Minggu, 10 Juni 2018

Kebaikan Tak Punya Agama

"Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan Budha, bukan Protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat. 
Memahami manusia sebagai manusia."
(Dalam "Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib". 6 Oktober 1969.)


"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu atau sukumu."
(Abdurrahman Wahid "Gusdur")


***


Ini isu usang. Tapi keknya masi mayan relevan lah buat dijadiin bahan apdet pesbukan. Yah... Dari pada nih, akun dianggurin sampe dipenuhin jaring laba-laba belang di tembok keraton putih... (kek puisinya Rangga di "Ada Apa dengan Cinta"), dan ditumbuhi lumut kek nasib telapak tangannya Herry Budiman gegara kelewat lama gak dipake (buat ngegandeng pasangan), jadi maaf, kalo pada akhirnya dengan setengah maksa, gue justru kembali mengangkat isu yang udah berkarat.

Sekitar tahun 2012-an, saat itu jagad dunia maya sempat dihebohkan oleh adanya sebuah postingan kontroversial mengenai penggalangan dana sumbangan yang diperoleh dari receh-receh uang kembalian orang-orang yang berbelanja di minimarket-minimarket yang bertebaran di seantero negeri ini. (Dimana tentakel gurita kapital minimarket-minimarket itu telah mampu mencekik warung-warung kelontong bermodal tak seberapa besar milik warga hingga nyaris mati semaput kehabisan udara.)

Kenapa perihal sumbang menyumbang ini bisa menjadi kontroversi?

Berikut isi postingan tersebut yang gue kutip sesuai aslinya, namun karena satu dan lain hal maka, -maaf- gue merasa perlu menyamarkan identitas si pemosting;

"Info dari teman;
Kemaren saya belanja di Indomart. Terus abis bayar, kasirnya tanya secara otomatis (sepertinya sudah prosedur standar): 'Apa sisa uang receh mau disumbangkan ke badan sosial?'

Teman saya jawab: 'Ya', karena dia pikir cuma recehan. Tapi dia iseng becanda tanya: 'Sumbang ke mana mbak? Ke gereja yah?'

Dijawab: 'Iya.'

'Lho yang bener aja, ke badan sosial apa?', tanya teman saya lagi.

'GKI', katanya.

Kurang ajar, teman saya bilang: 'Saya ISLAM. Balikin recehan saya tadi!'

Coba kalian bayangin berapa juta per bulan gereja dapat dari ribuan Indomart (tidak menutup kemungkinan super/mini market lain). Saya yakin banyak yang tidak tahu akan hal ini karena tidak mau repot bertanya atau kasir sengaja tidak kasih tahu (atau bahkan kasir memang tidak tahu, bisa jadi hanya bosnya yang tahu).

Jadi, kasih tahu yang lain agar hati-hati!"
...

Hoammm *nguap*

See?
Bagaimana kalian menyikapi postingan macam begini?
Gue bukan hakim yang berkompeten buat nge-judge mana yang salah, mana yang benar, jadi sebisa mungkin gue gak akan sotoy menghakimi. (Siapalah gue yang cuma debu-debu ketombe di kepala yang sering merisaukan hari-hari ceria kamuh. #duilehhh)
Tapi ya tapi, Bagi gue postingan itu menggelikan sekaligus menyedihkan.

Kenapa?

Pertama, setelah mencoba mencari konfirmasi, gue mendapati fakta bahwa penggalangan dana sumbangan atas receh-receh uang kembalian yang dilakukan beberapa minimarket memang telah mendapat izin dari pemerintah yang perizinannya dikeluarkan oleh Kantor Kementrian Sosial (kemensos). Dimana penggalangan dana "recehan" ini, dalam penyalurannya berkerjasama dengan UNICEF, digunakan untuk program-program kemanusiaan seperti program penanganan malnutrisi untuk anak-anak di Indonesia, program sanitasi bersih di sekolah-sekolah, program Sahabat Pendidikan Anak Indonesia dan program-program lainnya. Untuk lebih jelas bisa di cek disini:


So?
Mengenai dana sumbangan yang (katanya) disalurkan untuk kepentingan GKI seperti yang dituliskan dalam postingan tadi sudah selayaknya mesti dipertanyakan kembali kebenarannya. Mengingat tidak adanya sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan pada postingan tersebut. 
Bukan berarti menuduh, tapi gue cuma khawatir aja kalo-kalo isu itu hanyalah hoax semata. Dusta adanya. Serta Bohong belaka. 
(Kek janji-janji manis mantan-mantan kita yang katanya bakal selalu setia gitu. #halah)

Alasan kedua, kenapa bagi gue isi postingan di atas menggelikan sekaligus menyedihkan? Karena dalam postingan tersebut nampak sekali tercium aroma sentimen agama yang begitu menyengat.

Sebab, kalau pun (maaf gue ulang sebagai penekanan) kalau pun semisal postingan itu benar, apakah kita (sebagai muslim) tidak diperbolehkan untuk memberikan sumbangan kepada kaum non muslim? Apakah ada pelarangan dalam soal itu?

Untuk menjawab hal ini, mungkin kita bisa bersandar dari Tafsir Depag RI mengenai tafsir surat Al-Baqarah: 272, yakni sebagai berikut:
"Dalam ayat ini (QS:02:272) Allah swt memberikan bimbingan kepada kita supaya tidak keberatan untuk memberikan pula sedekah itu kepada fakir miskin yang bukan muslim. Janganlah enggan bersedekah kepada mereka hanya dengan alasan bahwa mereka belum beriman kepada Agama Allah. Sebab, petunjuk untuk beriman itu datangnya dari Allah, sedang rasa-rasa belas kasih menghendaki agar orang-orang yang memerlukan pertolongan harus diberi tanpa memandang apakah ia beragama Islam atau bukan."

Mengenai menyedekahkan atau menyumbangkan harta kepada umat non muslim ini, barangkali juga bisa disimak dari asbabun nuzul atau sebab diturunkannya QS. Al-Baqarah: 272. Salah satu riwayat yang menerangkan hal ini antara lain ialah riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Abbas, sebagai berikut: 
"Bahwasannya Rasulullah saw. Dulu menyuruh kita untuk tidak bersedekah kecuali kepada orang-orang Islam saja, sehingga turunlah ayat ini (yang membolehkan kita untuk bersedekah kepada orang kafir yang bukan Islam)"
(HR Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas)
lengkapnya bisa dilihat disini:


Dan sebagai tambahan, sebuah tausiyah yang disampaikan oleh Dr. Musthafa Umar Lc. MA. Barangkali bisa disimak di sini:


(Kalau durasi 41:31 dirasa terlalu lama, karena udah buru-buru mau maen Clash of Clans, barangkali bisa mencoba memfokuskan diri di menit tiga belas sampai tujuh belas dulu aja.)
:-)

Yah, gue rasa gak perlu memiliki IQ yang terlampau tinggi untuk bisa mengerti dan memahami isi tausiyah yang disampaikan oleh Dr. Musthafa Umar Lc. MA. diatas. Sebab beliau sudah menjelaskannya dengan sangat membumi.

Akhir kata, sebagai penutup apdetan pesbuk gue yang disesaki diksi semerawut ini, maka gue akan mengutip twit ciamik dari Aan Mansur, 
"Berbuat baiklah, maka kamu akan baik-baik saja."






(fb:15042015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar