Minggu, 13 Juni 2021

Inovatif, Resep Jitu Anyaman Rotan Palangka Raya Biar Tetap Laku

Temukan hal baru adalah cara ampuh agar pelanggan tak jemu bertamu. Kira-kira begitulah prinsip yang dipegang teguh oleh Niang, salah seorang perajin anyaman rotan khas Palangka Raya, Kalimatan Tengah, dalam menjalani bisnis kriyanya.

Perajin sekaligus pemilik usaha Jawet Niang tersebut menuturkan, kerajinan rotan akan bisa berumur panjang jika dalam proses produksinya terus melakukan pembaruan produk, baik di model barang maupun pada motif anyaman.

"Produk kami beragam, ada tas, ada topi, lawung, tikar, rambat, sumping, macam-macam, dompet, sendal, pernak-pernik, banyak," ujarnya saat ditemui dalam ajang Pameran Kriyanusa 2017 di Jakarta, akhir pekan lalu.

Wanita berusia 36 tahun itu menceritakan secara singkat, bahwa produk anyaman rotan miliknya merupakan kerajinan khas Palangkaraya, dimana bahan bakunya didapat langsung dari hutan setempat.

"Bahan dari rotan bulat, dibersihkan terus dibelah, diserut sampai halus seperti daun hingga mudah dianyam," imbuhnya.

Kendati belum memiliki HAKI serta tak terdaftar secara resmi di Kementerian yang berwenang soal perizinan, namun merek dagang Jawit Niang mulai mendapatkan tempat di hati para konsumen dari berbagai daerah di dalam negeri. Bahkan ada beberapa kenalan yang membeli untuk dibawa lagi keluar negeri.

Karena belum memiliki izin usaha, pihak Jawit Niang kini belum bisa melakukan ekspor secara mandiri, dan masih mengandalkan beberapa kenalan dan eksportir.

"Penjualan keluar, biasanya tuh yang suka Jepang... terus China, kan mereka suka produk-produk rotan... Ekspor kita gak langsung, tapi melalui teman. Dia pesan, nah, dia yang kemudian ekspor," papar bu Niang.

Ia menambahkan, dirinya ingin melakukan ekspor sendiri, akan tetapi sampai saat ini belum memiliki solusi jitu untuk merealisasikan hal tersebut.

Ditanya soal modal, ia berujar biaya yang dikeluarkan untuk beragam barang relatif bervariasi. Namun ia menyebutkan untuk rata-rata satu produk tas original tanpa pernak pernik dan aksesoris, biasanya ia mesti menyiapkan anggaran sebesar Rp150.000 per buah.

Sementara untuk harga jual, baik pasar lokal maupun pasar luar negeri ia banderol pada kisaran Rp80.000 hingga Rp500.000 untuk tas. Sedangkan untuk tikar sebesar Rp1,5 juta mengingat biaya produksinya yang memang jauh lebih tinggi.

"Tapi kalau perintilan aksesoris seperti gelang Rp20.000, jadi terjangkau lah yah, gantungan kunci malah cuma Rp15.000 per butirnya," tambah Niang.

Terkait pendapatan, dalam sebulan rata-rata kerajinan rotan anyaman Jawit Niang bisa mengantongi omset Rp10 juta.

Pada kesempatan itu, Niang juga menyampaikan, kendati saat ini peran pemerintah dalam membantu promosi produk kriya Nusantara sudah cukup baik, namun perlu lebih fokus lagi terutama yang berkaitan dengan peningkatan kreativitas perajin.

"Ya, kalau bisa pemerintah bisa memperhatikan lebih mendetail lagi, terutama di masalah kreativitas, desainnya kan harus mampu bersaing, dek... Jangan sampai monoton. Perajin harusnya kan dikasih pelatihan lah keluar, biar bisa bikin desain yang lebih bagus, jadinya biar lebih bisa diminati produknya," kata Niang menutup obrolan sore itu. []

Telah tayang: https://akurat.co/inovatif-resep-jitu-anyaman-rotan-palangka-raya-biar-tetap-laku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar