Rabu, 13 Maret 2019

Aku Tahu Aku Tidak Tahu

"Hanya satu yang aku tahu, yaitu bahwa aku tidak tahu apa-apa."
--Socrates


***


Mblo, apa kabar? udah ngucapin met lebaran buat mantan? Asalkan cuma demi menyambung tali silaturahmi ya gak apa-apalah, yah. Gak dosa. Yang dosa itu berlebaran tapi sambil mengkampret-kampretkan suami doi, cuman lantaran mantan kalean sekarang ini kok jadi keliatan kurusan, terus dengan lancang mengumpat, “Itu suamimu ngasih makan kamu dengan asupan gizi yang baik dan terpuji gak sih? Suamimu pasti gak bisa ngalah ngadepin kamu yang keras kepala. Dan ituh, aduh kenapa muka kamu kuyu gitu? macam buruh kurang istirahat yang dieksploitasi melulu.” Duh, jangan sampe sebegitunya ya mblo. Jangan dah pokonya. Biarkan mantan kalean berbahagia dengan caranya. Deal?

Mengingat ini udah di pertengahan tahun 2016, dan gerhana matahari total baru aja terjadi di sebagian wilayah Indonesia, mungkin udah saatnya bagi kita untuk mulai menata ulang perasaan ke doi –yah, gak ada variabel signifikan antara tahun 2016, gerhana matahari sama status jomblo memang. Ini semata-mata guna menyayap kalimat mukadimah gue yang dilihat dari metodologi manapun sangat amat kaga ada akademisnya pisan.

Oke, balik ke perihal kembali menata ulang perasaan kita pada mantan, yang barangkali memang udah selayaknya dimuseumkan. Kenapa gue merasa ini perlu untuk disampaikan? Sebab mengamati fenomena netizen belakangan ini yang kian hari kian gencar memojokan kita-kita orang (baca: Jombloalis yang menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa, duta Pancasila, dan pengamal Dasa Darma Pramuka) sepertinya memang udah saatnya bagi kita melakukan revolusi perasaan besar-besaran. Mengadopsi prinsip seni beladiri Tai chi, saat inilah momentum kita untuk melakukan “perlawanan” dengan membalikan kekuatan dari serangan lawan. Iya, siapa lagi, Para (oknum) couple dibantu ke-ngehe-an propaganda media aseng, yang dengan agresi nyinyiran bertubi-tubi tak terperi dan jauh dari kata manusiawi, menggunakan justifikasi bahwa bahaya laten jomblo lebih nakutin dari pada vaksin palsu, teroris dan korupsi. Maka dari itu jomblo –sama halnya seperti orang-orang yang berafiliasi rada ke-kiri, mesti dibasmi. #ikiuopoooh

Tapi perlu diingat, bahwa sebenar-benarnya di sini gue cuma memberi alternatif bukan memaksa. Jadi kalo diantara kalean masi ada yang mengamini fatwa dari kanda Arman Dhani yang berbunyi, “hanya kaum pemberani saja yang memutuskan tidak takut sendiri, saat separuh penduduk bumi memilih bersama ketimbang menyepi.” Ya silakan saja. Gue tipikal orang yang (ngaku-ngaku) menganut paham moderat selow kok. Hirup maneh kumaha maneh.


Kali ini gue cuma akan sedikit membagi tips-tips pagimana caranya supaya bisa disukai cewe kinyis-kinyis yang udah kita tandai pake stabilo ijo, tanpa melupakan kaidah-kaidah adat ketimuran. Sebab gak bisa dipungkiri bahwa salah satu mengatasi patah hati adalah dengan mencoba jatuh hati lagi. Sehingga pada akhirnya nanti kita bisa sama-sama mengentaskan masalah kejombloan di negeri ini, dan demi mengamalkan nilai-nilai luhur yang tertuang dalam sila kedua Pancasila. *kepelin tangan kanan di dada*

Beklah, gosah berpanjang kata, berikut uraiannya yang gue ambil dari berbagai sumber yang kaga jelas sanad dan periwayatnya, sehingga perlu diverifikasi ulang;

Pertama, jadilah laki yang bertanggung jawab

Maksudnya di sini bukan berarti elu kudu menghamili gebetan dulu, terus abis itu baru menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab. Bukan. Bukan begitu yah, mblo. Ituh mah ngejebak. Pelis, jangan terlalu serius nanggepin kalimat,”Jodoh bukan dicari tapi dijebak.” Sebab itu cuman becandaan anak tongkrongan, jadi gosah di masukin ke ati apalagi diimplementasi. Terus, tanggung jawab yang gimana? Banyaklah caranya… bisa dengan gak ngasih dia harapan semu. Gak membuatnya telalu lama menunggu. Atau sebisa mungkin segera tepati setiap janji-janji manis lu (temuin orang tuanya. minta restu.) Ah, yak, kalo ternyata nanti doi udah mulai sayang, jangan langsung begitu aja ngilang. Sebab itu sebangke-bangkenya kelakuan.

Kedua, sebagai laki sisain sebagian sisi misterius kalean

Gosah terlalu “ngablak”, begitu kira-kira poinnya. Entah gue lupa siapa yang pernah mengatakan ini, “Apapun atau siapapun itu, karena adanya misterilah yang membuatnya jadi lebih menarik.” Yak, gue aklamasi banget sama kutipan tersebut. Sebab berkaca pada diri sendiri, gue pun sebenarnya kerap menjadi sangat tertarik pada sesuatu yang belum gue tau. Pada apapun yang masi terselimuti misteri dan abu-abu. Tapi ingat baik-baik, misterius dan (((sok misterius))) adalah dua perkara yang sama sekali berbeda. (((Sok misterius))) yakni orang yang memasang foto madep belakang dan hanya memperlihatkan bagian punggungnya aja, pada foto profil akun pesbuknya. Sementara misterius yang hakiki lebih dari sekedar itu. Ia bisa berupa adanya “sesuatu” dari diri lu yang tak kasat mata. Tak teraba indra. Percaya gak percaya bagaimana anda menyikapinya. Tetap bersama kami, karena kami akan kembali lagi setelah pariwara berikut ini. Bodo-amat-dah-jal.

Ketiga, cobalah jadi laki yang lucuk

Lucu secara harfiah. Dalam artian yang sebenar-benarnya kata. Bukan konotasi tapi denotasi. Bukan “lucu” (bertanda kutip) yang sering gue maksud saat ngeliat cewe bening dikit terus bilang, “ih, dia lucu.” Bukan pula sebentuk kelucuan orang-orang dewan senayan yang keliatan sopan lagi santun tapi diam-diam bawa pulang aset negara buat tambahan pemasukan. Bukan, bukan kelucuan semacam itu, Tapi jadilah laki yang lucu seperti misalnya memberi tebak-tebakan, “Emas, emas apa yang bisa bikin bahagia?” dia bilang, ”Ngga tau”. Terus kalean jawab, ”Emas…sa laluku emang sama dia, tapi masa depanku sama kamu yang bikin aku bahagia.” #krik. Eh, gak lucu yak? Yah, pokonya yang gitu-gitulah.


Bentar, gue nyulut rokok dulu.

Cletek!

Hhseeepppp…

Shhuuussshhh…

Mantab!


Lanjut yang keempat, peka!

Karena peka adalah “koentji”. Saat gebetan kalean nyeletuk, “Duh, laper.” Kalean gak usah berkata-kata, meski celetukannya itu gak selalu jadi tanda bahwa dia sedang meminta, tapi segeralah ambil ponsel, hubungi 500-008 lalu pesen delivery large pizza dengan pinggiran keju plus ektra saus. Hari lain saat gebetan kalean bertanya, “Duh, besok kumpul acara keluarga pake baju apa ya?” Gak usah pula banyak kata, lagi-lagi meski sebenernya dia murni bertanya, tapi kalo semisal kalean memang sedang “ada”, segera ambil kartu atm, ajak dia ke mall, lalu temani dan manjakan dia di sana. Atau ketika suatu waktu gebetan kalean sambil berbisik-bisik bilang, “Kak, The Hermes Birkin Ginza Tanaka bagus juga ya?” Nah, barulah kali ini kalean mesti bicara, tentu sambil dengan berbisik-bisik pula, “De, tas Hermesnya di-skip dulu ya… kasih kakak kesempatan buat nabung dulu.” Kalo dia senyum dan ngerti pada keadaan kalean saat itu. Maka dia pantas dipertahankan. Tapi kalo ternyata perkara itu membuatnya justru misuh-misuh sambil memasang muka horor emak-emak valak, yah, mau gimana lagi? cinta kadang emang gak selalu harus berakhir sama-sama. Lupakan.

Kelima, gak apa-apa gak lanjut S2 dulu, tapi rajin-rajinlah belajar biar pintar

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pintar itu nilai sangat plus buat seseorang. Dan perihal ini bisa menjadi amunisi pamungkas, mengingat pintar dan wawasan yang luas sangat membantu dalam kelanggengan sebuah hubungan. Karena pintar bisa membuka pemahaman. Memang ada yang lebih tinggi maqomnya dari pada hanya sekedar pintar, yakni menjadi arif lagi bijak. Tapi perlu diingat, bahwa pintar merupakan salah satu pintu gerbang menjadi bijak. 

Dan ah, yah, omong-omomg kalo kalean bisa dengan mudahnya percaya gitu aja sama “tips mengatasi supaya gak jomblo” dari racauan acak kadut seorang jomblo tulen model gue ini, sepertinya kepintaran kalean mesti dipertanyakan ulang. Sekian. ^.^



fb14072016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar