Selasa, 31 Mei 2016

Berdamai Lewat Choki-choki

seakan semesta memberi tanda. entah karena alasan apa, hari itu teman semejamu meminta izin untuk tidak masuk. tak rela melewatkan kesempatan, di bangkunyalah akhirnya aku duduk tepat di samping kirimu yang tengah sibuk mencatat materi pelajaran. dalam diam.

senyap beberapa jenak.

"maaf..." ah, akhirnya kamu membuka suara, meski dengan tetap memfokuskan mata pada papan tulis -- catatan -- papan tulis lagi (simultan konstan) begitu seterusnya.

"lho, maaf kenapa?" dan seperti biasa, pembendaharaan pertanyaan tolollah yang kupunya.

"tempo lalu aku sempat lepas kontrol."

"sesekali marah bagus kok, baik buat kesehatan."

"marah itu mudah. semua orang bisa melakukannya. tapi marah di saat yang tepat, dengan alasan dan cara yang sehat, sepertinya aku masih harus belajar banyak soal itu. lagi pula aku tak berhak marah padamu."

"gak apa-apa lagi, marah itu bentuk lain perhatian lu ke gue, kan??"

sedikit menoleh, "over pede kamu itu emang nyebelin yah!" lantas kembali mengalihkan perhatian pada catatan lagi.

sebenarnya, selain tak berbakat marah, kamu juga tak pandai berpura-pura. mulutmu mungkin mahir mengingkari, tapi rona memerah itu yang menjelaskannya. kamu dikhianati pipimu sendiri. :')




~~~
kuselipkan choki-choki tigaratusan dari kantin bang alan di antara lembar catatanmu, sejurus mengangkat jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf 'v'.

awalnya kau hanya melirik, namun sepersekian detik berlalu segurat senyum tampak melengkung tertarik.

aha! sederhana betul cara untuk bisa menemukan kembali senyum itu.



fb: 21 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar