Minggu, 30 Juni 2019

Wanita dan Transaksi Jual Beli

“Bingung gue.”
Celetuk Bob di antara percakapan absurd para jomblo akud.

***


Dalam sebuah transaksi jual beli di salah satu lapak buah di pasar tradisional pinggir kota.
Si lelaki: “Sekilonya berapa, mba?”
Penjual: “Lima belas ribu aja, mas.”
“Empat kilo lima puluh ribu, yah?”
“Wah, belum dapet mas. Lima puluh lima ribu gimana?”
“Ya udah, saya ambil.”

Sambil lalu bertanya, Sebentar tawar menawar, lalu mufakat. Sebagian lelaki sering berfikir, andai cinta sesederhana transaksi jual beli.

Di waktu yang nyaris bersamaan, di lapak buah yang persis bersebelahan dengan si lelaki tadi melakukan negoisasi jual belinya.
Si wanita: “Sekilonya berapa, bang?”
Penjual: “Lima belas ribu, mba.”
“Mahal amat. Tujuh ribu aja.”
“Wah, belum balik modal, mbak. Tiga belas ribu deh.”
“Tujuh ribu.”
“Sepuluh ribu, deh, mba…”
“Tujuh ribu.”
“Tambahin lima ratus lagi, mba... Tujuh ribu rima ratus.”
Tanpa berucap si wanita pergi dengan muka acuh tak acuh. Butuh nggak butuh.
Si penjual setengah berteriak memanggil, “Mbak, mbak, Ya udah, mba. Mau beli berapa kilo?”
Si wanita kembali, “Sekilo aja.”

Pasang muka datar, singkat kata dalam tawar menawar, lalu pura-pura pergi agar dipanggil lagi dan, “Gotcha!” Tercapailah apa yang diingini.

Bagi wanita ini bukan sekadar seni tawar menawar dalam jual beli. Ada kerumitan di sana yang sampai-sampai para ekonom, sosiolog, psikolog, antropolog, sejarawan, budayawan, insinyur tehnik sipil, petugas sensus, duta pariwisata, penggiat kelestarian primata, broker saham, pemerhati pendidikan, pengusaha batu bara, ahli pangan, ahli nujum, peramal tarot, penafsir mimpi, menteri perdagangan, anak kolong yang doyan ngelem, agen pegadaian, agen MLM, saudagar sembako, tauke toko grosir, mamang warung kopi, om-om lubis warung klontong, dan segenap elemen pelaku pasar belum tentu bisa menguraikannya dengan singkat dan sederhana.

Celakanya, kuat dugaan saya wanita menerapkan ini tidak hanya dalam konteks transaksi jual beli, tapi juga dalam perkara menjalani suatu hubungan. Di balik tingkah mereka yang kadang “Take it or leave it”, tersembunyi desakan –sedikit mengutip istilah Andrea Hirata- “Cepat, tolol! Culik aku dari bapakku!”

Dan lu tau, mblo? Bagaimana njelimetnya bagan prasyarat uji kelayakan dari bapaknya yang mesti lu lewati terlebih dulu?

Mampus! Dah, lu mblo.



25082016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar