Selasa, 05 Juni 2018

Hukum Kekekalan Energi

“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. “
(Hukum Kekekalan Energi - James Prescott Joule)

***

Kelas 1.1. Kelas kita dulu. Kali pertama aku mengenalmu. Kamu yang teduh. Begitu menurutku. Meski sebagian kawan berkata, sempurna parasmulah musabab mereka terpaku menatapmu, tapi aku akan tetap berkeras, kau menarik bukan saja karena sebatas rupa, melainkan teduh matamulah yang sebenarnya membuatku nyaman dan tak bosan berlama-lama untuk berteduh di sana.

Aku kerap bertanya-tanya. Pada diri sendiri tentu. bagaimana kau menakar dunia dengan mata itu? Kamu begitu ringan. Seperti tak terbebat beban. Awalnya kupikir barangkali kau hanya pandai memainkan peran. Memerankan diri sebagai gadis manis yang tenang. Tapi ternyata aku keliru, tenangmu berangkat dari cara memandang yang memang berbeda dari kebanyakan orang. Melihat segala sesuatu dari sudut yang paling menarik hingga membuat semuanya terlihat menyenangkan. Bahkan pada hal-hal yang paling pahit sekalipun.

Bukan berarti tidak pernah ada amarah, karena yah, kamu pernah marah. Tapi marah dalam bentuk yang sama sekali berbeda. Bagi orang yang tidak mengenalmu dengan baik barangkali takkan menyangka, bahwa kau tengah marah. Kamu hanya akan mengubah kata-kata dalam percakapan kita. Seperti misalnya menyebut dirimu tidak lagi menggunakan nama kecilmu, tetapi menggantinya dengan kata "gue" dan menyebutku juga tidak lagi dengan nama kecilku tetapi "elu". Masih dengan intonasi yang terjaga. Tanpa meninggikan suara. Meski begitu, "marahmu" adalah salah satu bentuk amarah yang paling kutakuti di semesta raya ini.

Setelah itu, kau akan menyibukan diri meneruskan sulamanmu atau tulisan-tulisanmu atau pada apa-apa yang kau sukai.

Dikemudian hari baru kutahu alasanmu melakukan itu. Kau bilang, "Pramoedia Ananta toer menumpahkan amarahnya dengan menulis buku. Iwan fals meluapkan amarahnya dengan menggubah lagu. Dan Ryan 'Popo' Ryadi melampiaskan amarahnya dengan melukis mural pada dinding-dinding batu.
Jadi, bila satu saat amarahmu tak bisa dilenyapkan atau diredam, sebaiknya kau lampiaskan pada hal-hal yang membuatmu bisa menghasilkan sesuatu. Salurkan amarahmu. Menahan marah hanya akan melukaimu. Karena marah masih lebih baik dari pada putus asa. Maka marahlah dengan benar."

Yah, begitulah anjuranmu perihal amarah.

...

Kenapa tiba-tiba aku mengingatmu?
Karena beberapa waktu lalu aku meledak. Tidak sampai meluluh lantakan kesadaran. Tapi yah, aku meledak. Beberapa rekan dan orang dekat terkena dampaknya. Maaf...

Kau tahu? pelajaranmu soal mengendalikan amarah benar-benar pekerjaan rumah yang tak mudah. Tapi tenanglah, aku masih tak berminat untuk menyerah begitu saja. Semoga itu bisa menjadi kabar baik buatmu.





(fb:14062014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar