Minggu, 11 Juli 2021

Reko-Reko Craft, Sepasang Sepatu Rajut Untuk Si Buah Hati

 


Mendung kelabu sempat merundung hati seorang Tari Tarbiyatun pada satu waktu yang telah lalu. Apa pasal? Keinginannya untuk membelikan sepasang sepatu rajut untuk si buah hati, harus kandas karena keterbatasan ekonomi.

Tak rela menyerah pada keterbatasan, terlintaslah di kepala wanita yang kini berusia 38 tahun itu untuk merajut sepatu sendiri. Bermodal buku-buku tentang seni merajut, ia runut segala tahap-tahap dalam tutorial yang tertera di buku itu.

Dan, voila! Bersalinlah sepatu rajut pertama dari tangannya hingga mampu menerbitkan seulas senyum ceria di paras cantik putri emasnya.

"Awalnya karena keterbatasan ekonomi, gara-gara the power of kepepet itu, punya anak cewek, pengen ngedadanin... cuma uang dikit pas-pasan mas, sedih kan ya, dari situ aku mikir, aduh kayanya bisa deh aku bikin ini (sepatu rajut) sendiri, jadi, dari rasa sakit hati itu malah keluar inspirasi ini (bikin sepatu rajut) sendiri," ujarnya saat berbincang dengan Akurat.co saat mengikuti Bazaar Ideafest X Tokopedia 2017 di Jakarta convention center, akhir pekan lalu.

Tak dinyana, sepatu rajutannya tersebut ternyata menculik perhatian anak-anak sepermainan putrinya, saat buah hatinya itu duduk di bangku PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Dari situ, kemudian muncul banyak permintaan dari orangtua-orangtua murid PAUD agar dibuatkan sepatu rajut yang sama untuk putra putri mereka.

"Tapi tadinya malu-malu buat nawarin, sampai dibawa kemana-mana cuma di simpen di tas, karena malu itu, tapi ternyata banyak orang yang suka, sekarang jadi udah biasa buat nawar-nawarin," imbuhnya mengenang seraya mengulum senyum.

Kini, dengan mengibarkan bendera Reko-Reko Craft, sepatu rajutannya itu telah menjadi salah satu ladang usaha dan mampu berkontribusi dalam mendongkrak perekonomian keluarga.

Tari menuturkan, dalam pembuatan sepasang sepatu rajut, biasanya dibutuhkan waktu sekitar satu hari. Itu pun sambil diselingi kegiatan dalam mengurus rumah tangganya.

Bukan cuma sepatu, saat ini rajutannya juga sudah merambah ke barang-barang lain seperti tas, sandal, topi, hiasan rumah dan barang-barang lainnya.

Tapi seperti tak mudah berpuas hati, ibu tiga anak itu kini juga mulai mengeksplor diri untuk memproduksi kerajinan-kerajinan lain seperti mengkreasikan kain perca dan flanel menjadi beragam pernak-pernik.

"Kalau kisaran harga variatif ya mas... Bros-bros Rp5.000 ribu, kalau sepatu rata-rata Rp350.000, kalau Rp400.000 untuk yang paling mahal, dia benangnya juga dobel," rincinya.

Dalam memasarkan produk kerajinannya, Tari fokus mengandalkan media sosial seperti instagram dan melalui grup-grup WhatsApp yang ia ikuti. Saat ini, Tari juga mulai membuka kios kecil di muka rumahnya yang didanai oleh salah satu e-commerce Indonesia yang menawarkan kerjasama.

Disinggung mengenai alasannya menggunakan nama Reko-Reko Craft untuk melabeli produknya, Tari mengatakan merek itu diambil dari celetukan yang kerap dilontarkan putrinya saat dirinya tengah merajut barang-barang pesanan orang.

Tak hanya itu, beberapa orang juga menyarankan dirinya untuk melabeli kerajinannya itu sebelum diposting ke sosial media agar mengantisipasi pembajakan foto produk.

"Waktu itu juga ada saran dari orang-orang kalau posting di IG, foto barang-barang, kasih watermark biar ngga diakuin orang, dari situ saya mikir, kasih nama apa ya... Soalnya kan kalau nama saya sendiri kayanya kurang menjual, akhirnya saya kepikiran pakai nama reko-reko celetukan anak saya itu," terangnya.

Ia melanjutkan, dalam memenuhi pesanan yang kadang membeludak, ia biasa dibantu oleh beberapa tetangga yang sebelumnya sudah diajari cara merajut dan menjahit yang disesuaikan produknya.

"Sekarang kadang dibantu tetangga, teman yang baru ngerajut dua orang, dan yang ngejahit satu," imbuhnya

Terkait tantangan, ia mengaku harus mampu mengembangkan diri dalam membuat model-model produk baru agar pelanggan tak monoton. Selain itu, ia juga tengah berlatih cara-cara mengambil foto-foto produk yang baik sehingga mampu menarik minat calon pelanggan baru.

"Tantangannya, lebih harus bisa mengembangkan model baru, terus mesti belajar lagi, terutama soal gimana apload foto-foto barangnya biar bisa makin menarik kalau di IG, itu saya harus pelajarin itu," tuturnya.

Dalam menjawab tantangan tersebut, Tari tak menutup diri sehingga telah bergabung dengan beberapa komunitas-komunitas yang mendukung usaha kerajinannya itu.

"Saya gabung di komunitas-komunitas yang bisa mendukung saya, banyak dapet ilmu baru juga di situ, di komunitas di Depok sekarang juga sudah jadi binaan dari dinas Desperindag kan, jadi ada beberapa fasilitas dan ikut pameran, pelatihan buat upgrade juga mulai banyak," ujarnya.

Kendati baru benar-benar fokus melakoni usaha Reko-Reko Craft di dua tahun terakhir, tapi Tari berharap usahanya bisa terus tumbuh dan menjadi usaha legal yang besar. Sehingga tak hanya membuka lapangan kerja bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang-orang yang berada dalam radius hidupnya.

"Reko-reko benar-benar jadi bisnis legal yang besar. Satu lagi, saya juga pengen pensiun-dini-kan suami saya, saya ngerasa perihatin ngeliatnya, sebegitu beratnya kerja sama orang tapi ngga sebanding sama yang didapat, saya ngerasa bakal lebih enak kalau kita bisa jadi bos untuk diri sendiri," ujarnya penuh harap.

Ia menambahkan, "Saya nggak nyuruh suami untuk berhenti bekerja, tapi ini prepare, Plan B saya, saya optimis sekali, apalagi lihat pelaku pelaku UKM disini saya jadi kepacu banget mas... Anak-anak mudanya top kreatif, saya jadi ngerasa telat baru mulai ini sekarang," tutup Tari sambil tertawa.[]


Telah tayang:
https://akurat.co/reko-reko-craft-sepasang-sepatu-rajut-untuk-si-buah-hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar