Minggu, 30 Juni 2019

Otak Gesrek

“Gesrek apaan tuh ka Zal?”
Sandy Abu Hudzaifah

(Nah, kebetulan kak San, kemarenan juga ada yang sempet ngotot soal istilah otak gesrek. Jadi sekalian dah gue coba ulas di sini.)

***



PENTINGNYA MEMAHAMI MAKNA OTAK GESREK DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


I. Latar Belakang Masalah

Sejarah mencatat kesalahpahaman berkomunikasi dapat mengakibatkan jatuhnya korban kemanusiaan. Dalam perang dunia kedua, diketahui bahwa Jepang yang mendapat ultimatum dari pihak AS pada tahun 1945 memberi respon “mokusatsu” yang sebenarnya memiliki arti: “kami akan mentaati ultimatum tuan tanpa komentar.” Namun disalahartikan oleh staf Jendral MacArthur karena mengartikan padanan kata tersebut dengan “no comment”. MacArthur kemudian melapor kepada Presiden Truman dan akhirnya tragedi jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pun tak dapat terelakan. (dalam Mulyana, 2008 : ix)

Dewasa ini bermunculannya istilah-istilah baru dalam lingkup pergaulan nakanak tongkrongan kekinian, bisa dibilang adalah bentuk kreativitas linguistik yang dapat memperkaya pembendaharaan kata dan khazanah yang dimiliki oleh bangsa ini. Meski demikian, di sisi lain perkara ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara nakanak tongkrongan dan nakanak non tongkrongan hingga kerab menjadi muasal terjadinya hubungan yang kurang asoy diantara mereka. Bahkan tak jarang dalam skala jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya gesekan diantara keduanya.

“Otak Gesrek” merupakan salah satu dari sekian banyak istilah baru yang mulai kerap dilontarkan nakanak tongkrongan, sebenarnya memiliki konotasi positif dan lebih kepada becandaan serta biasa dipakai untuk seru-seruan, namun sayangnya oleh beberapa (((oknum))) nakanak non tongkrongan yang terlalu kaku kek BH baru dan terlalu serius dalam melakoni hidup, menganggap bahwa “mengatai” orang lain memiliki “otak gesrek” merupakan hal yang tak elok dan tak patut ditiru.

Pada dasarnya sikap nggak asiknya nakanak non tongkrongan yang tidak sepaham pada beberapa istilah baru nakanak tongkrongan bisa dimaklumi. Sebab mereka menyakini ibarat air yang keluar dari mulut sebuah teko, bahwa ucapan yang terlontar dari lambe seseorang merupakan cerminan isi teko (baca: isi kepala orang itu). Semakin “biadab” omongan yang dilontarkan seseorang maka menjadi tanda semakin tak beradabnya orang tersebut. Ya, mereka –nakanak non tongkrongan menjadi terlalu kaku, barangkali lantaran memiliki cara becandanya sendiri dan tengah mengalami semacam gegar budaya dalam memaknai becandaannya nakanak tongkrongan.

Mengetahui hal ini membuat kegusaran tersendiri bagi gue sehingga tergugah untuk menelaah polemik absurd ini. Menggunakan model komunikasi Lasswell, gue akan mencoba gegayaan mengurai hal ini dari perspektif sok-sok-an akademis berdasarkan ranah ilmu komunikasi. *tersipu malu*

Diharapkan nantinya, ya… kali-kali aja bisa menjadi semacam panduan alternatif bagaimana sebaiknya nakanak tongkrongan dalam berkomunikasi dengan anak non tongkrongan atau sebaliknya. Hingga pada akhirnya pecah kongsi antara keduanya pun dapat dihindari.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada tulisan ngga genah ini adalah:
“Pentingnya memahami makna otak gesrek dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.

III. Tujuan

Tulisan ini diharapkan mampu membuat kekecean gue meningkat 93,28% dari sebelumnya.

(Lha, ngga nyambung?)

ini bukan makalah, skripsi, tesis, apalagi disertasi. Jadi kenapa mesti nyambung? Udahlah… Ngga usah berharap bisa nyambung dan balikan lagi sama mantan kalian. Move on-lah dengan sekaffah-kaffahnya move on.

IV. Manfaat 
Kagak ada manfaatnya sih keknya. Jadi dari pada nerusin baca tulisan sampah ini mending bantu-bantu mama cuci piring aja sanah.

V. Pembahasan

V.1. Model Komunikasi Lasswell

Menurut Lasswell (1974: 10-11) untuk memahami proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Who
Say what
In Which Channel
To whom
With What Effect

Ato dalam artian yang lebi asoy:
Siapa – Ngomong Apa – Pake Saluran Apa – Sama Siapa – Dengan Efek Gimana?

Dari definisi Lasswell ini bisa diturunkan lima unsur komunikasi yang saling berkaitan, yakni:
Pertama, sumber. Dia adalah pihak yang punya inisiatif untuk melakukan komunikasi. Alesannya macem-macem, bisa karena ia barangkali lagi kesepian lantaran ditinggal kawin sama mantannya, ato bisa aja karena gebetan barunya udah satu dasawarsa ngga menghubunginya, ato mungkin juga dia cuma lagi pingin ngajak ngobrol-ngobrol biasa sambil becanda-becanda.
Pengalaman masa lalu, rujukan nilai, persepsi, pola pikir, pengetahuan, (kebiasaan nongkrong dimana, bahasa sehari-hari yang dipake) dan beberapa hal lainnya mempengaruhi dia dalam merumuskan pesan yang dalam hal ini bisa berupa pemilihan kata-kata saat melakukan obrolan.

Kedua, pesan. yaitu apa yang ingin dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal. Simbol terpenting adalah kata-kata ato Bahasa, karena memungkinkan kita berbagi pikiran kepada orang laen.
Tapi biar pun kata-kata memegang peranan penting, pesan yang disampaikan secara nonverbal seperti senyuman dan tatapan mata terkadang bisa lebih mudah dan cepat untuk dipahami.
Bagi cowo-cowo yang pernah ketahuan bohong sama cewenya, terus si cewe dengan nyantainya bilang, “Ngga apa-apa, kok…” tapi sambil senyum dan kasi tatapan mata menghujam pasti ngerti maksud gue tentang kelebihan pesan non verbal yang satu ini. #MatiLuh

Ketiga, saluran ato media, yakni alat yang dipake dalam penyampaian pesan. Merujuk hal ini apakah penyampaian pesan itu dilakukan secara langsung bertatap muka ato dengan menggunakan media semisal surat kek, telpon kek, SMS kek, BBM kek, WA kek, inbox pesbuk kek, DM twitter kek, ato apalah yang-penting-kamu-ngabarin. Emang susah, yah? #yailah *tepok jidat

Keempat, penerima, yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Sama halnya seperti sumber, pengalaman masa lalu, rujukan nilai, persepsi, pola pikir, pengetahuan, dan beberapa hal lain yang nantinya akan sangat mempengaruhi si penerima dalam menafsirkan apa yang disampaikan oleh si sumber.

Kelima, efek, yakni apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan dari si sumber. Terhiburkah, merasa mendapat infomasi baru, biasa-biasa aja ato malah misuh-misuh lalu marah. (dalam Mulyana, 2008 : 69-71)

Efektif tidaknya proses komunikasi – menurut Stewart L dan Sylvia Moss (1974:9-13) paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. (dalam Rakhmat, 2008 : 13)

Komunikasi yang hanya membuat si sumber dan atau si penerima misuh-misuh lalu berujung saling marah-marah maka bisa menjadi tanda bahwa komunikasi tersebut tidak berjalan efektif.

V.2. Arti Otak Gesrek

Menurut kamus slang.com gesrek memiliki arti: miring beberapa derajat otaknya. (dalam kaitannya dengan hubungan cowo-cewe) bisa diartikan: apapun rela dilakuin demi doi (si pujaan hati); atau jadi bodoh; o’on; salah tingkah.

Namun pada perkembangannya, dalam beberapa tongkrongan istilah gesrek ato biasa disebut juga otak gesrek mulai mengalami ambiguitas. Dari yang semula hanya berkaitan pada hubungan cowo-cewe, kini otak gesrek sering kali dilontarkan untuk menggambarkan seseorang yang punya kelakuan aneh bin ajaib, di luar kebiasaan dan akhirnya menimbulkan gelak tawa. Tentu hal ini dalam konotasi positif dan sebenarnya bisa merupakan sebuah pujian sebab memang ngga semua orang diberi kelebihan otak gesrek ini.

Contoh otak gesrek barangkali bisa dilihat dari kelakuan temen gue, Cobon alias Sakay alias Bi’e –bukan nama sebenernya tapi gue rasa banyak dari kalian tahu siapa orang yang gue maksud. Suatu waktu saat tengah menyeduh sirup sisa lebaran, lantaran ngga nemuin sendok untuk mengaduk dia pun dengan selonya menggunakan jari telunjuk sebagai “alat” pengaduk. #AmpunDije ini perkara sederhana tapi sangat efesien yang sebelumnya ngga pernah terpikirkan oleh gue.

V.3. Pentingnya Sumber Memahami Latar Belakang Penerima Dalam Upaya Menciptakan Komunikasi Efektif

Dari uraian model komunikasi Lasswell kita bisa menarik benang merah bahwa (((perbedaan))) pengalaman masa lalu, rujukan nilai, persepsi, pola pikir, pengetahuan, kebiasaan nongkrong, bahasa sehari-hari yang dipake dan beberapa hal lainnya antara sumber (katakanlah nakanak tongkrongan) dan penerima (katakanlah nakanak nontongkrongan), merupakan hal yang (((melatarbelakangi)) mengapa diantara mereka pada akhirnya (((tidak memiliki pemahaman yang sama))) dalam (((memaknai))) istilah (((otak gesrek))).

Menurut Deddy Mulyana (2008: 311), “Bahasa yang digunakan dalam suatu lingkungan sering tidak berfungsi bila digunakan dalam lingkungan lain…

…Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu.”

Mengetahui berbicara dengan siapa dan bagaimana latar belakangnya, merupakan kunci bagi kita untuk bisa memilih dan memilah kata-kata apa saja yang sebaiknya kita gunakan agar komunikasi dapat berjalan efektif.

Bagi nakanak tongkorang saat harus berkomunikasi dengan nakanak non tongkrongan, usahakan gunakanlah istilah atau kata yang umum-umum aja. Percuma juga pake istilah-istilah baru seperti “otak Gesrek” dengan niat becanda kalo ternyata ujung-ujungnya malah bisa bikin pecah kongsi, lantaran dia-dia pada ternyata kaga ngarti.

Bagi nakanak non tongkrongan saat melihat nakanak tongkrongan yang saling becanda dengan sesamanya pake istilah-istilah antah berantah, sebaiknya biarin aja sih, toh mereka ngga ganggu kalian. Ngga usah menghakimi kalo cara becanda mereka dengan menggunakan istilah-istilah itu adalah bentuk kejahiliahan gaya baru, apalagi sampe rese ngelarang-larang kesenangan mereka dalam menggunakan istilah tersebut.

Deal?

VI. Kesimpulan

Simpulin sendiri aja yak, gue mau ngudut duluk.

VII. Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arti gesrek. Kamusslang.com. Diunduh pada tanggal 22 Juni 2016 dari http://kamusslang.com/






13102016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar