Minggu, 10 Juni 2018

Gandhi

"Ing ngarso sung tulodo..." Dari depan memberi teladan. 
-Ki Hadjar Dewantara-

"Tak perlu mencela garis yang bengkok atau memberikan penjelasan berlebihan | gambarlah satu garis lurus dan manusia akan melihat"
-Felix Siauw-

***

Halo, gaesss...
Apa kabar?
Masi pada jomblo?
Yaa ampun, ini udah hampir di penghujung tahun lho, mau sampe kapan hidup melajang?
Emang nggak takut karatan??
#halah #abaikan

Hhmm... Oke, okeh, jadi ada cerita apa hari ini?
Apah? Ngga ada? Ah... Barangkali kalian hanya belum percaya diri aja untuk berbagi cerita disini. Semacam masi malu-malu gitu. (Cie... Cie... Yang masi malu-malu.) Gue percaya kok, bahwa setiap kita sebenarnya selalu punya kisah yang menarik untuk bisa dibagi dan dipetik hikmahnya.
Umm... Baiklah, bagaimana kalau gue mencoba memulai lebih dulu?

Ceritanya begini...
Eh, tapi sebelumnya gue mau bilang sorry, karena belum sempat memverifikasi kevalidan cerita ini pada si empunya cerita. Maklumlah ke-sok-sibukan akhir-akhir ini membuat gue ngga bisa bercakap-cakap dengan paman Mahatma Gandhi.
Iyah. Cerita kali ini melibatkan tokoh Ahimsa dari India yang satu itu. so, boleh percaya, boleh nggak. Terserah. Moga-moga kalian bisa memetik pesan moralnya aja.

Jadi pada suatu ketika, jauh sebelum India bisa mengirimkan satelit terbesarnya ke antariksa, Gandhi didatangi oleh seorang ibu paruh baya yang memiliki masalah karena anak lelakinya yang berusia lima tahun mengalami kerusakan gigi yang parah. Tidak separah kerusakan di negeri ini karena korupsi memang, tapi well... Kerusakan gigi si anak benar-benar parah. celakanya, kondisi itu semakin diperparah lagi karena kegemarannya mengkonsumsi gulali.

Gandhi, kerusakan gigi dan gulali?
Dimana korelasi cobak?

Kalem, gaes. Kalem.
biasain pake foreplay dulu, deh. >;)

Sebenarnya, si ibu dari anak itu sudah mencoba untuk menasehati si anak agar berhenti mengkonsumsi gulali demi kesehatan gigi. But, yah, ternyata si anak ini udah kadung jatuh hati pada gulali. Kira-kira kek aku yang udah kadung jatuh hati ke kamu gituh. *muntah

Guru si anak di sekolahpun ternyata juga tak kurang-kurang memberi pengarahan agar si anak bertobat dari gulali. Sebab meski bukan dosa, gulali telah menjadi salah satu penyebab rusaknya gigi.
Apa hasilnya? Si anak lelaki itu seperti tak bergeming. Ia tetap tak bisa berpaling, cintanya pada gulali melebihi cintanya pada gigi. Tapi Tuhan itu baik. Maha baik. Meski telah dicampakkan begitu saja oleh si anak kecil tadi, gigi akhirnya bisa dipersunting oleh rafi.
(Inih, apaaaaaaahhh??? Please... Jal. Pleaseeeeeee. -___-" )

Okeh. Fokus.
Semacam hampir menemukan jalan buntu, si ibu anak itu dan si guru akhirnya berdiskusi di sekolah. Entah seperti apa persisnya diskusi itu terjadi, yang jelas si guru akhirnya menyarankan si ibu supaya bisa menemui tokoh yang menjadi idola anaknya itu dan meminta agar bersedia menasehati si anak untuk bisa berhenti mengkonsumsi gulali. Sebab menurut hemat si guru, anak-anak biasanya akan lebih patuh pada orang atau tokoh yang menjadi idolanya.

Siapa tokoh idola anak itu?

Yup, gue rasa kalian udah tau siapa dia. Inilah salah satu fungsi dari gaya bercerita flasback. *senyum akademis*

Mengetahui asal pangkal kedatangan si ibu paruh baya itu menemuinya, membuat Gandhi terdiam sejenak, lantas kemudian berucap, "Tolong beri saya waktu tiga bulan, nanti saya akan menasehati anakmu."


Si ibu pun pulang. Singkat cerita, setelah tiga bulan kemudian, Gandhi mendatangi rumah si ibu, dan menemui si anak lelaki. Kepada si anak, Gandhi hanya berucap, "Nak, berhentilah makan gulali."

What? Gitu ajah? Paman Gandhi cuma bilang gitu ajah?

Sayangnya, iya.

Tapi apa yang terjadi?

Sejak saat itu si anak lelaki benar-benar berhenti makan gulali.

Si ibu dari anak itu nyaris semaput tak habis fikir, kenapa untuk bilang,"Nak, berhentilah makan gulali." Gandhi butuh waktu sampai tiga bulan. (Wahhh, nggak beres inih.) Diliputi rasa penasaran yang menghantui, akhirnya si ibu kembali menemui Gandhi dan bertanya, "Tuan Gandhi, maafkan saya, kenapa Anda harus membutuhkan waktu sampai tiga bulan hanya untuk memberikan nasihat yang mudah seperti itu?"

Dengan jujur, Mahatma Gandhi berujar, "Karena saya sendiri juga suka makan gulali, itulah kenapa saya meminta waktu tiga bulan, agar saya bisa belajar lebih dulu untuk berhenti makan gulali, sebelum menasihati anak Anda untuk melakukan hal yang sama."

See. Perhatikan itu. Bagaimana cara seorang Gandhi menasihati.

Jadi apa pesan moralnya?

Gue rasa kalian lebih cerdas untuk bisa menarik kesimpulannya.





(fb:22122014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar