Senin, 08 Juli 2019

Aturan Main Semesta

“Apabila buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh (tak bijaksana) akan menganggapnya manis seperti madu; tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.”
-Siddharta Gautama


“Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana.”
-Yesus


“Lakukan apa saja yang ingin kaulakukan, tapi ingatlah kau akan mendapat balasan sebagaimana yang kau lakukan”
-Rasulullah Muhammad


***

Aturan main semesta itu sederhana. Sesederhana pepatah purba yang pernah diucapkan Epictetus, “Apa yang kamu semai itulah yang kamu tuai.” Kamu melakukan suatu perbuatan, maka kamu akan mendapat ganjaran. Kadang ganjaran yang kamu terima atas perbuatanmu akan terjadi dalam waktu singkat. Tapi tak jarang, ganjaran perbuatanmu akan mengalami proses pengendapan terlebih dulu. Bertahun-tahun lamanya. Sampai kamu lupa. Sampai kamu mungkin tak menduga dan tak menyadari, bahwa cepat atau lambat ganjaran setimpal atas segala perbuatan yang pernah kamu lakukan sebenar-benarnya hanyalah soal perkara waktu.

Beberapa bulan lalu, seorang wanita berusia 37 tahun asal kota hujan, Bogor, masuk dalam DPO dan menjadi buruan pihak berwenang. wanita paruh baya itu diperkarakan banyak orang karena telah melakukan aksi penipuan sejak Juli 2015. Modus yang dilakukannya ialah dengan mengajak para calon korbannya menanam modal dalam bisnis pengadaan barang untuk instansi pemerintah, dan menjanjikan keuntungan macam reproduksi protozoa, yakni dalam waktu singkat dapat membelah diri dan berlipat ganda.

Tergoda pada iming-iming wanita tersebut, banyak orang yang tertipu dan menyerahkan sejumlah uang guna berinvestasi. Tak tanggung-tanggung, total rupiah yang mampu diraup wanita tipu-tipu itu mencapai 14 miliar. Angka yang fantastis dan sangat lebih dari cukup jika digunakan untuk biaya resepsi nikahan empat gebetan sekaligus. Woilah.

Hasil akhirnya seperti yang sudah bisa diterka, bersamaan dengan terkumpulnya uang, wanita itu pun seketika menghilang. kira-kira kelakuan wanita itu 11-12-lah kaya cowo-cowo kampret yang seneng PHP-in dedek-dedek gemes di luaran sana, dan tiba-tiba hilang begitu aja saat si dedek-dedek gemes lagi sedang sayang-sayangnyah. Bedebah memang. (Eh, sebentar. Kok, kayanya saya ngga asing ya, sama cowo model gini? #halah #sudahlah ) : ))

Menyadari bahwa telah tertipu mereka pun akhirnya melaporkan perkara itu pada polisi, dan segera saja polisi melakukan pengejaran terhadap wanita tipu-tipu itu. Tak sia-sia usaha yang dilakukan pihak kepolisian karena akhirnya di daerah Cilacap ia berhasil dibekuk.

Dalam penyelidikan diketahui bahwa keberadaan wanita tipu-tipu itu di Cilacap ialah guna menemui seorang dukun yang konon katanya mampu menggadakan uang. Dalam pikirannya, dengan menggadakan uang pada dukun “sakti” itu, nantinya ia akan bisa mengembalikan uang para korban yang sudah ditipunya dan ia akan mendapat keuntungan dari hasil menggadakan uang tersebut.

Berhasilkah rencana wanita itu?

Ayolah… Yang benar saja. Saat londo-londo pirang sudah berpikir bagaimana membentuk koloni industri di luar angkasa guna meminimalisir polusi di bumi. Di sini masih ada gitu orang-orang yang percaya bahwa uang bisa digandakan dengan instan dan bermodal bakar menyan? Ampun, Gusti...

Alih-alih menggadakan uang, dukun yang konon dipercaya bisa menggadakan uang itu justru membawa kabur uang wanita hasil tipu-tipu tersebut. saat akhirnya ditangkap, wanita itu bingung karena penipuannya terbongkar dan bingung karena ternyata ia juga telah kena tipu oleh dukun abal-abal pengganda uang.

Dari kasus wanita di atas, dapat dilihat betapa aturan main semesta berlaku dalam sekejab dengan memutar keadaan di waktu yang relatif singkat. Pada kasusnya, si wanita itu bisa langsung menginstropeksi kesilapannya. Lalu adakah kasus yang membuktikan bahwa aturan main semesta sebenarnya juga kadang berlaku dengan cara mengendapkan dulu? Bahwa semesta sambil “menopang dagu” sebenarnya hanya tengah menunggu waktu untuk menunjukan aturan mainnya? Cerita yang bersumber dari blog ini http://hoedamanis.blogspot.co.id/…/08/posting-keseribu.html… mungkin bisa menjadi representasi.

Syahdan, hiduplah seorang lelaki salih yang di hormati masyarakatnya. Sebagai pengusaha ia dikenal cukup kaya, taat beribadah, baik pada tetangga, dan ringan tangan. Singkat kata, ia sosok yang dipandang “sempurna” oleh masyarakat. Meski begitu ada hal ironis dari lelaki salih ini, karena ia memiliki empat orang anak yang kesemuanya bermasalah dan tidak beres.

Anak pertamanya lelaki. tidak seperti si ayah yang ringan tangan membantu tetangga, anak sulungnya justru ringan tangan dalam memukul istri. Sudah berkali-kali ia terlibat dalam kasus KDRT mengerikan dan dilaporkan pada pihak berwenang oleh istrinya sendiri. hingga akhirnya rumah tangga itu berujung pada perceraian. Membuat nama baik si lelaki salih pun ikut tercoreng. Anak kedua, lelaki juga. Menjadi penjahat yang kerap keluar masuk bui karena kasus pidana. Anak ketiga, perempuan. Hamil di luar nikah, menggugurkan kandungan lalu kini menjalani kehidupan liar. Dan si bungsu, lelaki, berurusan dengan polisi karena tersandung kasus narkoba.

Awalnya orang-orang menyakini bahwa ketidakberesan anak-anak lelaki salih ini adalah “ujian atau cobaan Tuhan.” Penasaran akan kehidupan si lelaki salih, penulis blog ini akhirnya mencoba menelusuri kehidupannya. Sampai akhirnya ditemukan satu fakta mengejutkan yang tak bisa dibilang kecil. Yakni bahwa ternyata di masa lampau lelaki salih ini pernah merenggut hak milik orang lain. (kisah selengkapnya tidak dijelaskan si penulis blog karena hal itu menyangkut privasi orang.) Dia -si lelaki salih- mungkin lupa pada perbuatannya, tapi orang yang haknya sudah dirampas itu masih sakit hati hingga tak sudi memaafkan perbuatannya. Sebegitu sakit hati sampai orang itu tak mau melayat ketika si lelaki saleh ini meninggal dunia.

Kisah lelaki saleh ini hanya salah satu dari sekian banyaknya cerita, betapa aturan main semesta kadang memang tak selalu mengganjar perbuatan seseorang seketika itu juga. Tak jarang ia akan memeram waktu dan membiarkanmu lupa terlebih dulu. Tapi percayalah, pada akhirnya nanti pada satu titik kamu akan kembali “diingatkan”, bahwa karma itu ada. Bahwa balasan dari segala perbuatan itu nyata. Tidak harus menunggu sampai kau mati dan berada di alam barzah, sebab ia sudah akan menjatuhkan hukumnya sejak kau masih menjejakan kaki di dunia.

Terdengar mengerikan?

Tenanglah, tak hanya pada perkara nista dan tercela, kabar baiknya aturan main semesta juga berlaku pada perbuatan-perbuatan terpuji yang kamu lakukan pada sesama. Meskipun sebiji zarah kebaikan yang kamu perbuat, aturan main semesta juga terjadi di sana. Dengan segera atau dengan tertunda, Ia akan menunjukan wujudnya padamu di waktu dan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Tapi untuk kisah ganjaran kebaikan ini barangkali akan saya ulas lain kali. Saya tidak bisa menjanjikan tulisan ini akan berlanjut dalam waktu dekat. Tapi... Saya usahakan untuk sesegera mungkin bisa "menculik" kamu dari bapakmu. -Eh, kok? ini ngomongin apa, yah? #MaapPenutupKalimatnyaKriuk




01122016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar