Sabtu, 12 Januari 2019

Kecoa

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” 

(Al-Baqarah: 216)


"Nitrogen atau zat lemas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang N dan nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa, dan merupakan gas diatomik bukan logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lainnya. Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi dengan unsur lainnya.

Nitrogen mengisi 78,08 persen atmosfer Bumi dan terdapat dalam banyak jaringan hidup. Zat lemas membentuk banyak senyawa penting seperti asam amino, amoniak, asam nitrat, dan sianida.

Nitrogen merupakan unsur kunci dalam asam amino dan asam nukleat, dan ini menjadikan nitrogen penting bagi semua kehidupan. Protein disusun dari asam-asam amino, sementara asam nukleat menjadi salah satu komponen pembentuk DNA dan RNA."

(Wikipedia.org)


***



"Jangan. Jangan bunuh kecoanya. Aku geli bukan benci," Serumu sedikit menjerit. Membuatku terpaku beberapa detik. 

"Jauhi saja kecoa itu dari sini," imbuhmu.

Lantas dengan sigap menggunakan ijuk sapu, kukibas-kibas serangga hitam suram itu keluar menjauh dari ranjang ruang UKS tempat kini kau terduduk. Kecoa terbang tak tahu adat yang muncul mendadak dan hinggap kesembarang tempat itu membuat pasi wajahmu yang tengah kurang sehat semakin terlihat pucat. Keparat.


Ah, tidak, tidak. Sebenarnya bukan kecoa itu yang keparat. Tapi aku.


Kemarin petang, seusai pendalaman materi sebagai bekal jelang Ujian Akhir Nasional, seharusnya aku langsung mengantar kau pulang. Tapi alih-alih ke rumah, aku malah mengajakmu ke sebuah gedung perbelanjaan di daerah pinggiran Tangerang. Bukan untuk menghambur-hamburkan uang macam anak hedon yang sudah kehilangan akal menghabiskan harta kekayaan orangtuanya. Tapi hanya ingin melihat pesona langit petang dari rooftop gedung itu bersama-sama. Mengamati matahari terbenam dengan sempurna.


Parade warna angkasa yang berubah dari biru menjadi kuning menjadi merah menjadi jingga menjadi kelabu lantas perlahan gelap pun merayap datang adalah bagian yang menyenangkan. Tapi celaka, saat kita bertolak pulang hujan datang tiba-tiba tanpa menuai tanda terlebih dulu, atau mungkin sebenarnya ia telah memberi tahu, tapi karena terlalu gembira membuat kita tak peka pada kehadirannya. Dan, ini yang akhirnya paling kusesali, bukannya mencari tempat berteduh guna menunggu hujan reda, aku justru memakbulkan idemu untuk tetap berjalan di bawah siraman hujan. "Orang dewasa terlalu membosankan karena takut pada hujan." kilahmu mematahkan niatku untuk mengajakmu berteduh barang sejenak.


Ku rasa karena itulah kini kau terlihat redup, tak meletup-letup seperti biasanya.Tapi beruntung binar matamu yang masih nampak hidup mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.


"Selama tidak mengancam keselamatan, jangan pernah membunuh makhluk hidup..." ujarmu sedikit berbisik, mengusik imajiku kembali pada realita. Lanjutmu, "Tuhan tidak pernah bermain-main dengan makhlukNya. Selalu ada alasan dibalik semua penciptaan."


Kukerutkan kening mencoba meraba arah pembicaraanmu. "Kecoa itu maksud lu?"


"Ya, begitupun dengan kecoa itu. meski geli, kita tak punya hak untuk menggangunya apalagi sampai membunuh dia."


"Lha, kan, kecoa itu duluan yang gangguin elu."


"Memang kamu yakin kalau dia punya niat mau ganggu?"


Aku diam.


"Bisa jadi kan, dia cuma pingin cari makan."


Masih diam.


"Lagi pula apa kamu kira kecoa tidak memiliki jasa untuk kita?"


Sepertinya aku akan diam dalam waktu yang cukup lama.


"Kehadiran kecoa di bumi kita ini bisa dibilang sebagai penyeimbang. menjijikan memang membayangkan bahwa ia gemar memamah sampah-sampah organik sebagai menu makanan guna bertahan hidup. Tapi tahukah kamu? Sampah-sampah organik itu banyak mengandung nitrogen. Nitrogen yang masuk ke dalam tubuhnya kemudian dilepaskan di tanah untuk digunakan sebagai tumbuh-kembang tanaman. Dengan begitu bila populasi kecoa menurun maka siklus nitrogen pun akan terganggu. Belum lagi perannya dalam piramida segitiga rantai makanan. singkat kata, populasi kecoa memiliki peran yang tak bisa dipandang sebelah mata dalam menjaga kelangsungan ekosistem bumi kita."



"Ya udah kecoanya gue bawa kesini lagi aja, yah?"


"Kamu mau cari masalah? Mau aku diemin berapa hari?"



*nelen ludah* Sebaiknya aku saja yang diam lagi. 


-_____-"








16082015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar