Senin, 01 Juli 2019

Aptenodytes Forsteri

“Kita masih melakukan hal yang sama, masih di tempat yang terpisah. Dan tak pernah kau pertanyakan lagi keberadaanku. Sebab bagimu aku selalu ada.”
Elipsis – Devania Annesya

***


Hidup di habitat ekstrem kutub bumi, penguin merupakan makhuk monogami yang sangat setia pada satu pasangan. Penelitian mencatat, meski masa hidup Aptenodytes forsteri ini hanya berada di kisaran 13 sampai 15 tahun, namun usia “pernikahan” sepasang penguin bisa mencapai 10 hingga 13 tahun.

Dalam siklus normal, perkawinan sepasang penguin biasa terjadi pada bulan Juni. Ketika mencari “calon istri”, meski tak bisa terbang, penguin jantan akan mengepak-ngepakan sayap guna mencuri perhatian si betina. Terdengar konyol memang, tapi entah kenapa pada akhirnya ada saja penguin betina yang akan terpikat pada penguin jantan itu. ketika dirasa sudah saling menemukan kecocokan, sepasang penguin kasmaran itu akan membuat ikatan dengan cara saling menepuk sayap. Tepukan sayap ini semacam akad janji untuk bersedia saling hidup setia sampai mati.

Bukan semata omong kosong, kesetian sepasang penguin benar-benar akan diuji kala mereka sudah melangsungkan “pernikahan”. Sebab, tak lama setelah perkawinan itu dilangsungkan mereka harus berpisah. Sementara penguin jantan bersama kelompoknya akan mengembara demi mengumpulkan makanan dan melakukan perjalanan beratus-ratus kilometer jauhnya, si betina akan menetap di sana menjaga bayi mereka. (Ada kalanya terjadi sebaliknya, si betina mencari makan dan si jantan yang akan menjaga anak.) Sebelum pergi, ia akan berjanji pada “istrinya” bahwa mereka akan bertemu lagi di tempat yang sama pada bulan Maret tahun depan.

Benar saja, di waktu yang sudah dijanjikan penguin jantan itu kembali. Dengan siulan, seekor penguin akan memanggil pasangannya. Lalu bagaimana sepasang penguin bisa saling mengenali satu sama lain? mengingat ratusan penguin lain juga melakukan hal yang sama. Dengan ciri fisik dan suara siulan yang serupa, bagaimana mereka bisa saling menemukan?

Tuhan selalu memberi cara untuk makhluknya. Meski tak berakal dan sudah terpisah berbulan-bulan, pingiun memiliki insting untuk mengenali pasangannya dengan sangat baik. Mereka bisa benar-benar membedakan mana yang pasangannya dan mana yang bukan meski sekawanan penguin memiliki ciri fisiologi yang sama. Dan bila si “istri” belum memunculkan diri, penguin jantan akan tetap berada di tempat itu sambil terus menerus bersiul memanggil pasangannya sampai janji bertemunya lunas terbayar.

Tak hanya penguin, meski tak benar-benar sama barangkali kisah yang nyaris serupa juga dialami oleh Piper dan Gabriel.

Kala itu Piper masih berusia 14 tahun dan tinggal di New Hampshire. Sementara Gabriel yang setahun lebih tua darinya menetap di Massachusetts. Keduanya saling mengenal pada tahun 1994 melalui kegiatan korespondensi yang mereka lakukan. Saat akses internet belumlah semudah seperti sekarang ini, memiliki sahabat pena merupakan kegiatan yang sempat marak di kalangan anak-anak muda ketika itu. Lewat sahabat pena seseorang akan mampu menjangkau orang lain meski jarak keduanya terpisah bermil-mil jauhnya.

Empat tahun Piper dan Gabriel menjadi sahabat pena, baru satu kali keduanya bertemu dan bertatap muka. Dari pertemuan itu mereka menjadi semakin saling mengenal satu sama lain, dan ternyata memiliki obsesi yang sama. Baik Piper dan Gabriel sama-sama menyukai Shakespeare dan ingin menjadi aktor.

Sibuk dengan kegiatan dan aktivitas masing-masing guna meraih mimpi, membuat kedua sahabat pena itu sempat kehilangan kontak selama belasan tahun lamanya. Keduanya tak menyadari bahwa setelah empat belas tahun berlalu ternyata mereka sama-sama melanjutkan studi akting di London dan hanya terpisah tiga blok saja.

Tapi Tuhan memang sudah menyiapkan kejutan untuk mereka, sebab pada tahun 2011 keduanya dipertemukan kembali melalui situs cari jodoh, OkCupid. Kala itu Gabriel menemukan profil Paper dan mendapati kecocokan sebesar 94 persen. Awalnya Gabriel tak menyadari bahwa gadis itu tak lain adalah sahabat penanya, sebab Piper menggunakan nama samaran untuk profilnya. Namun alangkah terkejutnya Gabriel saat mengirim chat ajakan untuk bertemu, ia justru mendapat balasan, “Gabe! Ini Piper! Sahabat penamu!”

Sejak saat itu mereka kembali berhubungan. Piper kemudian tahu bahwa surat-surat yang dulu dikirimnya ternyata masih disimpan rapi oleh Gabriel dalam binder ungu bertuliskan ‘Piper G’. Tak rela saling kehilangan untuk kedua kalinya, Piper dan Gabriel memutuskan menikah pada Oktober 2013 dan kini mereka tinggal di Brooklyn.

Well, apa yang bisa dipetik dari sini?

Tak usah terlalu memusingkan diri mencari-cari siapa jodohmu. Untuk saat ini, selama masih punya cukup waktu, ada baiknya fokus saja untuk terus meningkatkan kualitas dirimu. Percaya saja pada rencana-Nya. Percaya saja bahwa segala hal baik akan dipertemukan kebaikan pula. Dan pada akhirnya semua hanya perkara waktu. Karena memang tak ada yang terjadi tidak pada waktunya.




10112016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar