Minggu, 13 Januari 2019

Pluto

"Perbedaan pun terbukti berguna, selama ada toleransi."
Mahatma Gandhi

***


Saya bocah dari 'produk' kurikulum '94. ketika itu di ranah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Pluto masih dipercaya sebagai salah satu planet dalam keluarga tata surya kita. Bertahun-tahun saya mengimaninya. Bahkan bisa dikata saya salah seorang pengagum diam-diam "planet kesembilan" itu karena karakteristiknya yang unik dan terlalu banyak hal misterius yang melingkupinya. Sampai pada satu ketika, tepatnya Agustus 2006. Setelah melalui proses voting dalam Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Republik Ceko, mayoritas para ahli astronomi sedunia menyatakan bahwa Pluto bukanlah planet. Sifat dan karakteristik Pluto ternyata keluar dari definisi untuk bisa di sebut planet. Ada beberapa point kenapa Pluto kala itu "dikeluarkan" sebagai planet dari keluarga tata surya kita, satu diantaranya ialah karena ia tidak memiliki jalur orbit yang jelas dan "bebas" dari benda langit lain. Lintasan orbit Pluto yang luar biasa elips memotong orbit planet Neptunus dalam perjalanannya mengelilingi matahari. Inilah yang menjadi penyebab pada satu waktu, Pluto bisa menjadi lebih dekat dengan matahari dibanding Neptunus, tapi di waktu lain menjadi sangat jauh dari si bola berpijar tersebut.

Patah hatikah saya ketika kali pertama mengetahui putusan itu? tentu saja. bagaimanapun Pluto pernah ada dan menemani masa-masa bocah saya hingga di masa transisi remaja. Sedari SD hingga SMA. tapi mau bagaimana lagi? Ini konsensus umum yang memang mesti diterima. Semacam menelan pil pahit, yang mau tak mau harus ditenggak bagaimanapun menyebalkannya.

Saat ini saya menyadari, kita memang hidup di tengah masyarakat yang -disadari atau tidak- selalu menuntut segala sesuatu mesti sama. Seragam. Dalam sistem pengkotak-kotakan. Ada konsensus umum yang "haram" di trabas karena itu mesti diikuti. Bahwa semua -atau hampir semua hal melulu tetang berapa banyak orang yang setuju. Bisa dikata "sepertinya" hanya ada dua pilihan bagi mereka yang berbeda; terbuang atau mati. Mengasingkan diri atau bunuh diri.

Terdengar sinis?
Ah, tunggu dulu. Ini belum selesai. Baiklah saya akan mencoba melihat ini dari sisi baiknya; bahwa keluarnya Pluto dari definisi planet dalam keluarga tata surya kita setidaknya menjadi salah satu bukti adanya konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan. Bahwa kesimpulan pengetahuan yang kita ketahui belum benar-benar final, karena sangat mungkin sekali banyak kebenaran yang masih belum kita temukan.

Dan satu lagi, "berkat" perdebatan panjang yang terjadi serta ditemukannya benda-benda langit asing yang sebelumnya sempat tak teridentifikasi, kini keluarga tata surya kita memiliki anggota baru. Para ahli astronomi menyebutkannya sebagai planet katai atau planet kerdil, yakni salah satu benda langit yang hampir menyerupai sifat planet umumnya, namun planet katai dalam orbitnya belum memiliki lintasan yang "bersih" dan bebas dari benda langit lain, bukan merupakan satelit dari sebuah planet serta bukan benda angkasa nonbintang lainnya. Kira-kira begitu para ahli saat ini mendefinisikan Pluto, Ceres, Haumea, Makemake dan Eris.

Ya, dari pada "mengusirnya" atau "memaksa-maksa" agar tampak sama, saya lebih senang pada jalan tengah dengan mengidentifikasikan Pluto sebagai planet katai, benda angkasa yang memiliki spesifik definisinya sendiri. meski berbeda, nyatanya dia memang ada.





fb24052016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar