teksturnya yang lembut, disajikan hangat-hangat, serta memiliki kandungan gizi yang cukup baik, bubur ayam kerap dijadikan makanan bayi, anak-anak, atau orang sakit yang tengah dirawat untuk pemulihan.

Maaf, gue ulangi karena ini point pentingnya, bubur ayam kerap dijadikan makanan bayi (ini elu, mengingat cubby-nya pipi dan tampilan lu yang seimut bayi), anak-anak (ini elu lagi, karena jenis pertanyaan yang lu lemparkan sebelas duabelas dengan pertanyaan anak-anak pada umumnya) atau orang sakit (nah, ini juga elu, yang kalau ditelisik lebih jauh, dari pertanyaan yang diajukan ternyata bisa menjadi indikasi kalau secara psikis lu emang sakit jiwa. Aseli sakit jiwa. Bener-bener parah sakit jiwa).

*tarik napas, elus-elus dada

Well, gimana tom? Pertanyaan lu yang absurd bin konyol itu udah cukup terjawab, kah?

En de en. Yah, Meski sambil elus-elus dada, harus gue akui, beberapa pertanyaan absurd lu memang layak diapresiasi karena membangkitkan gairah keingintahuan gue dan mengingat lagi pentingnya imajinasi. Terimakasih.



(fb:26042014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar