Selasa, 05 Juni 2018

Polemik Cewek Cowok

@radityadika: cieeee yg maksudnya mau ramah tapi malah disangka naksir.

@KalimatWANITA: Jadi cewek itu kadang suka serba salah. Bales dikira kasih harapan, gabales dikira jutek 3-|

@taurosa77: Kita hidup di zaman ketika keramahan kerap kali disalah artikan. Ini menyebalkan. 
Disaat yang sama, kita juga hidup pada masa dimana privasi kadang kehilangan ruang. Ini pun tak kalah menjengkelkan.

***

Beberapa waktu lalu, dua temen baik gue --satu cewe, satunya lagi cowo-- ngajakin share di tempat, media dan waktu yang terpisah, ke gue.

Ah, yah, sebelumnya untuk mempermudah dalam bercerita dan demi menghormati privasi kedua temen gue ini, sebut aja si cewe; Aisyeh, dan si cowo; Alexandro.
*take shoot medium close up. Muka diburem-buremin, suara dicempreng-cemprengin. Biar kek tampilan liputan investigasi*
#apabae

Aisyeh dan Alexandro ngga saling kenal dan ngga pernah saling ketemu sama sekali. Tapi berkat kecanggihan teknologi dan pesatnya kemajuan alat komunikasi, pada akhirnya membuat keduanya bisa saling berkomunikasi tanpa harus terlebih dahulu menguasai elmu telepati. Cukup terkoneksi dengan salah satu jejaring sosial seperti facebook misalnya.

Pagimana kronologis mereka bisa saling berinteraksi?
Nah, itu dia.

Berawal dari apdetan status pesbuk terdahulu gue yang amat sangat ngga penting dan sama sekali ngga ilmiah karena memang cuma diperuntukan buat seru-seruan. Ternyata mengundang inisiatif si Aisyeh untuk meninggalkan komentar di kolom comment yang memang sudah disediakan si Mark Zuckerberg selaku pembuat akun dunia maya yang satu ini. Tapi alih-alih mengomentari subtansi apdetan status gue yang memang ngga "berisi" itu, dia justru memuji-muji soal ketampanan gue yang ngga masuk akal dan jauh diluar jangkauan nalar.#dih.

Okeh. okeh. Perihal ketampanan tadi cuma fiktif dan bisa-bisa-an gue aja.
Intinya dari komen-an-nya itu, Aisyeh nampak tercitrakan sebagai gadis menyenangkan, lucu dan menggemaskan. Yah, di dunia realitapun temen gue ini memang begitulah adanya.

Ditempat yang berbeda tapi di waktu yang hampir bersamaan, Alexandro kebetulan tengah membuka akun pesbuknya. Dan kebetulan juga di beranda efbi, dia sempat melihat apdetan status terbaru gue kala itu. Sebenarnya ngga ada yang terlalu menarik pada apdetan gue, tapi kolom comment yang di singgahi Aisyeh tadi ternyata mampu mencuri perhatiannya.

Singkat cerita, didorong oleh gairah ke-kepo-an yang sudah mendarah daging dan tertanam sampai ke sum-sum tulang belakang, Alexandro pun akhirnya mencoba mencari tahu dan memberanikan diri membuka komunikasi dengan Aisyeh melalui media room chat.

Untung ngga bisa diraih, malang ngga bisa tolak.

Kira-kira begitu peribahasa yang bisa mendeskripsikan Alexandro. Karena sejak "say hello" pertama yang sudah diusahakan seramah dan se-friendly mungkin ala agen-agen MLM, ternyata ditanggapi dingin sama Aisyeh.
Lebih dingin dari tatapan mantan waktu baru-baru udahan malah. #halah

Why?
Kenapa tragedi kek gini bisa terjadi?

Usut punya usut ternyata inti masalah ini cuma lantaran salah paham. Kesian.

Baiklah, mari kita coba mengurai kusutnya benang silaturahim ini. Dan karena dua kawan gue ini orang yang konsentrasi di ilmu komunikasi, maka dari itu gue akan coba memakai pendekatan komunikasi juga.

Schramm, dalam model komunikasi kedua miliknya pernah memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan.
Dengan kata lain, kesamaan pengalaman akan sangat mempengaruhi berlanjut-tidaknya komunikasi antara "si sumber" dan "si sasaran".

Pengalaman Alexandro ternyata berbeda dengan pengalaman Aisyeh. Itu biasa. Dan lumrah. Dan memang bukan masalah yang besar sebenarnya.

Niat awal Alexandro pada dasarnya hanya ingin mengajak Aisyeh berkenalan. Syukur-syukur bisa berteman. Dan pengalaman telah mengajarkannya bahwa hubungan pertemanan akan berjalan baik bila sedari awal telah dibangun dengan sikap saling terbuka satu sama lain. Sampai disini dia benar.

Tapi,

Ada tapinya. Beberapa pertanyaan pembuka yang dilontarkan Alexandro --hal ini yang barangkali luput dari perhatiannya-- ternyata mengusik privasi Aisyeh. Dari sinilah petaka dimulai, karena bagi Aisyeh, yang juga sudah belajar dari pengalamannya, berpendapat, bahwa sedekat apapun dia dengan seseorang, Aisyeh akan tetap menyisakan sedikit ruang privasi bagi dirinya sendiri. Celakanya ruang yang sedikit inilah yang disinggung-singgung oleh Alexandro. Fatal. Dan menjadi "final" karena si Aisyeh langsung berasumsi bahwa pria yang baru saja mengajaknya berkenalan ini ingin "mendekatinya". Perhatikan dua tanda kutip pada kata mendekati tadi.

Lho, (kalaupun) semisal mendekatinya dengan tanda kutip memangnya kenapa?

Duh, sorry, diawal gue lupa bilang, kalau si Aisyeh ini udah punya gacoan. (Baca: calon laki)

So, "Merasa" (perlu gue tekankan, ini baru "perasaan") ada gelagat tengah "didekati" oleh kenalan barunya ini, diapun langsung teringat akan pesan singkat sebuah twit yang berbunyi, "orang ketiga ngga akan ada, selama kedua orang yang lagi berhubungan ngga pernah kasih celah yang akhirnya bisa membelah."

Nah, dari twit wejangan ini, maka tak usah heran bila Aisyeh pada akhirnya dengan sigap langsung memasang dinding tinggi-tinggi. Bersikap dingin. Meski begitu --ini sisi baiknya-- dia masih tetap berusaha untuk bisa menjawab ke-kepo-an alexandro. Seperlunya.

See.
Dari uraian diatas sudah mulai terlihat, bukan? bagaimana perkara salah paham perkenalan yang nampak rumit ini sebenarnya no big deal dan tak perlu dibesar-besarkan.

Aisyeh sebel sama ke-kepo-an Alexandro yang keterlaluan. Alexandro jengkel sama sikap dingin dan kepedean Aisyeh yang berlebihan. Fix. Udah gitu aja.

Next, Jadi gimana sebaiknya mereka bersikap?

Haduh, kalau soal ini gue rasa mereka berdualah yang justru lebih mengerti harus bagaimana. Apalagi setelah memahami duduk persoalannya tadi.

...
Saran gue sih, Ya, Sudahlah...
Kalian berdua sama-sama temen baik gue, Sebisa mungkin gue ngga akan memihak pada siapa-siapa. Karena bagaimanapun kalian sama-sama anugerah yang tengah tuhan titipkan ke gue melalui sebuah hubungan pertemanan. #ceilehhh

Dan, ini kabar baiknya, ternyata kalian punya hobi yang sama. Sama-sama jatuh hati pada petualangan. Bila ingin bersandar pada model komunikasi Schramm tadi, bukankah ini bisa menjadi irisan persamaan yang menyenangkan?

Baik-baik sajalah...
Gue berharap dipendakian selanjutnya nanti kalian berdua bisa menjadi satu tim sama-sama. Sama gue juga tentunya. ^.^

#kodengajakkesemerubarenginimah
#buatpemanasankecikuraidulujugaboleh
#hayuatuh
*mata genit





(fb:01082014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar