Minggu, 03 Oktober 2021

Produk Limbah Kayu Pantai, Rambah Pasar di Lima Benua


Banyak orang yang melihat apel jatuh dari pohonnya, tapi hanya Newton yang bertanya "Kenapa?".

Musabab kepekaan dan mau bertanya-tanya, mengantarkan ilmuwan Inggris itu akhirnya menemukan teori gravitasi dan didapuk sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia.

Tak sama tapi bolehlah dikata nyaris serupa, banyak orang yang melihat dahan jatuh ke sungai terbawa arus hingga terdampar di pantai, tapi hanya sedikit orang yang bertanya, "Ini bisa jadi apa?".

Dan Kadek Iwang Mandela menjadi salah satu orang dari yang sedikit itu.

Berangkat dari pertanyaan yang sekilas tampak tak penting, justru meletupkan ide di kepala pemuda asal Bali itu untuk membuat produk kerajinan berbahan limbah pohon tepi pantai.

"Ini produk driftwood... bahannya itu terbuat dari kayu yang didapat dari ranting dan batang pohon yang jatuh ke sungai. Dan akhirnya terbawa arus sampai ke pantai, jadi sampah di pantai. Nah, itulah kayu-kayu yang kita jadikan bahan. Jadi ya ini kayu limbah ya," ujarnya kepada Akurat.co.

Turut mengisi salah satu stand dalam ajang Trade Expo Indonesia 2017 di ICE BSD Tangerang, ia memamerkan beberapa produk kerajinannya antara lain, meja, kursi malas, lampu-lampu dan pigura cermin.

Kadek menuturkan, dewasa ini kerajinan berbahan limbah bisa dibilang besar potensinya di pasar luar. Mengingat, orang-orang asing sudah mulai beralih memakai produk daur ulang.

Bukan isapan jempol, sebab produk yang dijajakan Kadek dengan mengibarkan bendera Kiosqi Galeri nyatanya memang benar-benar laku di lima benua.

"Produk kita 99 persen di ekspor. Kita ekspor kebanyakan di Eropa, Amerika, Australia juga, Asia juga ada ke Vietnam, ummm... Afrika juga ada. Kalau negara ya... Jerman, Itali, Sidney, USA, Spain," katanya.



Sementara untuk pasar lokal, pihaknya memanfaatkan penjualan sistem dalam jaringan. Selain itu Kiosqi Galeri juga memiliki showroom di Kute, dan produksinya di daerah Singaraja.

Pemuda 23 tahun itu melanjutkan, dalam kibaran bendera Kiosqi Galeri, jumlah perajin yang terlibat dalam proses produksi sekitar 40 orang.

"Itu belum termasuk stakeholder. Stakeholder untuk mencari bahan baku kita banyak, dari berbagai daerah, ada dari Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa. Itu sekitar 300 orang lebih. Ya, banyak karena memang bahan baku kita ngga bisa beli di toko. Kan, kita harus ambil langsung dari pantai-pantai," jelas dia

Terkait harga, produk yang ditawarkan pihaknya cukup beragam. Namun bila disederhanakan, untuk barang termurah dibanderol dengan harga Rp15.000, sementara yang termahal bisa mencapai Rp 5 juta.

"Harga beragam ya mas, dari yang kecil, itu kaya tempat lilin, sekitar 1 euro, 15 ribu lah... Yang paling mahal meja dan bangku itu sekitar 5 juta" ujarnya.

Adapun soal omzet, Kadek tak bisa menyebutkan angka pastinya, sebab kondisi penjualan yang sering fluktuatif. Namun begitu bila berhitung kasar, ia menyebutkan setidaknya bisa mendapatkan pendapatan sekitar 100 jutaan.

Disinggung soal peran pemerintah dalam mendorong pelaku usaha untuk bisa melakukan ekspor, menurut Kadek sudah cukup bagus. Khususnya Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang kerap memfasilitasi para pelaku UKM untuk bisa melakukan pameran di berbagai negara.

"Bulan depan ini kita ada pameran di India. Stand-nya dibiayain sama pemerintah. Ke Jepang juga pernah dari Kementerian Perindustrian. Lalu Ke Dubai juga sudah. Pemerintah biasanya biayain untuk stand. Kalau biaya pengiriman barang sama akomodasi kita sendiri," terang Kadek.

Kendati dirasa sudah cukup baik, namun ada beberapa pekerjaan rumah yang bisa dijadikan catatan bagi pemerintah, yakni terkait birokrasi dalam mengurus HaKI yang menurutnya masih terbilang susah.

"Birokrasi susah dalam pengurusan HaKI. Itu menjadi kendala, sebab di Amerika kan diminta itu," sambungnya.

Selain itu dirinya juga berharap pemerintah bisa semakin mempermudah para pengusaha dalam pengurusan izin ekspor. Menurutnya, untuk aturan-aturan yang sifatnya tidak terlalu signifikan tak perlu diberlakukan apalagi sampai sering mengganti-ganti kebijakan.

"Pemerintah lebih mempermudah soal pengurusan ekspor, kita kan penyumbang... mendatangkan devisa ya. Apalagi ini produk limbah, bukan kita menebang pohon, kita malah bantu membersihkan pantai," pungkas Kadek menutup.[]

https://akurat.co/produk-limbah-kayu-pantai-rambah-pasar-di-lima-benua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar