Minggu, 03 Oktober 2021

Produk Akar Kaca Asal Bali Cerlang di Pasar Eropa

 


Tak ada rotan akar pun jadi. Begitu kata pepatah yang ternyata tak hanya ditafsirkan secara makna, namun juga diterapkan mentah-mentah secara harfiah oleh beberapa perajin Bali.

Ya, jika suku Dayak Kalimantan punya produk anyaman berbahan rotan, maka para perajin Bali ini punya akar yang bisa dijadikan produk kerajinan.

Bagaimana tidak, dalam memproduksi salah satu kerajinannya, glass roots atau biasa juga dikenal pot akar glasses, mereka benar-benar menjadikan akar kayu gamal sebagai bahan baku produk yang dikawinkan dengan kerajinan pot berbahan kaca.

"Ini dari akar di combine sama pot kaca... Jadi kaca yang masih lunak itu di oven dulu, setelah di oven kita ambil bahan akar itu kira-kira sesuai dengan yang kita ingin seberapa besarnya, disesuaikan, kita produksi pakai selang panjang, semacam pipa, untuk peniupan membentuk potnya," demikian kata Sukala saat ditemui Akurat.co.

Turut meramaikan ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2017 di ICE BSD Tangerang, lelaki berusia 37 tahun itu menjelaskan, pembuatan pot berbahan kaca yang nantinya diletakkan di atas akar tidak dicetak namun dibentuk, dan permukaan pot bakal mengikuti tekstur si akar sehingga bisa saling mengunci seperti lego atau puzzle.

"Jadi bentuk kaca mentahnya itu kaya tanah liat, kurang lebih kaya gitu, tapi ini kan bisa ditiup, kaya karet. Tapi itu juga ada ukuran, kalau udara yang masuk berlebih bisa pecah," terang Sakala.


Ia mengatakan, pada proses pembentukan satu produk pot akar glasses, para perajin biasanya hanya membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit. Proses produksi bisa memakan waktu lama saat menunggu pot kaca itu benar-benar mengering.

Sakala melanjutkan, produk berlabel Alami Bali sudah resmi berstempel CV sejak tahun 2008 silam, dan para perajin yang terlibat dalam proses produksi bisa mencapai 50 orang jika pesanan sedang membeludak.

Untuk pangsa pasar, Alami Bali tak hanya jago kandang sebab sudah bisa menegakkan kepala di pasar Eropa.

"Ekspor ke Eropa. Jerman itu salah satu pasar utama kita," kata dia.

Kendati tak bisa menyebutkan berapa omzet yang diterima pihaknya selama menjalani usaha tersebut, namun Sakala menyebutkan, untuk kisaran harga produk pot akar glasses rata-rata dibanderol di angka Rp200.000 hingga Rp500.000 per unitnya.

"Harga rata-rata 250-500 ribu, tapi ada yang sampai di atas 1 juta, tergantung model desainnya, itu ada yang single ada double pot. Macem-macem ya," ujarnya.

Sebagai salah satu perusahaan yang sudah bisa mencetak nama di Kementerian Perdagangan sebagai Eksportir, Sakala bersedia sedikit berbagi pengalamannya.

Menurutnya, untuk suatu produk UKM bisa menembus pasar global, salah satu hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya agar produk tersebut memiliki standar kualitas sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh negara tujuan ekspor.

"Ketahui dulu syarat ekspor, dalam arti tahu persis standar permintaan buyer itu yang seperti apa, kualitasnya, nah, kemampuan produksi juga harus bisa memenuhi permintaan mereka," jelasnya.

Ia menambahkan, ikut terdaftar sebagai anggota dalam satu atau beberapa asosiasi juga penting untuk diperhatikan. Sebab dari sana jalan untuk bisa mengekspor tentunya bakal terbuka semakin lebar.

"Bagus kalau ikut asosiasi. Kita penuhi apa yang disarankan oleh asosiasi. Kita penuhi kriteria mereka. Mengikuti saran-saran mereka karena kan baik juga buat kita," tutup Sakala kemudian.[]


https://akurat.co/produk-akar-kaca-asal-bali-cerlang-di-pasar-eropa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar