Kamis, 10 Juni 2021

Ingin Mandiri, Kopi Papandayan Cipaganti Terganjal Modal



Pegelaran Jakarta Coffee Week yang diinisiasi oleh Sco-pi benar-benar telah menjadi semacam area titik temu bagi mereka para pencinta, petani, pengusaha, asosiasi, koperasi atau sebut apapun itu karena memiliki irisan yang sama terkait kopi.

Sebagai salah satu tetangga terdekat --mengingat pameran tersebut digelar di Jakarta, membuat Desa Cipaganti, Jawa Barat seakan tak rela melewatkan ajang tahunan itu begitu saja, hingga akhirnya mengirimkan salah satu "delegasi" kopinya untuk bertandang ke perhelatan tersebut, yakni Kopi Papandayan.

Pengusaha Kopi Janjan Nugraha menuturkan, Desa Cipaganti yang tak lain adalah kampung halamannya merupakan salah satu dari dua desa yang letaknya paling dekat dengan Gunung Papandayan. Maka tak mengherankan bila biji kopi arabica yang dihasilkan dari daerah tersebut memiliki cita rasa yang khas dan tentunya berbeda dengan kopi-kopi daerah lain.

"Selain itu, kelebihan kita selama ini menggunakan pupuk organik, bisa dibilang jarang pakai pupuk kimia atau pakai pektisida," ujar Janjan.

Lelaki berusia awal 30 tahun itu mengatakan, pada pasca produksi Kopi Papandayan, pihaknya memakai tiga cara proses yakni natural, wash dan honey proces.

"Proses kita pakai natural, wash dan honey, yang honey juga terbagi jadi tiga lagi, ada yang black, red dan yelow... Untuk produk unggulan yang selama ini paling dicari adalah yang honey," imbuhnya.

Adapun soal penjualan di pasar lokal, kata Janjan melanjutkan, Kopi Papandayan sejauh ini sudah merambah pasar Bali, Jogjakarta, Jakarta, serta daerah-daerah lain seluruh Indonesia.

"Kita juga bekerjasama dengan Javanero untuk melakukan ekspor ke Singapura, Itali, sama Slandia baru," tambahnya.

Kendati dalam mengekspor produknya bekerja sama dengan perusahaan Javanero, namun merek lokal Kopi Papandayan tidak hilang karena tetap disematkan.

Disinggung mengenai jumlah produksi yang dihasilkan, ia menuturkan untuk rata-rata pengiriman produk kopi ke Javanero dalam seminggu berada dikisaran 100 kilogram sampai 200 kilogram.

Selanjutnya ia menerangkan, para petani kopi Papandayan terhimpun dalam Kelompok Tani Mukti Cipaganti, dimana pada tahap pertama sebanyak 31 petani, tahap kedua 31 petani, dan tahap ketiga yakni tahun ini bertambah lagi menjadi 8 petani, dengan demikian total petani yang tergabung dalam Kelompok taninya berjumlah 70 petani. Sementara untuk besar lahan yang digarap yakni seluas 30 hektar.

Pada kesempatan itu Janjan juga menyampaikan harapannya, bahwa kedepan ia ingin mencoba mandiri dengan membentuk perseroan sendiri sehingga bisa melakukan ekspor tanpa harus melalui perusahaan lain.

Untuk saat ini hal itu belum bisa diwujudkan karena terkendala masalah modal. Hal yang sebenarnya juga dialami oleh petani-petani lain di Cipaganti.

"Tantangan yang kerap dihadapi petani lokal, terkait permodalan. Sebenarnya bantuan dari Dinas Provinsi dan Kabupaten sudah ada untuk bisa dapat mengakses bantuan finansial dari perbankan. Tapi kerap terbentur persyaratan," imbuhnya.

Janjan melanjutkan, "Rata-rata kan minta persyaratannya anggunan, ya namanya petani agunannya kecil, selain itu juga tidak punya sertifikat. Paling-paling akte tanah. Kadang malah cuma punya kwitansi jual-beli, namanya di kampung, nah itu kendalanya," tutur dia kemudian. []


Telah tayang: https://akurat.co/ingin-mandiri-kopi-papandayan-cipaganti-terganjal-modal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar