Kamis, 10 Juni 2021

Kopi Lampung dan Fine Robustanya



Sebagai salah satu daerah penghasil kopi yang namanya sudah cukup malang melintang di jagat perkopian Indonesia, Lampung tentu tak mau ketinggalan untuk turut serta dalam pagelaran Jakarta Coffee Week yang digelar Sco-pi akhir pekan lalu.

Pada ajang tahunan itu, pengusaha kopi asal Kedaton, Bandar Lampung Alghazali Qurtubi mengatakan, pihaknya sengaja membawa merek dagang Dr. Coffee selain untuk berniaga namun juga sebagai upaya mengenalkan kopi Lampung lebih dekat kepada masyarakat.

"Jenis kopi kami robusta, tapi yang bikin berbeda dengan robusta-robusta yang lainnya karena ini adalah fine Robusta," ujarnya.

Lelaki yang akrab disapa Ali itu menuturkan, perbedaan paling mendasar antara kopi robusta biasa dan fine robusta adalah dalam soal pengolahan. Dimana pada proses pascapanen dilakukan penyeseleksian biji-biji kopi secara ketat, yakni dengan memastikan bahwa cerry-cerry atau buah kopi yang akan dipetik hanyalah cerry yang sudah benar-benar matang dan berwarna merah tua.

"Robusta itu yang diolah dengan benar-benar baik. Diolah dengan beberapa proses pascapanen, natural, honey proces, dan full wash," imbuhnya.

Menurutnya, kendala terbesar yang kerap ditemui selama dirinya menjadi penggiat kopi adalah minimnya kesadaran petani dalam menghasilkan biji-biji kopi yang berkualitas, hal itu dikarenakan para petani tak mau sabar menunggu hingga buah kopi benar-benar matang.

"Petani kita belum banyak yang mau memproses (kopi) pascapanen yang bagus, mereka lebih keasal-asalan karena lebih cepat dapat duitnya. Lebih cepat kering. Memang (fine Robusta) ini harganya lebih tinggi, dua kali lipat dari harga biasanya. Tapi yang jadi masalah petani menjadi tidak dapat uang lebih cepat," terangnya.

Kendati demikian, kata Ali melanjutkan, petani tidak sepenuhnya bisa disalahkan, sebab harus diakui bila nantinya proses pascapanen yang baik benar-benar dilakukan hingga mampu menghasilkan biji kopi fine robusta, belum tentu para petani nantinya akan menemukan pembeli kopi tersebut karena buyernya juga belum jelas.

Selanjutnya, terkait rata-rata penjualan, Ali menuturkan dalam sebulan bisa mengantongi omzet sekitar Rp50 jutaan. dan penjualan kopi pertahun sekitar 1 ton yang diniagakan.

"Kalau untuk pasar, kita lebih ke lokal di Indonesia, sudah ada yang menawari untuk bisa ekspor keluar, tapi terkendala masalah jumlah produksi yang belum bisa dipenuhi. Sebab ini kan fine Robusta, terbatas jumlahnya, kalau robusta asalan kan banyak," tandas Ali kemudian.[]


Telah tayang: https://akurat.co/kopi-lampung-dan-fine-robustanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar